webnovel

JAVAS AND OCEAN

Ocean Cakrawala selalu merasa ada yang salah dengan dirinya, selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Padahal dalam hidup, Ocean tidak pernah kurang apapun. Hidup serba berkecukupan, karir yang cemerlang, anak tunggal dari orang tua yang memiliki usaha batu bara dan lagi ia memiliki kekasih teramat cantik yang bernama Qanshana Maheswari. Lantas apa yang kurang? Apalagi yang ia cari untuk melengkapi kegundahan hatinya? Sampai suatu saat ia bertemu dengan seorang pemahat kayu bernama Javas Deniswara. Pria bermata biru menyenangkan nan seksi itu mampu membuat apa yang dicarinya selama ini akan segera terwujud. "Surai indah yang selalu menutupi dahi mu membuatku gemas. Ingin sekali aku menyisirinya setiap hari. Tapi, kau selalu tampan jika seperti itu, Vas." _Ocean_ ... Kita bisa saling sapa lewat _ IG : busa_lin :) *** Salam Busa Lin

Busa_Lin · Urbain
Pas assez d’évaluations
273 Chs

Perasaan Was-was

Happy Reading

***

Sesampainya di apartemen Qanshana, wajah Ocean masih menekuk dengan malasnya karena Husni masih berdiri di sampingnya, bersandar dengan nyaman di dinding sembari memainkan ponselnya.

"Ayolah!!" seru Ocean mendelik kesal pada Husni. "5 menit lagi waktunya habis. Kau pulang sana! Katanya mau ke klub!"

"Kurang 5 menit lagi," ucap Husni tanpa melihat Ocean. Ia sudah menemukan targetnya. "Yes! Kena kau!" teriak Husni dalam hati dengan senyum penuh kemesuman.

"Dasar menyebalkan!" Ocean menekan pasword pintu. "Se-tua apa wanitanya?" tanyanya penasaran karena senyum Husni benar-benar sangat mesum dan mengerikan.

"Akan kuceritakan saat kita bertemu lagi. Besok atau lusa." Husni menjawab sesantai mungkin. Tidak mungkin ia mengatakan akan bermalam dengan ... ehem! Yang pasti sensasinya akan berbeda.

"Eh? Siapa?" Dahi Ocean mengernyit dengan heran, saat ada seseorang yang menahan pintunya dari dalam.

"KAU!!" sentak Ocean membulatkan mata, saat melihat pria jadi-jadian–asisten pribadi Qanshana yang bernama Milah menghalangi pintu. "BUKA, MILAH!!"

"Tu-tuan Ocean? Ke-kenapa tak menelepon dulu?" tanya Milah dengan raut wajah ketakutan. Tidak ada yang menyangka jika Ocean–kekasih Nona-nya akan datang selarut ini. Perasaan, Nona-nya tak mengatakan jika Ocean akan berkunjung malam ini.

"Minggir tidak!" Ocean mendorong pintu yang ditahan Milah. "Dimana Qanshana?"

"I-itu, No-nona se-sedang–"

"Jangan main-main denganku! Buka atau–"

"Ahh, thanks God! Waktuku habis, Oce." Husni menepuk bahu Ocean. Yang ditepuk langsung menolehkan kepalanya, wajahnya memerah menahan marah pada pria jadian-jadian ini.

"Jangan pergi dulu!" Ocean merentangkan salah satu kakinya, menghalangi Husni pergi. Di saat seperti ini saja, Husni akan pergi! Dasar teman tak setia kawan!

"Sejak tadi kau mengusirku, sekarang–"

"Aku tidak pernah mengusirmu!" Ocean menyangkal dengan cepat. Perasaannya tidak enak. Apalagi Milah sangat kekeh, tidak membiarkannya masuk dengan mudah seperti biasanya. Ada apa didalam sana. Jangan-jangan Qanshananya membawa pria lain.

"Aku pulang dulu. Anak manja, anak kecil, anak imut!" seloroh Husni. Membuat Ocean semakin meradang mendengar ejekannya.

"Selamat malam dan selamat bersenang-semang, Tuanku Ocean." Husni menaik turunkan alisnya semakin menggoda Ocean, yang wajahnya semakin memerah.

"Sedang apa kau didalam, Qans?" batin Husni sama penasarannya dengan Ocean. Tapi … semoga saja prasangkanya salah terhadap Qanshana. Kasihan Tuan manjanya ini jika melihat yang tidak-tidak di dalam sana.

"HUSNI!" Ocean berteriak, "Bantu aku membuka pintu ini! Tenaga Milah seperti beruang! Ada yang tidak beres, Hus!" Lanjutnya dengan kelabakan, karena Husni dengan mudahnya menepis kakinya. "Kita teman 'kan?" rengeknya.

"Teman, deal!" Husni terkekeh, "Itu urusanmu, Oce. Kita sepakat, masalah pribadi aku tak akan ikut campur. Kecuali jika ada yang menyakitimu, ok?!"

"Hish! Dasar menyebalkan!" teriak Ocean amat frustasi.

Karena tak mendapat pertolongan dari Husni Ocean semakin kuat mendorong pintu yang ditahan Milah, yang memiliki tumbuh tambun bak beruang madu.

