webnovel

Menonton Bersama

Tiara mengumpat dalam hati karena melihat kebanyakan orang yang berpasangan sedangkan dirinya hanya duduk sendiri sambil memegang handphone. Film yang sedang digandrungi adalah film romantis yang menceritakan perjuangan sepasang kekasih terhalang restu dari kedua keluarganya, terlebih Tiara menyukai pemeran dalam film tersebut.

"Nih."

Tiara menoleh ke samping dan melihat laki-laki menyodorkan soft drink khusus bioskop sambil tersenyum ke arahnya. Tiara terkejut hingga matanya membulat sempurna saat melihat laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Ambil dong," ucap Revan sambil menarik tangan Tiara untuk meletakan soft drink di tangannya.

"Lo?" Tubuhnya merespon keterkejutan, tapi lain hal dengan hatinya yang seperti di tebar oleh bunga warna-warni.

"Belum mulai, kan? Kalau kurang minumnya nanti gue beliin yang big," kata Revan sambil mengunyah popcorn.

Tiara hanya menatap bingung dan banyak sekali pertanyaan yang ada di otaknya, tapi lidahnya kelu seketika hingga dia tidak bisa berkata satu kata pun. Revan yang mengetahui arti tatapan Tiara itu langsung menjelaskan bagaimana prosesnya dia bisa ada di sini.

"Jadi lo nguntit gue?" tuduh Tiara.

"Jangan nuduh gue begitu, kesannya gue menyedihkan banget," kata Revan dengan nada serendah mungkin.

"Kenapa lo begini sih, Van," lirih Tiara.

"Begini gimana, Ra. Lo nggak senang ada yang nemenin nonton?" tanya Revan merasa bersalah.

"Bukan gitu ... hanya saja ..."

Revan menyela kalimat Tiara. "Yang penting sekarang kita nikmatin filmnya aja, nggak usah mikir macam-macam. Ok."

Tanpa sadar Tiara mengangguk dan tersenyum serta mengucapkan terima kasih pada Revan.

"Nggak usah terima kasih segala, gue malah senang punya kesempatan bisa nonton berdua sama lo," kekeh Revan.

"Apa lo beneran suka sama gue?" tanya Tiara, "kenapa?"

Revan langsung memegang tangan Tiara dan menatap netranya. "Memangnya butuh alasan kalau ada seseorang yang menyukainya."

Mendengar kalimat Revan, katup bibir Tiara terbuka, lagi lagi Revan sukses membuatnya terkejut akan ucapannya dan seketika seperti di bawa melayang dengan senyumannya itu.

"Gue bingung ... kenapa lo suka sama cewek biasa macam gue. Sementara masih banyak cewek cantik dan populer di kelas bahkan di sekolah, lo bisa dapetin cewek dengan gampang," jelas Tiara merendah.

"Terlebih ... lo 'kan dekat sama primadona di sekolah," lanjutnya.

"Kenapa lo jadi ngatur-ngatur perasaan gue? Terserah gue dong mau suka sama siapa aja, kok lo insecure gitu sih," balas Revan tidak terima.

"Gue heran aja sama lo dan ... gue takut nantinya lo nyakitin perasaan gue suatu hari nanti," jelas Tiara.

Revan semakin menggenggam tangan Tiara untuk meyakinkan kalau dirinya benar-benar menyukai Tiara, bahkan dia melihat netra penuh keyakinan.

"Yang terpenting saat ini gue suka sama lo, tentang percaya atau nggak itu terserah, yang pasti gue nggak bisa jauh dari lo. Terlebih semakin hari gue penasaran sama apa yang lo lakuin di setiap hari. Gue mau tau dan gue mau terus tanya apa yang lagi lo lakuin," terang Revan sambil mengelus tangan Tiara.

