webnovel

Kau Milik Kami Bertiga

Dewasa 21++ Bagaimana jika kalian menjadi Azura? Awalnya dia memiliki kehidupan biasa seperti orang-orang kebanyakan. Tapi siapa yang akan menyangka tersesatnya dia pada malam itu membuat kehidupannya berubah. Dia jadi bisa melihat apa yang tidak bisa orang lain lihat, dan malah membawanya menjadi tawanan 3 orang lelaki yang tak biasa. Mereka bertiga sangat tampan dan dingin. Kaya raya dan terkenal. Tapi siapapun tidak tau siapa mereka sebenarnya kecuali Azura. Mereka seperti iblis, yang hidup membutuhkan energi makhluk hidup dan tubuh seorang wanita. Mereka memakan energi dan cairan tubuh wanita. Mereka seperti monster yang menyiksa Azura dengan lidah nakal mereka setiap hari. Mereka ternyata.. Tak hanya itu, tersesatnya pada malam itu membuatnya bisa masuk ke organisasi rahasia besar, yang ternyata semua anggotanya adalah... NB : DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA!! Cerita ini mengandung efek ketagihan, kalau tidak percaya, buktikan :)

Poppy_N_Zu · Urbain
Pas assez d’évaluations
20 Chs

Bab 15

Neo hanya bisa mengelus dada ketika Kin menutup keras pintu kamarnya. Dengan menghela nafas berat ia berbalik dan berjalan melewati koridor kamar yang mewah itu.

Dia masuk ke kamarnya, lalu berjalan ke balkon untuk merasakan angin malam yang begitu segar. Dia rindu rumahnya, dia rindu suasana dimana ia dan keluarganya berkumpul, dia rindu berkumpul dengan Kin dan Ael, dia rindu harus mendatangi dua lapisan kasta untuk bertemu sahabatnya. Dia merindukan semua itu.

Baru saja ia ingin memejamkan mata untuk menikmati alam yang membosankan, tiba-tiba angin berhembus kencang dengan sangat galak. Pepohonan bergerak-gerak sesuai dengan irama emosi si pembawa angin tersebut.

Neo menghela nafas berat sebelum ia berlari ke atap kastil. Dia tau Ael tak akan mau datang dari pintu depan, karna pintu depan hanyalah ilusi untuk para Manusia.

Ia berlari sangat kencang, melewati lorong-lorong yang sangat ribet. Dia menaiki tangga hingga sampai ke puncak, ruangan terbuka tempat dirinya dan Kin sering berlatih sihir.

Dia bertemu Ael disana, membawa angin badai yang menghitam dibelakangnya. Neo yakin pasti setelah ini akan ada badai didaerah mereka..

Ael tampak dingin, angin yang dia bawa dibelakangnya menandakan tingkat emosi yang ia miliki. Angin kencang yang dia bawa terus bertambah dan berputar. Perpohonan disekeliling sudah mulai berantakan, dedaunan dan ranting sudah mulai berpatahan.

"Tahan emosimu. Kau bisa merusak alam." Kata Neo sambil mencoba menenangkan.

Mendengar itu Ael hanya diam, dia hanya melempar tatapan dingin kearah Neo. Dia bukan tipe orang yang mau banyak mengeluarkan kata-kata. Padahal Rambutnya yang sehalus sutra itu tak tau lagi sudah berantakan seperti apa.

"Mari kita bicara. Sebagai teman. Terakhir kali kita bicara sudah 200 tahun lebih yang lalu. Diantara kita tidak punya kesalahan apapun, jika kau marah pada Kin, kau seharusnya tidak marah padaku." Ucap Neo mencoba menenangkan lagi.

Ael tak memperdulikan ucapan itu, tapi semenit kemudian, dia berpikir bahwa emosi bukanlah khas dirinya. Dia langsung menurunkan emosinya. Hembusan angin perlahan menyurut dan hanya tertinggal hembusan angin malam yang sangat dingin.

Neo menghela nafas lega, dia tau, Ael bukan si keras kepala seperti Kin. Ael begitu damai sama seperti kekuatan alam yang ia miliki. Hujan dan angin. Bangsawan kasta Ouna memang memiliki kekuatan alam yang menakjubkan.