Husni tak memperdulikan Ocean yang sedang kesusahan mendorong pintu, ia lebih memilih melambaikan tangannya pada Milah. Sedikit mengedipkan mata kanannya seolah sedang menggoda Milah–siapa tahu bisa membantu Ocean. Jika berdekatan dengan Milah, pasti urusannya akan sangat panjang.

"Bye, Milah!"

"Eh, bye-bye, Kak Husni!" Pekik Milah, kelabakan saat mendapat lambaian tangan dari Husni. Ia tak tahu tangan mana yang harus membalas lambaian Husni. Alhasil, dua tangannya ikut melambai. "Bye … bye, Kak Husni." Bagi Milah, Husni adalah pria paling macho dan tampan yang pernah ia kenal. Padahal Ocean juga pria paling tampan dan seksi di matanya.

Karena lengah tertabrak pesona Husni, akhirnya dengan mudah Ocean berhasil mendorong pintu yang ditahan oleh Milah. Walaupun Milah seorang waria namun tenaganya jangan ditanya. 100 kali kekuatan beruang madu.

"Minggir!" Ocean mendorong bahu Milah dengan kasar. Mata coklatnya yang indah mengedar mencari keberadaan kekasihnya itu. "Dimana Qanshana!"

"No-nona Qanshana ada di kamar, tuanku." Milah merentangkan tangannya, menghalangi langkah Ocean yang akan naik ke lantai dua. "A-anda tunggu di sini iya? Biar saya panggilkan Nona Qanshana."

"Ada apa, hah! Kenapa kau menghalangiku untuk ke kamar Qanshana?" Ocean menepis tangan Milah, matanya memicing tajam, melihat keatas.

"A-anu, itu, tuan."

"Apa yang dilakukan Qanshana!" Ocean berseru di depan muka Milah. Lalu ia mendorong tubuh Milah dan melangkahkan kaki menaiki tangga dengan perasaan yang was-was. Tidak mungkin 'kan Qanshana sedang berduaan dengan pria lain.

Bukankah Qanshana sangat mencintainya? Jika benar kekasihnya sedang berduaan dengan pria lain. Memadu kasih dan bercinta dengan penuh kemesraan. Apa yang akan dilakukannya pada Qanshana? Apakah ia akan menampar Qanshana karena telah mengkhianati cintanya? Apakah ia akan menghajar si pria hingga tewas karena telah berani merusak hubungannya dan bercinta dengan kekasihnya? Atau mungkin ia akan memaafkan Qanshana karena memang ia tak pernah bercinta dengan Qanshana sehingga kekasihnya itu lebih menikmati bercinta dengan pria lain.

Argh! Ocean menggelengkan kepalanya. Jika benar Qanshananya berselingkuh. Ia tak akan membiarkan pria itu mati dengan mudah. Pria itu harus menderita terlebih dulu karena sudah menikmati tubuh wanitanya dengan leluasa. Awas saja! Kalian tak akan lolos dengan mudah dari tanganku.

Deg … deg … deg!

Detaknya terlalu cepat, Ocean memegang dadanya. Nafasnya pun tersengal. Ia terlalu takut untuk membuka pintu kamar Qanshana. Biasanya ia sangat leluasa keluar masuk kamar Qanshana. Tapi … ini, tangannya gemetar saat memegang handle pintu. Ia terlalu takut untuk melihat semuanya. Jika semua prasangkanya benar? Bagaimana jika semua sesuai dengan kenyataan yang ada?

"Huft!" Ocean menghembuskan napas, "Tenang … tenang, Oce. Kau harus kuat, ok!"

"Ah … ah, sakit! Pelan-pelan ini sakit!"

Mata Ocean membulat dengan sempurna, saat mendengar teriakan seorang wanita, mendesahkan suara yang kesakitan karena sesuatu.

"Qanshana? Apa yang kau lakukan?" Ocean mencicit, hatinya semakin was-was namun juga terasa sakit. Tangannya terkepal ingin segera membuka pintu itu dan memergoki dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana jalannya perselingkuhan secara langsung? Bagaimana Qanshananya menduakan dirinya? Bagaimana caranya wanita yang menjadi kekasihnya selama 3 tahun itu mengkhianatinya, tidur bersama pria lain? Sudah berapa lama dia berselingkuh?

"Tu-tuan jangan dibuka. Tunggu sebentar, Milah mohon!" Milah memegang tangan Ocean yang sudah memegang handle pintu. Milah tahu apa yang sedang ada dipikiran Ocean kerana raut wajah tampannya yang mengeras. Seolah ingin meledakkan kamar milik Nonanya ini. "Nona Qanshana dan–"

"Pelan-pelan, jangan di situ di sini aja!" Suara itu memekik lagi. Ocean yakin suara dari dalam itu adalah Qanshana–kekasihnya. "Jangan dimasukin ke dalam hi–"

"Minggir, Milah!" Ocean mendorong Milah, hingga tubuhnya jerembab kelantai, suara ke debugnya menggema memenuhi seluruh apartemen Qanshana.

Brak!

"QANSHANA!!" teriak Ocean dengan suara melengking tajam, melihat ranjang yang bisa ia tiduri bersama Qanshana.

Eh?

***

Salam

Busa Lin