Tiara melepaskan genggaman tangan Revan, dia kembali pada posisinya semula yaitu menghadap ke depan dan bola matanya bergerak tak tentu arah. Tiara bingung, bimbang dan takut juga khawatir dengan apa yang dirasakannya saat ini, semua perasaan bercampur aduk dan memenuhi isi otaknya seakan menuntut untuk melakukan sesuatu. Diam. Hanya itu yang bisa di lakukan oleh Tiara, dia tidak ingin larut dalam perasaan yang sesaat. Dia tidak bisa mengambil langkah lebih maju karena dia tidak mau ada di lingkaran besar kehidupan Revan, dia tidak bisa mengimbangi. Cukup dirinya saja dan berada di lingkaran kecil teman sekelompok yang membuatnya nyaman, dia tidak ingin terlibat dengan pertemanan yang membuatnya harus beradaptasi lagi.

Tidak lama kemudian pengumuman pintu teater di buka, satu per satu para pasangan mulai berdiri dan mengantri untuk masuk ke dalam teater. Tiara pun ikut berdiri setelah melihat antrian mulai sepi pun dengan Revan yang mengikutinya di belakang. Tiara terus berjalan masuk ke dalam teater untuk mencari kursi pesanannya, setelah mendapatkannya dia pun duduk dengan harapan Revan memilih kursi yang jauh dengannya, tapi amat di sayangkan Revan sudah memesan kursi di sebelah Tiara.

"Issh, kenapa harus sebelahan sih," umpat Tiara dalam hati.

Revan menyodorkan popcorn pada Tiara, tapi ditolaknya. Bagi Tiara soft drink saja sudah cukup, dia pun meletakkannya pada tempat yang tersedia agar dia bisa nyaman menonton film yang sudah di tunggunya sejak rilis cuplikannya. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing dan tidak ada yang berbicara terlebih lampu mulai di padamkan pertanda akan di mulainya film tersebut, dalam sekejap ruangan menjadi sunyi sepi. Tiara memposisikan duduknya dengan bersandar dan senyaman mungkin, tangannya di letakkan di atas sandaran pegangan tangan dan film pun di mulai.

Tanpa sadar air mata Tiara keluar dari tempatnya, dia sangat terharu dengan pengorbanan pemeran lelaki yang ada di dalam film tersebut, Revan samar-samar melihat saat air mata Tiara keluar dan saat itu pun dia memegang tangan Tiara. Awalnya Tiara menolak, tapi Revan menggenggamnya dengan erat sehingga Tiara tidak bisa melepaskan genggaman Revan tersebut. Tiara pun menelan salivanya saat Revan bersandar di pundak Tiara, perlahan Tiara melakukan gerakan agar Revan tidak bersandar padanya, tapi Revan berbisik untuk meminjam pundaknya. Bahkan dengan usapan tangannya membuat jantung Tiara berdetak dengan cepat, entah Revan dapat mendengarnya atau tidak dia tidak peduli lagi toh ini adalah ulahnya. Merasa pundaknya pegal, Tiara langsung berbisik pada Revan untuk menyudahinya. Revan pun menurutinya dan keduanya menyaksikan film dengan damai, tapi tangan Revan masih menggenggam tangan Tiara.

Film pun berakhir, lampu ruangan teater dinyalakan. Tiara terkejut saat melihat Revan yang sedang menatapnya dan tersenyum. Ingin sekali rasanya dia kabur dari pandangan Revan, tapi tidak bisa karena Tiara memesan kursi yang di sampingnya adalah dinding hingga tidak bisa keluar sebelum Revan pun ikut keluar.

"Bangun, gue mau keluar," titah Tiara.

Secepat titah Tiara secepat itulah Revan mengecup pipi Tiara dengan singkat, mata Tiara membulat sempurna dan menatap tajam ke arah Revan yang sedang tersenyum. Tiara berdecak kesal dan beranjak dari kursinya melewati Revan dan dengan sengaja menginjak kakinya. Tiara langsung berjalan menuju pintu keluar tanpa menoleh ke belakang karena namanya terus di panggil oleh Revan.

"Rese banget sih," kesal Tiara.

Tiara langsung berbelok ke dalam kamar mandi untuk menghindari kejaran Revan.

Revan pun menunggu Tiara di luar kamar mandi, sedangkan di dalam bilik kamar mandi Tiara tengah berpikir bagaimana caranya kabur dari jangkauan Revan.

"Nggak mungkin 'kan gue terus di dalam sini," keluh Tiara.