webnovel

Milikku

Jasmine yang memang juga merasa tak memiliki bolpoin merah muda itu pun hanya menggeleng dan mengatakan bahwa itu bukan miliknya.

Kirana merasa heran karena sangat jelas tertera nama Jasmine di dalam bolpoin yang tengah ia pegang. Gadis itu kembali menarik tangannya dan memastikan bahwa ia tak rabun dan salah membaca nama. Namun, setelah ia periksa kembali, ternyata memang benar nama sahabatnya yang ada dalam tabung bolpoin merah muda itu.

''Setau gue nama Yashmine pake J, itu cuma satu di sekolah ini.'' Kirana kembali menggigit roti usai berkata demikian. ''Dan emang cuma lo doang yang punya nama itu.''

Cindy meminta bolpoin itu dari Kirana dan melihatnya secara langsung. Ia sedikit terkejut lantaran benar nama Jasmine yang tertera di dalam tabung bolpoin itu.

''Bener, nih. Lo lupa kali, Yash. Barangkali pernah kehilangan bolpen kek gini dan lo nggak inget?'' tanya Cindy, merasa jika mungkin Jasmine melupakan bolpoin tersebut karena terlalu lama hilang.

Jasmine yang benar-benar merasa tak kehilangan bolpoin pun hanya diam dan menerimanya. Ia melihat sisi-sisi dari bolpoin itu dan seketika menyadari sesuatu. Ia pun menatap kedua temannya dan berujar jika memang benar ia yang lupa dengan bolpoinnya itu.

''Nah, kan. Masih muda udah lupa aja.'' Kirana memakan gigitan terakhir rotinya dan langsung mencuci tangan hingga bersih.

''Iya. Thank's ya, Ran,'' ujar Jasmine, mendapat anggukan dari Kirana.

''Btw, ntar gue nggak bisa makan siang bareng, lagi ada briefing di kelas buat Putra-Putri Pilihan.'' Kirana merasa lesu dengan hal itu.

Cindy mengangguk paham. ''Lo bawa bekel, nggak? Mau kita bawain dari kantin?'' tawarnya, terdengar sedikit menggelikan karena biasanya ia hanya bertengkar dengan Kirana.

''Bekel dari mana? Orang Yash tadi pagi aja nggak masak.'' Kirana berdecih kesal dan menatap ke arah Jasmine.

''Bodo amat. Orang gue juga nggak bisa masak,'' balas Jasmine tak mau peduli.

''Ya udah, kita bawain dari kantin aja, ya. Ntar kita ke kelas lu, jarang-jarang main ke kelas lu.''

Kirana mengangguk dan langsung mencubit pipi Cindy dengan gemas. ''Kalo lo kalem gini, kan, gue jadi sayang,'' ujarnya, membuat Jasmine menahan tawa dan Cindy menahan amarah.

Tanpa basa-basi, Kirana langsung berlari keluar dan meninggalkan Cindy yang sudah berteriak kesal lantaran tangan Kirana yang basah memegang wajahnya.

***

Jam istirahat tiba, Jasmine dan Cindy berada di kantin. Mereka mengantri untuk membeli makanan dan mencarikan makanan yang pas untuk lidah orang kaya seperti Kirana. Dalam antrian yang panjang, Jasmine membuka ponsel dan tampak ingin menghubungi seseorang. Namun, ia terlihat kebingungan saat mencari kontak person orang yang akan dihubungi.

''Mana, sik? Nggak ketemu-ketemu,'' gumamnya, terus menunduk dan menggeser jarinya pada layar pipih.

Cindy menguap lebar, ingin lekas makan dan tidur-tiduran di kelas sebelum jam pelajaran selanjutnya dimulai. Jasmine yang masih mencari nomor seseorang itu pun mulai pasrah. Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba ia menemukan apa yang sedang ia cari.

''Yes.'' Gadis itu berhore-ria dengan sangat santai dan lirih.

''Gue mau makan mie aja, deh,'' gumam Cindy, melihat menu hari ini pada papan menu di atas lapak makan di kantin.

Jasmine langsung mengirim sebuah pesan pada orang tersebut.

I'm Jasmine: (send a pict) Lo cari ini?

Gajelas: APAAAAAAAAAAAAA?!!!

Gajelas: LO KENAPA BISA BALES CHAT GUE?!

Gajelas: Eh, bukan! Lo chat gue duluan?

Gajelas: APA INI MUKJIZAT?!

Gajelas: GUE TUH LAGI KEMUSUHAN SAMA LO!

