webnovel

Bolos yang Pertama

Setelah makan malam sendiri selesai, Tiara kembali masuk ke kamar dan memainkan handphonenya dengan berbaring. Perlahan mata Tiara mulai lelah dan menutup serta membuka pintu dunia dimana dia sangat senang jika memasuki dunia tersebut. Mimpi. Bahkan dengan harapan dirinya tidak ingin bangun dari mimpi indahnya karena jika berada di dunia tersebut senyum Tiara sangat merekah di wajahnya.

____

Tiara menggeliatkan tubuhnya dan mulai membuka matanya perlahan, detik berikutnya Tiara melihat jam yang berada di dinding. Mata Tiara terbuka sempurna saat melihat jarum jam menunjuk pada angka tujuh, dengan cepat dia bangun dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi Tiara menghitung serta menduga sampai dia rapi.

"Mandi sepuluh menit, pakai baju sepuluh menit, jalan lima menitan terus naik angkot lebih sepuluh menit. Mampus, gue ... bisa jam delapan kurang sampai sekolah," kata Tiara sambil melakukan ritual mandinya.

Tidak menunggu waktu lama, Tiara langsung memakai seragam dengan cepat dan setelah rapi dia setengah berlari agar sampai di pemberhentian angkutan umum.

Tiara terkejut tidak ada satu pun angkot yang sedang mengetem, "Issh, mana angkotnya sih!"

Tiara terus mengedarkan pandangannya sambil berpikir cara agar tiba di sekolah, matanya tertuju pada kang ojek di sebrang.

"Kalau gue naik ojek, nanti gue nggak bisa jajan di sekolah. Menipis juga uang jajan gue," gumam Tiara.

"Hai Tiara!"

Tiara langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut, dia melihat dengan tatapan bingung serta tidak percaya apa yang dilihatnya.

"Gue juga nungguin angkot daritadi, mungkin belum balik dari sekolah," kata Revan sambil tersenyum, "bagaimana kalau kita bolos hari ini?"

"B-bo-bolos," ucap Tiara terbata-bata.

"Sudah ayo buruan, ikut gue aja. Daripada harus lari keliling lapangan mending kita bolos," ucap Revan sambil menarik tangan Tiara.

Bagaikan patung manekin Tiara menuruti kemana langkah kaki Revan membawanya, tidak ada penolakan sekalipun dari Tiara bahkan kata protes tidak bisa diucapkan. Hingga keduanya menaiki angkutan umum yang berada dia sebrang jalan. Jantung Tiara tidak beraturan detakannya, itu semua dimulai saat Revan memegangi tangannya hinga duduk di dalam angkutan tak kunjung dilepaskannya. Tiara pun berdehem untuk menetralkan suhu tubuh serta detak jantungnya yang begitu cepat.

"Eh, sorry," ucap Revan yang tersadar dan melepaskan genggamannya.

"Sorry ya, gue tadi sekilas lihat bu Eka jadinya lari sekencang mungkin sampai nggak sadar pegangan tangan," ucapnya lagi.

Tiara hanya tersenyum kikuk ternyata itu alasan Revan memegangi tangannya sedari tadi, ada rasa sedikit kecewa sehingga dia merubah posisinya untuk melihat ke arah belakang angkutan.

"Lo nggak tanya sama gue mau kemana?" tanya Revan memecah keheningan.

"Gue nggak tau, kemana aja asal jangan ngajak gue bunuh diri," jawab Tiara masih lihat ke arah belakang.

Suara tawa renyah keluar dari mulut Revan kala melihat Tiara yang merespon dengan tidak melihatnya. Dirinya merasa serba salah dan bertanya untuk memastikan.

"Apa lo marah?"

Mendengar pertanyaan Revan, Tiara langsung melihat ke arahnya, sebenarnya Tiara merasa malu karena harus berdekatan dengan Revan terlebih dia melihat Revan dengan jarak yang sedekat seperti sekarang ini.

"Nggak kok, gue ... cuma ... mm ... malu aja," jawab Tiara ragu-ragu.

"Malu kenapa?" tanya Revan mengernyitkan dahinya.

"Iya, malu. Ini pertama kali gue bolos sekolah meskipun gue terlambat, tapi tetap aja gue masuk sekolah," jelas Tiara.

