webnovel

Bolpoin Merah Muda

Pagi hari menjelang bel jam pertama berbunyi, seorang anak laki-laki dengan wajah manis nan tampan tengah memarkirkan motornya di parkiran. Seorang gadis cantik yang menjadi pentolan sekolah sejak tahun pertama ia sekolah, mulai turun dari jok belakang motor si anak laki-laki yang manis tadi. Mereka menjadi pusat perhatian seisi parkiran dan juga lapangan.

Banyak orang menatap heran dengan pemandangan tersebut. Anak-anak yang berada di kelas yang sama dengan si anak laki-laki mulai merasa iri. Mereka tak menyangka bahwa anak bernama Zivan itu bisa akran dan bahkan berangkat sekolah bersama dengan Kirana, gadis galak yang cukup terkenal seantero sekolah. Sementara anak-anak dari kelas Kirana yang melihat langsung kejadian itu hanya bisa diam dan heran. Mereka pikir Kirana putus dari pacarnya dan justru mendekati adik kelas.

''Nih!" Kirana menyodorkan helm pada Zivan.

Dengan tampang kesalnya, Zivan menerima helm tersebut. ''Untung nggak telat. Kakak tuh, ngapain aja sih? Lama amat.'' Ia pun mulai mengoceh.

Kirana berdecih dan memutar bola matanya dengan malas. ''Gue tuh harus cantik, Van. Jadi, dandan dulu lah sebelum berangkat. Mana kagak ada sarapan, lagi. Gue sekarang laper, tau!" balasnya, balik mengomel Zivan.

''Lagian ngapain sih, pake nginep rumah segala? Dah tau di rumah ngga ada orang.''

''Udah ngapa! Ngomel mulu. Berasa punya adek tiri gua.''

Zivan mengambil kunci motor dan berjalan meninggalkan Kirana. Ia yang tak terbiasa berangkat siang pun merasa kesal. Bahkan tanpa sadar Zivan memperlakukan Kirana seperti saat ia memperlakukan Jasmine, kakak kandungnya. Seolah Zivan merasa bahwa Kirana sama seperti kakak kandungnya sendiri.

Kirana yang ditinggal begitu saja pun hanya mendengkus pelan dan berjalan dengan santai di belakang Zivan yang kian menjauh.

''Laper. Ke kantin dulu, deh.'' Bukannya langsung menuju ke kelas karena jam pertama hampir dimulai, Kirana justru berputar haluan dan berjalan menuju kantin.

***

Jasmine tengah mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Di keheningan ruang kelas yang hanya ada suara si guru killer, Jasmine mendadak kurang fokus pada apa yang tengah diajar oleh si guru. Ia teringat dengan anak laki-laki yang menabraknya tadi di koridor.

'Tuh orang beneran kagak bakal ganggu gue lagi, 'kan?' batinnya, mulai sedikit khawatir dengan apa yang mungkin Romeo lakukan ke depannya.

Mengingat bagaimana kasarnya Romeo pada ia tadi, Jasmine jadi berpikir apa ia akan aman mulai saat ini karena Romeo tak lagi menyukainya hingga bisa membentaknya seperti tadi. Mendadak ia juga jadi teringat dengan sikapnya saat pertama kali bertemu dengan Romeo. Ketika ia dituduh berbohong dengan mengatakan sedang mencari sebuah bolpoin, Jasmine bahkan bisa marah dan bersikap judes kala itu. Padahal ia juga tahu kalau dirinya cukup pleasure, dan Cindy pun berkali-kali mengatakan itu padanya.

'Tapi gue sebel, hish! Kenapa dia ngebentak gue tadi? Jelas-jelas dia yang nabrak gara-gara cari bolpennya sendiri.' Jasmine menggerutu dalam hatinya.

Tak mau terlalu memikirkan hal tersebut, Jasmine menggeleng cepat dan kembali mengalihkan fokusnya pada mata pelajaran yang tengah berlangsung. Ia menatap sang guru dengan alisnya yang saling menukik, berusaha untuk fokus pada apa yang tengah dijelaskan.

'Anjir! Gue ngga bisa fokus!' jeritnya dalam hati.

Tak lama kemudian gadis itu menghela napas berat dan mulai lesu. Cindy yang melihatnya pun hanya diam, menggeleng sembari tak peduli dan kembali menatap ke depan pada sang guru.

