Semua perkataan dan perbuatan Revan membuat jantung Tiara berdetak dengan cepat bahkan sekarang pipinya terlihat merona merah, terlebih saat ucapan Revan yang seakan memaksakan keadaan.
"Mana bisa seperti itu!" seru Tiara.
"Apanya yang nggak bisa? Gampang ... lo tinggal putusin Faza. Beres," ucap Revan dengan santainya.
"Gila! Lo pikir Faza nggak punya perasaan, lagi pula gue suka sama Faza. Kenapa lo jadi ngatur hubungan gue!" hardik Tiara.
Kali ini Tiara banyak bicara karena tidak menerima semua ucapan yang di lontarkan oleh Revan, bagaimana bisa dia mengatakan dengan santai tentang perasaan seseorang. Sebelum Tiara menyukai Revan, dia lebih dulu menyukai Faza. Lagi pula bagi Tiara untuk mendapatkan Revan sangat tidak mungkin, anggap saja keduanya berbeda kasta. Dimana perempuan introvert seperti Tiara tidak mungkin bergaul ataupun berhubungan dengan lelaki yang pintar serta populer di sekolah. Baginya sangat tidak mungkin, umpama seorang buruk rupa jatuh cinta pada pangeran dan ingin mendapatkannya. Sangat tidak mungkin.
Tiara masih berpikir kalau pernyataan Revan ada hubungannya yang bernama taruhan, bisa saja jika Tiara menerima dan menjalani hubungannya suatu saat Tiara akan di permalukan di sekolah yang berakhir bully-an untuknya. Oleh sebab itu, dia harus berhati-hati dalam mengambil keputusan dan berpikir seribu kali untuk menjalaninya. Jauh di dalam lubuk hatinya Tiara ingin sekali menerima dan merasakan cinta dari lelaki seperti Revan, sungguh dilema perasaan dan pikiran Tiara saat ini. Ingin rasanya dia berteriak kencang untuk mengeluarkan segala sesak yang dirasakannya.
Handphone Tiara bergetar, pesan baru datang di handphonenya dan Tiara pun membacanya.
[Faza: Kamu kenapa nggak masuk? Apa kamu sakit?]
'Berarti Faza belum tau kalau gue bolos,' batin Tiara.
Tiara pun membalas dan mengatakan yang sebenarnya tentang bolos serta bermain di warung internet, tapi tidak dengan Revan. Mana mungkin Tiara mengatakan kalau sedang bersama Revan, nanti Faza akan merasa tidak di hargai.
"Siapa?" tanya Revan penasaran.
"Apanya yang siapa?" Tiara balik bertanya, tapi pandangannya fokus membalas pesan dari Faza.
"Oh, Faza," sahut Revan dengan nada datar.
Tiara menghiraukan Revan, dia terus berbalas pesan dengan Faza. Terlebih dirinya di ajak untuk menonton bioskop sepulang sekolah nanti, saat akan mengiyakan pesan dari Faza, mata Tiara terlebih dulu melirik le arah jam paket yang ada di layar komputer.
[Tiara: Ok, nanti aku langsung ke sana. Kita ketemuan aja di depan pintu mall.]
[Faza: Kenapa nggak ketemu di tempat biasa?]
[Tiara: Nanti aku ketahuan bolos. Setelah paket habis, aku langsung ke sana.]
[Faza: Baiklah, sampai ketemu di mall. Sudah dulu ya, guru masuk.]
Mulut Tiara membentuk lengkungan setelah selesai membalas pesan dengan Faza, bahkan senyumnya itu membuat Revan yang melihatnya merasa jengkel.
"Habis ngapain sih, senyum kayak gitu," gerutu Revan dalam hati.
Tiara memasukan kembali handphonenya ke dalam tas, dia langsung membuka akun sosial medianya. Revan yang merasa di abaikan langsung berdeham karena jengkel. Tiara menyadari hal itu, tapi dia menghiraukannya karena masih tidak terima dengan ucapan Revan tadi.
"Nanti kita jalan-jalan ke taman yuk," ajak Revan.
"Nggak. Gue udah punya janji sama Faza," tolak Tiara yang menatap layar komputer.
"Kemana?"
"Nonton." Detik berikutnya Tiara melipat mulutnya ke dalam dan menyadari kecerobohannya, bahkan dia merutuki dirinya sendiri.
"Gue ikut!" seru Revan.