Revan pun terbahak-bahak mendengar penjelasan Tiara karena melihat wajah gemas yang ditunjukan oleh Tiara.

"Sama lah! Gue juga baru pertama kali," kekeh Revan.

"Iya juga ya, siswa pintar dan populer nggak mungkin bolos nanti nilai malah anjlok, kan," ucap Tiara.

"Bang kiri bang," kata Revan memberhentikan mobil.

Supir pun menghentikan mobilnya dan menerima uang selembar berwarna coklat dari Revan.

"Kembalinya," ucap supir angkot.

"Nggak usah Bang, cuka seribu doang," balas Revan.

Revan mengajak Tiara masuk ke dalam gang kecil yang hanya bisa dilalui kendaraan beroda dua dan satu arah. Tiara mengikuti Revan yang berjalan di depannya.

"Lo nggak ngajak gue ke jurang, kan?" tanya Tiara hati-hati.

"Nggak lah, ngaco lo. Nanti juga lo juga tau," kekeh Revan.

Langkah Revan terhenti pada sebuah ruko bertingkat dua dengan warna biru di dindingnya, keduanya masuk ke dalam dan menaiki anak tangga sampai atas.

"Mau ngapain kita disini?" tanya Tiara yang melihat komputer berjejer di setiap meja.

Sudah dipastikan Revan mengajak Tiara ke warnet kepanjangan dari warung internet.

"Kita kesini buat makan," jawab Revan, "ya main lah, kayak nggak pernah aja lo!"

Bukan itu yang sebenarnya Tiara maksud, dia memikirkan bagaimana caranya membeli paket sedangkan uang jajannya sudah menipis dan belum meminta pada ayahnya lagi.

"Bang, paket lima jam dua," pesan Revan.

Katup bibir Tiara terbuka karena mendengar pesanan Revan, mata Tiara langsung tertuju pada kertas yang menempel di dinding tentang harga-harga paket bermain warnet.

'Gila! Lima jam dua puluh lima, duit darimana gue,' batin Tiara.

"Nih, lets go kita have fun!" seru Revan sambil memberikan secarik kertas kecil bertuliskan nama dan password.

Mulut Tiara terbuka lebar, bagaimana bisa Revan mengajak dirinya untuk bermain internet selama lima jam. Akhirnya dia pun mengekori Revan hingga masuk ke ruangan dengan berbagai komputer yang berjejer rapi.

"Lo main disini aja, tenang ini warnet langganan gue jadi nggak usah malu," ucap Revan bangga.

"Mau langganan atau nggak yang penting bayarnya kali," cibir Tiara yang hampir tidak terdengar.

Revan dan Tiara memasukan nama dan password pada kertas masing-masing. Melihat jam yang tertera di sudut kanan atas membuat Tiara tersenyum pahit dan khawatir.

"Oh iya, gue nggak bisa bayar sekarang, mungkin lusa gue balikinnya," ucap Tiara ragu-ragu.

Revan yang fokus pada komputernya langsung berkata, "Gantiin apaan?"

"Ini billingnya, tadi 'kan lo yang bayar," jawab Tiara.

"Ya ela, gue kira apaan. Santai aja kali, anggap aja traktiran ulang tahun," balas Revan sambil tersenyum.

Detak jantung Tiara kembali tidak sehat saat melihat senyum dimple milik Revan, Tiara menelan salivanya karena melihat lelaki tampan tepat dihadapannya tengah tersenyum.

"Hei," panggil Revan sambil mengayunkan tangannya untuk menyadarkan Tiara.

"O-oh, i-iya. Kenapa?" Tiara tersadar dari lamunannya.

"Udah masuk bill-nya, main game yang kemarin dong. Kita couple-an," pinta Revan.

Revan sukses log in pada akunnya sementara Tiara masih ragu untuk mengklik tulisan log in karena dia masih mencerna kalimat terakhir yang diucapkan oleh Revan tadi.

"Lo masuk ke room ...." Revan mengentikan kalimatnya karena melihat Tiara yang hanya menatap layar komputer tanpa melakukan apapun.

"Tiara," panggil Revan menyentuh pundaknya.

Tiara tersentak dibuatnya karena sentuhan mendadak serta senyum yang ditunjukan oleh Revan.

"Kamu lucu ya, Ra," ucap Revan.