Gajelas: Eh?

Gajelas: Kok, bolpen gue ada di lo?

Melihat balasan yang berlebihan tersebut, Jasmine berdecak kesal dan langsung membalas dengan menekan kuat ponselnya. ''Lebay amat, sik!" gumamnya kesal.

''Nape, lo?'' Cindy yang merasa heran dengan temannya yang tiba-tiba kesal. ''Lagi chatting sama adek lo?''

Jasmine hanya mengangguk dan menyatukan alis sembari terus fokus membalas orang yang tengah ia hubungi.

I'm Jasmine: Gue taroh di pot depan kelas lo aja

Gajelas: Jangan, dong! Ntar ilang ditemu orang, gimana?

Gajelas: Bolpen kesayangan gue, tuh

I'm Jasmine: Ya, terus gimana?

Gajelas: Lo sekarang di mana? Gue ambil aja, deh. Sekarang juga nggak apa-apa

I'm Jasmine: Males! Ntar aja, deh!

Gajelas: Ntarnya kapan? Jangan lo ambil tuh, bolpen gue!

Jasmine masih bergemuruh dan ingin terus kesal melihat balasan-balasan orang yang ia hubungi. Tanpa sadar ia tak melangkah sesuai antrean, membuat orang-orang yang mengantre di belakangnya mulai protes dan meminta ia untuk cepat-cepat melangkah maju.

Cindy yang mendapati temannya asik bermain ponsel dan tak menghiraukan antrian yang tengah protes, pun langsung menarik tangannya dan bertanya ada apa. Namun, Jasmine hanya menggeleng dan memasukkan ponselnya ke dalam saku rok.

'Ngapain gue ambil, coba? Lagian itu juga bolpen gue,' gerutu Jasmine dalam hati, kesal dengan apa yang Romeo katakan dalam roomchat.

***

Jasmine dengan santai berjalan menuju ke lorong sebelah ruang kelas 12. Sebelum jam makan siang berakhir, ia pamit pergi dari kelas usai kembali bersama Cindy dari kantin. Cindy awalnya bertanya ke mana Jasmine akan pergi, dan Jasmine menjawab ia pergi ke toilet.

Dalam perjalanannya menuju ke lorong, ia berpikir jika dirinya mulai gila hingga mau menemui Romeo dengan inisiatifnya sendiri. Padahal ia bahkan tak ingin mendengar namanya, namun kali ini justru ia sendiri yang melangkah untuk menemuinya. Jasmine bahkan berbohong pada temannya hanya untuk menemui seorang Romeo.

'Gila! Gue balik aja kali, ya?' rutuknya dalam hati.

Gadis berambut panjang nan lurus itu kini berdiri di tepi lorong, ia mendadak ragu untuk menemui anak laki-laki yang menunggunya tersebut. Padahal Romeo sudah menunggunya di dalam lorong yang sepi itu.

Lorong itu memang jarang dilewati orang-orang. Meskipun lebih dekat dengan kantin dari area kelas 12, lorong itu cukup gelap hingga membuat banyak orang tak terlalu suka lewat sana.

''Gue balik aja, deh!" Hampir saja gadis itu melangkah pergi, namun ia juga tak mau menyimpan bolpoin lamanya. Tak mau jika terus-terusan mengingat anak laki-laki itu hanya karena sebuah bolpoin.

Dengan mendengkus kasar, Jasmine berbalik badan dan kembali melangkah memasuki lorong. Dilihatnya anak laki-laki yang tengah duduk berjongkok dan bermain-main dengan tali sepatunya. Ia berdecak melihat kelakuan anak itu, dan terus berjalan mendekat.

''Nih!" ujarnya ketus sembari menyodorkan bolpoin merah muda pada Romeo.

Melihat tangan terulur dengan sebuah bolpoin, Romeo tersenyum cerah dan langsung beranjak berdiri. Ia menerima bolpoin itu dengan senang, dan langsung berterima kasih pada Jasmine.

Jasmine hanya mengangguk menerima ucapan terima kasih dari Romeo.

''Lo nemu ini di mana?'' tanya Romeo dengan sangat ingin tahu.

''Kirana yang nemu.''

''Di mana?''

''Ya, mana gue tau.'' Jasmine sedikit menaikkan nada bicaranya. ''Dah, ah. Gue mau balik dulu.''

Jasmine baru saja berbalik badan dan Romeo menahan tangannya begitu saja.

*****

Kamar Tukang Halu, 30 Juli 2022