Karena mulai tak fokus pada pelajaran, Jasmine membuka ponsel dan mulai memiringkan ponselnya tersebut. Gadis itu berniat memainkan game dalam ponselnya. Hal itu membuat Cindy cukup terkejut, mengingat Jasmine hampir tak pernah bermain ponsel saat pelajaran berlangsung. Ia jadi khawatir dengan Jasmine, takut kalau temannya itu sedang kepikiran sesuatu yang berat-berat.

Hingga pada akhirnya Jasmine hanya bermain ponsel sampai jam pertama selesai. Guru jam kedua yang belum memasuki kelas pun membuat Jasmine merasa sedikit leluasa dengan game dalam ponselnya. Matanya masih terpaku pada layar pipih yang tengah ia pegang. Cindy yang merasa aneh pun mulai menatap intens gadis tersebut.

'Bolpen pink?' Tiba-tiba Jasmine memikirkan hal yang membuatnya teringat sesuatu. 'Kayaknya gue dulu punya bolpen pink, deh.'

Matanya memang tengah menatap layar ponsel, namun tidak dengan pikirannya. Gadis itu masih saja memikirkan bolpoin yang membuat Romeo menabrak dan marah-marah padanya.

''Yash, gue mau ke toilet, nih.'' Cindy berujar sembari merengek.

Jasmine tanpa menoleh pun menjawab, ''Kenapa? Mau gue temenin?''

''Ya, iya lah. Kalo enggak, ngapain coba gue nanya-nanya segala.'' Cindy justru merasa geram dengan jawaban tersebut.

Jasmine mendengkus dan langsung menutup ponselnya. Ia berdiri dan meminta Cindy untuk lekas keluar kelas menuju toilet. Gadis berambut pendek itu pun tersenyum tipis dan langsung berdiri.

Mereka berjalan bersama menuju ke toilet, melewati lorong dan lekas sampai. Kedua gadis itu telah memberitahu temannya jika mereka ke toilet, khawatir akan dianggap alpa oleh guru jam pelajaran kedua.

Sesampainya di toilet, Cindy dan Jasmine terkejut mendapati teman satu gengnya, —Kirana, telah berada di depan cermin wastafel. Gadis tinggi berbadan langsing itu tengah duduk di samping meja wastafel dan memakan roti dengan sangat santainya. Mendapati satu sama lain dalam toilet di tengah jam pelajaran, ketiga gadis itu diam sejenak.

''Lo ngapain di sini?''

''Kalian ngapain di sini?''

Kirana dan Cindy berujar bersamaan, sementara Jasmine memutar bola mata dengan malas dan mencuci tangannya.

''Gue kebelet.'' Cindy dengan tak acuh langsung tak menghiraukan Kirana dan masuk ke dalam toilet.

Kirana yang mendapati jawaban ketus Cindy pun hanya bisa berdecak pelan. Ia langsung kembali berkutat pada roti yang tengah ia bawa dan melanjutkan aktifitas makannya.

''Lo telat, ya?'' tanya Jasmine, sembari menoleh menatap Kirana.

Gadis berambut panjang ikal gantung itu mengangguk pelan dan mengunyah makanannya. Jasmine terdengar mengembuskan napas pelan dan ikut menyandarkan bagian belakangnya di meja wastafel.

''Pasti lo diomelin sama Zivan, 'kan?'' Lagi-lagi Kirana hanya mengangguk mendengar pertanyaan Jasmine.

Tiba-tiba Kirana berhenti mengunyah dan teringat sesuatu. Ia langsung merogoh tasnya dan mencari benda yang ia temukan di tengah perjalanan menuju ke toilet tadi. Setelah ditemukan, gadis itu langsung menyerahkannya pada Jasmine.

''Nih, bolpen lo.'' Kirana berkata demikian. ''Tadi gue nemu di koridor deket kelas.''

Melihat bolpoin merah muda yang disodorkan oleh Kirana, Jasmine hanya diam dan menekuk alisnya tanpa mengatakan apa pun. Dalam hati ia merasa familiar dengan bolpoin itu, namun di waktu yang bersamaan ia juga merasa bahwa tak memakai bolpoin merah muda lagi sejak kelas 10 dulu.

''Tapi Yashmine kan, nggak punya bolpen gitu.'' Cindy menyahut, usai keluar dari bilik toilet dan melihat benda yang diberikan Kirana pada Jasmine.

''Ada namanya, kok. Liat aja.''

*****

Kamar Tukang Halu, 28 Juli 2022