"Kenapa kau datang kesini?" Tanya Neo pura-pura tak tau. Padahal dia sangat tau, tak ada yang pernah membuat lelaki itu marah kecuali Kin. Hanya Kin yang tau caranya membuat Ael menjadi lelaki yang berbeda.

Ael hanya diam, tak berniat membalas basa-basi tak penting dari Neo. Melihat balasan dari Ael, Neo hanya bisa menghela nafas berat. Sudah lama tak bertemu dia jadi canggung bertemu Ael, sejak pertama kali menjadi sahabatpun dia selalu menggunakan Kin untuk menyampaikan sesuatu yang penting pada lelaki itu.

"Ael, andai kau mau terbuka sedikit, andai kau mau mengatakan apa yang ada dibenakmu, semua ini tidak akan pernah terjadi." Ucap Neo lagi.

"Lihat dirimu. Kau mengatakan itu seolah kau tidak tau kebenaran yang terjadi."

"Maksudku..." Belum selesai Neo mengucapkan kata-katanya, Ael langsung menyambung.

"Kau, sudah mengenalku lama. Aku tidak pernah mau menyakiti siapapun dan aku tidak mau mengecewakan siapapun.. Tapi, ketika kalian menyuruhku untuk mencintai atau melupakan orang yang aku cintai. Akan kubiarkan kalian di kutuk oleh alam, walau pada akhirnya aku terkena kutukan itu juga."

Ael mengibaskan tangannya, sekejab angin badai langsung datang. Dia jalan mendekati Neo, Neo refleks mundur karna kekuatan angin yang menyakitkan tubuh Manusianya.

"Mana gadis itu? Serahkan padaku atau rumah sihir kalian hancur berantakan."

Tiba-tiba suara pintu terbuka dengan kasar membuat Neo dan Ael menoleh. Disana berdiri Kin dengan santainya, dia malah jalan mendekat seolah angin kencang yang menusuk tak berpengaruh padanya.

"Pakailah etika bertamu di rumah orang. Kau merusak tempat latihanku, bagaimana jika aku merusak koleksi pohon-pohon dihalaman rumahmu?" Ucap Kin sedikit meringis melihat keadaan tempat favoritnya hancur berantakan.

Ael tak memperdulikan itu. Matanya menatap tajam Kin, ia rasanya sangat ingin membunuh lelaki itu.

"Kau mencari Azura?" Tanya Kin pada Ael.

Mendengar nama itu, entah mengapa Ael menurunkan anginnya. Angin itu lama-lama menghilang bak debu. Seolah nama Zura adalah obat baginya.

"Kau menyakitinya. Aku tau kau baru saja menidurinya dengan kasar, membuat tubuhnya penuh dengan memar."

Kin sedikit terkejut mendengar itu, bagaimana Ael bisa tau akan hal itu.

"Wah.. Tak hanya angin dan hujan, kau punya kekuatan mata yang keren." Jawab Kin.

"Apa kau sedang melucu?"

Kin menggeleng kecil. "Tidak, sama sekali tidak."

"Jika kau punya dendam padaku, jangan lampiaskan itu pada Zura. Dia hanya gadis manis yang tidak tau apa-apa. Kau tidak bisa menyeret orang tak bersalah." Kata Ael sambil mengepalkan tangannya geram.

"Aku tidak melakukan itu. Aku melakukannya karna aku mau, tanpa melibatkan kebencianku terhadapmu." Jawab Kin mulai serius.

"Kau menyukainya?"

Menjawab itu Kin hanya diam. Dia juga tidak tau, kenapa dia melakukan semua ini. Kenapa dia sampai sejauh ini.

Ael mengibaskan tangannya lagi. Membuat badai angin yang memutar, dicampur dengan air hujan yang membeku dengan bentuk-bentuk yang tajam. Dia mengikatkannya ketubuh Kin, membuat lelaki itu meringis kesakitan.

Kin bukannya tak bisa menghidar, dia membiarkan Ael melakukan apapun yang dia mau, selesainya baru gilirannya membalas.

"Kalau kau mengatakan kau menyukainya, aku akan membunuhmu sekarang juga. Jika kau merasa laki-laki seharusnya kau paham, jika menyukai seorang perempuan kau tidak akan tega merusaknya." Ucap Ael.

