webnovel

Janji Masa Lalu

Menjalin persahabatan selama lima belas tahun lamanya, bahkan waktu sudah melampaui setengah usia mereka sendiri. Tahun ini Lexi akan memasuki usia 30 tahun, sedangkan Ben akan berusia 31 tahun. Dan keduanya masih dalam status belum menikah. Di usia yang sudah dewasa, pertanyaan kapan menikah adalah hal paling tidak ingin didengar baik oleh Ben dan Lexi. Mereka bahkan kompak menghindari acara keluarga masing-masing, yang akan mencerca mereka dengan pertanyaan membabi buta tentang pernikahan. “Kapan kamu akan menikah.” “Buruan kenalkan calon kamu sama, Tante.” “Jangan menunda menikah, ya. Kamu tahu semakin berumur kamu, akan semakin sulit nantinya mempunyai keturunan.” Hari di mana Lexi memasuki usia kepala tiga, Ben mengungkapkan kembali janji yang mereka buat ketika Ben baru saja lulus sekolah menengah. Lexi sendiri bahkan sudah melupakan janji mereka, tentang ikrar yang menyangkut masa depan mereka seumur hidup. “Lexi nanti kalau di usiaku yang ke-30 dan aku belum menikah, maka kamu harus menikah denganku.” Ben yang saat itu berusia 16 tahun mengulurkan janji kelingkingnya pada Lexi. “Baiklah, jika Ben tidak memiliki pacar ketika berumur 30 tahun. Maka Lexi akan menikah dengan Ben.” Janji Lexi 15 tahun, menautkan jari kelingkingnya dengan Ben. Bersatunya jari kelingking mereka berdua pada saat itu, berdampak pada Ben dan Lexi yang bersatu sebagai pasangan yang menghabiskan seluruh hidup bersama ketika keduanya dewasa. Credit Cover by Pexels.

Chilaaa · Urbain
Pas assez d’évaluations
393 Chs

Bab 368 || Kalender

"Kalian bertiga kenapa?" tanya Theo pada ketiga temannya.

Mereka adalah Ryan, Justin, dan Harry. Saat ini mereka duduk di sebuah meja melingkar di dalam sebuah ballroom hotel. Mendatangi salah satu acara ulang tahun pernikahan pejabat kota ini.

Keempatnya memiliki wajah yang sangat tampan dan rupawan, diantara kerumunan mungkin kelompok merekalah yang paling menonjol. Bahkan jika dibandingkan dengan sang pemilik acara.

Selain karena tampang yang menawan, juga karena status masing-masing dari mereka yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah anak-anak dari para konglomerat negeri ini, yang wajahnya sering kali muncul dalam majalah bisnis lokal maupun luar negeri.

Para gadis menjerit tertahan ketika melihat keempat pria tampan itu berkumpul dalam satu meja, pujaan karena visual dan kantung tebal yang mereka miliki. Membuat mereka ingin sekali menyodorkan rahimnya untuk diisi dengan kehangatan di atas ranjang oleh mereka berempat.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com