webnovel

Kamu Seperti Kekasihku

Setelah kehilangan kekasihnya sekaligus calon suaminya yang bernama Arkana, Nindya harus menghadapi banyak masalah. Dia harus rela menikah dengan pria bernama Ray karena dia harus melakukan sebuah pernikahan bisnis. Namun, disaat Nindya berada di jurang keputus asaannya. Dia bertemu dengan pria yang 'mirip dengan Arkana.' Akankah Nindya meneruskan pernikahan dengan Ray? Atau mungkin dia memilih untuk bersama dan memperjuangkannya cintanya bersama pria yang mirip dengan Arkana? Lalu, Akankah kematian Arkana mengungkapkan banyak misteri yang tersembunyi selama ini?

Dhini_218 · Urbain
Pas assez d’évaluations
51 Chs

rencana pernikahan

keesokan harinya.

Nindya di rias sangat cantik oleh ibunya.

Hatinya tidak merasa bahagia karena pria yang akan menikah dengannya bukanlah pria yang dia cintai tapi pria yang sama sekali tidak dia inginkan, apalagi Nindya tahu, jika Ray itu adalah seorang playboy yang sering berganti-ganti wanita. Nindya hanya bisa berpasrah diri saat ini, demi ayahnya dan juga ribuan karyawan di perusahaan ayahnya dia rela mengorbankan diri dan hatinya, setidaknya dia bisa melakukan hal yang terbaik untuk semua orang.

air mata Nindya sudah kering karena beberapa bulan ini, dia terus menangis meratapi kematian Arkana.

setelah selesai dihias, Nindya pun bangun dari tempat duduknya, dia melihat kearah cermin, harusnya yang dia sambut hari ini adalah kedatangan keluarga Arkana bukan pria lain.

Nindya menutup matanya sejenak dan menarik nafas panjang, dia tidak boleh larut dengan kesedihannya lagi.

setelah menarik nafas panjang dan menghembuskannya, Nindya merasa hatinya jauh lebih baik.

dia menoleh ke belakang dan melihat ibunya masih berdiri dibelakangnya sambil menatapnya dengan sedih.

Nindya mencoba untuk tersenyum, agar ayah dan ibunya tidak merasa bersalah padanya.

Nindya memegang kedua bahu ibunya dan berkata "mama, kenapa? jangan bersedih! aku baik-baik saja, jadi tidak perlu mengkhawatirkan aku."

"Dya, mama dan papa minta maaf karena membawa kamu ke dalam masalah ini, kamu harus menanggung semuanya ini, Dya kalau kamu masih ingin membatalkannya, masih bisa. pertunangan ini, hanya formalitas sebelum acara pernikahan kamu!" ucap Nanny, dia memeluk putrinya dan merasakan hatinya sangat sakit.

Nindya tersenyum pahit dan berkata "jangan seperti ini ma! ayo kita harus keluar sekarang, mereka sudah menunggu kita dibawah."

Nindya melepaskan pelukannya dan menggenggam erat ibunya.

Nindya mulai berjalan keluar dari kamarnya didampingi ibunya.

Di luar, Ray yang sudah berdandan rapi tersenyum bahagia, karena dia akhirnya bisa mendapatkan Nindya yang dia cintai selama ini.

Ray tanpa sadar bangun dari tempat duduknya dan hendak menghampiri Nindya, namun Nindya menunduk, dia tidak ingin melihat wajah Ray, Nindya langsung berjalan melewatinya dan duduk tepat disebelah ayah dan ibunya.

Ray menghela nafas pendek dan harus bersabar karena satu Minggu dari sekarang, Nindya akan menjadi miliknya.

Ray menyeringai dan berkata didalam hatinya "sabar Ray, sebentar lagi, Nindya akan menjadi milik kamu seutuhnya, tahan sedikit lagi Ray!"

Ray pun duduk kembali dan memukai acara pertunangannya dengan Nindya.

Nindya tidak bicara apapun, dia hanya tersenyum dan mengangguk saja.

ayah Nindya mengobrol gembira dengan kakeknya Ray,

sementara itu, Nindya dan Ray hanya diam tidak bicara.

Ray tidak tahan lagi, dia terbatuk kecil dan berkata "Dya, bisakah kita bicara berdua saja?"

Nindya mengangguk dan bangun dari tempat duduknya.

Ray merasa senang karena Nindya sangatlah menurut padanya.

mereka pun berjalan berdua dan mencari tempat yang cocok untuk bicara.

disebuah balkon lantai atas rumah Nindya, mereka berdiri berdua dan Ray mulai berbicara "uhuukk ... Dya, kita akan segera menikah, kamu ingin seperti apa acara pernikahan kita?" ucap Ray sambil tersenyum lembut padanya.

Nindya terdiam sejenak.

dia melihat kearah Ray dan berkata "terserah kamu saja, kamu atur semuanya saja!" ucap Nindya dengan suara datar dan tanpa ekspresi.

Ray merasa canggung namun dia tidak peduli dengan sikap Nindya padanya, yang jelas dia akan segera memilikinya secara utuh.

"baiklah, aku yang akan mengatur semuanya dan kamu hanya akan menerimanya setelah selesai. kamu jangan terlalu lelah ya! banyak istirahat dan jaga kesehatan kamu, karena acara pernikahan itu begitu melelahkan. Aku harap kamu tetap menjaga kesehatan hingga hari H ya!" ucap Ray, dia menyentuh tangan Nindya tapi Nindya menolaknya.

Nindya menatap dingin Ray dan berkata "aku minta maaf karena tidak terbiasa disentuh pria lain."

Ray mengangguk, dia mengerti karena Nindya masih dalam suasana berkabung.

setelah mengobrol cukup lama mereka pun kembali turun dari balkon atas dan berjalan kembali menuju ruang tamu, tempat ayah dan ibunya berada.

Nindya duduk kembali didekat orang tuanya dan Ray duduk disebelah kakeknya.

setelah mengobrol banyak dan semua acara rencana telah disusun rapi dan setelah selesai, Ray dan kakeknya pun pamit pulang.

Ray menatap Nindya sebelum pergi dan berkata "Dya, ingat pesan aku tadi, istirahat yang cukup dan jangan kelelahan ya! jaga kesehatan kamu, aku pulang dulu!"

Ray tersenyum lembut kearah Nindya dan memegang kedua tangannya, Nindya merasa tidak nyaman, namun karena ada banyak orang dia terpaksa menerimanya

Nindya tersenyum dengan terpaksa dan berkata "iya Ray, kamu hati-hati di jalan juga ya!"

Ray merasa gembira karena Nindya begitu perhatian padanya, dia tersenyum cerah dan menjawab "iya Dya, aku pulang dulu ya! nanti aku akan sering-sering kemari untuk melihat kamu," ucap Ray, dia tersenyum gembira dan berjalan pergi meninggalkan Nindya yang melambaikan tangannya dengan malas.

setelah Ray pergi, Nindya menghentikan tangannya dan pergi masuk ke dalam rumahnya, ayah dan ibunya hanya bisa ikut merasa sedih melihat keadaan Nindya seperti ini.

Nindya langsung menutup kamarnya dan menguncinya, dia menangis sambil memeluk fotonya bersama Arkana, Nindya ingin pergi menyusulnya tapi kehidupannya masih harus tetap berjalan, dia harus kuat menghadapi semuanya.

Nindya membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur sambil memeluk fotonya bersama Arkana. tanpa terasa Nindya pun menutup mata dan tertidur dalam keadaan menangis.