Tiara langsung melihat Revan yang tengah tersenyum hingga dimplenya terlihat, sekilas Tiara mengagumi wajah tampan yang di tunjukan Revan karena Tiara telah tersihir oleh pesona manis Revan dengan senyum dimplenya.
"Lo mau jadi orang ketiga!" cibir Tiara.
"Nggak lah, kita 'kan juga jadian," balas Revan dengan santainya.
"Hah? Sejak kapan?"
Revan mendekatkan wajahnya dan merendahkan suaranya. "Sejak gue mencium lo tadi dan lo sangat menyukai hal tersebut."
"Nggak!" hardik Tiara.
Akhirnya paket internet Tiara dan Revan selesai, tanpa menunggu waktu lama Tiara mengucapkan terima kasih dan pergi keluar tanpa menunggu Revan. Dia langsung menaiki angkutan umum menuju mall yang terdapat bioskop sesuai janjinya dengan Faza. Tiara yang terlalu senang dan fokus pada tujuannya tidak menyadari kalau Revan sedang membuntutinya dengan duduk di kursi belakang.
Tiara pun turun dari angkutan umum dan langsung masuk ke dalam mall, dirinya bingung akan menunggu di dalam bioskop atau sekedar berjalan di dalam mall sampai Faza datang karena jam sekolah selesai dalam waktu satu jam lagi. Akhirnya dia memutuskan untuk sekedar jalan-jalan ke dalam toko buku untuk melihat buku-buku yang menurutnya menarik. Tiara berhenti di rak bagian informatika, dia sangat menyukai pelajaran yang berhubungan dengan komputer bahkan sejak umur lima tahun dia sudah dibelikan komputer oleh ayahnya. Tiara pun menghembuskan napas panjangnya kala mengingat pertama kali sang ayah membelikannya seperangkat komputer, oleh sebab itu saat ada pelajaran komputer di sekolah dasarnya dia selalu unggul dibanding teman-teman yang lainnya. Dibukanya lembar demi lembar dan Tiara membaca dengan seksama serta mencerna setiap kalimat yang tercetak di buku tersebut.
Revan yang berada di belakang rak posisi Tiara berdiri hanya memperhatikan gerak-gerik perempuan yang baru saja mengetahui perasaannya, dia tidak berniat untuk memberitahukan pada Tiara, dia hanya ingin mengetahui apa yang dilakukan perempuan yang sudah membuat jantungnya berdetak cepat. Cukup lama Tiara berada di dalam toko buku hingga tidak terasa sudah satu jam berlalu, dia pun sudah membaca beberapa buku yang ada di rak tersebut. Merasa tenggorokannya haus, dia keluar untuk membeli minuman, dia pun pergi ke area food court untuk.
"Mba, bobanya satu pakai cheese cream ya," pesan Tiara.
Kang dagang pun membuatkan minuman sesuai pesanan, Tiara duduk di kursi yang tersedia untuk menunggu minuman pesanannya sambil memeriksa handphonenya karena seharusnya Faza sudah tiba di mall. Seketika tangan Tiara lemas dan handphone yang dipegangnya membuat suara keras karena terjatuh dari genggamannya di atas meja. Bersamaan jatuhnya handphone, minuman pesanan Tiara sudah siap.
"Makasih, Mba. Saya boleh duduk di sini dulu, kan?" tanya Tiara.
"Silahkan." Kang dagang mempersilahkan Tiara karena tempat duduk itu bebas untuk siapa saja yang berkunjung ke food court.
"Terus gue gimana dong," gumam Tiara sambil menatap layar handphonenya.
"Masa iya gue pulang," tambahnya.
Cukup lama Tiara menimbang apa yang akan selanjutnya akan dilakukan olehnya, hingga minuman bobanya tinggal setengah. Akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan rencananya walaupun tanpa Faza. Langkah kakinya terlihat lemah karena janji Faza yang akan menonton bersama harus dibatalkan dengan Faza sendiri dengan alasan mamanya menyuruh untuk pulang segera.
Tiara pun masuk ke dalam antrian tiket dan memesan satu tiket serta memilih tempat duduk yang masih tersedia. Setelah membeli tiket Tiara duduk di bawah sambil menunggu film pilihannya di mulai, banyak juga yang duduk di bawah seperti Tiara karena film tersebut sedang ramai di perbincangkan saat ini.
"Issh, Shit!" umpat Tiara dalam hati.