"Dengar Kin. Aku mencintai gadis itu dari dia berumur 8 tahun. Aku mengikutinya kemanapun dia pergi sejak 12 tahun yang lalu. Aku menyaksikan pertumbuhannya, aku menyaksikan bagaimana dia dari anak-anak hingga sebesar ini, aku selalu menjaganya. Aku tidak pernah mau menidurinya karna aku tau itu akan menyakiti dan merusaknya.

"Aku bisa melihat semua yang ada dibalik bajunya tanpa ia membuka pakaian, aku tergoda, tapi karna aku mencintainya, aku selalu menjaganya." Lanjut Ael lagi sambil masih mempertahankan ikatan angin yang tajam pada tubuh Kin.

Ael lebih menekan lagi membuat Kin berteriak kesakitan. "Dan tiba-tiba kau datang langsung merusaknya."

Kin tak tahan. Dia mengeluarkan sihir pemecah alam. Kekuatan Ael langsung terbelah.

"Salah kau sendiri. Jika kau mencintainya, seharusnya kau datang. Katakan padanya kalau kau mencintainya! Bukan malah mencintainya dibalik bayangan, menyingkirkan semua lelaki yang mendekatinya." Kata Kin geram.

"Tau apa kau, ha? Aku menunggunya dewasa, agar datang melamarnya dengan memberikan semua yang aku punya. Lalu kau? Tiba-tiba datang merusaknya. Jika kau Manusia, aku sudah membunuhmu sejak pertama kali kau menyentuhnya." Jawab Ael marah.

"Jika kau mencintainya. Ketika dia jatuh tersandung batu, langsung bantu dia berdiri, jangan singkirkan batu itu dulu baru membantunya. Karna kau tidak akan pernah tau, selagi kau menyingkirkan batu itu, ada seseorang yang akan membantunya berdiri." Jawab Kin.

Ael diam. Dia menatap tajam pada Kin.

Angin sangat dingin, terasa sangat menyayat kulit. Neo hanya menyaksikan saja, dia tidak mau ikut campur.

Lama Ael terdiam sambil melemparkan tatapan tajam pada Kin, sampai ia mengucapkan.

"Andai aku tidak pernah tau bahwa ketika kita merasa bahagia, maka hukuman kita selesai, dan diseret paksa untuk kembali ke dunia tengah. Andai aku tidak tau itu, aku pasti akan menunjukkan wajahku sedari dulu, mengatakan cinta padanya, memberikan semua apa yang ingin kuberikan."

"Aku, kau, dan kau Neo, kita tidak boleh bahagia. Jika kita bahagia, ini bukan hukuman lagi namanya, dan kita akan diseret pulang. Bagiku, lebih baik hidup dalam hukuman seperti ini, selalu berada dibelakangnya seperti bayangan, daripada harus meninggalkannya."

Ael diam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Pergilah, temani dia. Antarkan dia pulang dengan baik-baik jika dia sudah terbangun nanti. Jangan menyakitinya lagi. Dia itu gadis yang lucu, jangan sampai kau mencintainya, kau akan tersiksa sepertiku nanti."

Setelah berucap seperti itu, Ael berbalik, mengepakkan sayapnya yang terbuat dari angin, lalu hendak terbang seringan kapas.

"Tunggu!" Panggil Neo menghentikan.

Ael menoleh kembali.

"Kenapa tidak kau saja yang mengantarkan gadis itu pulang? Aku yakin lelaki brengsek ini tidak akan sanggup mengantarnya pulang setelah mendengar ucapanmu. Karna sepertinya dia sudah jatuh kedalam siksaan yang kau maksud." Ucap Neo dengan sindiran untuk Kin.

Kin hanya bisa terdiam melihat Ael yang masuk ke kastilnya untuk menjemput Zura. Dia Bagai disambar petir, dia baru menyadari yang ia jalani sekarang ini memang sebuah hukuman. Selama ini dia tidak tau kapan dia bisa pulang ke dunianya, ternyata hukuman sekali lagi yang akan mengantarkannya pulang.

_____________________________

Bersambung..