Setiap langkah kaki yang Elena ambil mendekati kedua makam menyimpan rindu dan rasa kehilangan yang teramat dalam. Elena ditinggalkan ibunya saat berusia sepuluh tahun dan satu tahun kemudian ayahnya menyusul, seakan tidak sanggup kehilangan wanita yang dicintainya. Setiap hari Elena berharap ia bisa ikut keduanya.
Elena meletakkan buket bunga lili putih di atas nisan, lalu sebentar menutup matanya. Sayup sayup ia mendengar suara langkah kaki dan seperti roda yang bergesek dengan jalan.
Elena membuka matanya lantas menoleh ke arah samping. Ia menemukan Elleard, di atas kursi roda yang berjalan. Di belakangnya tampak ada lima orang berseragam serba hitam.
Karena pakaian mereka yang mencolok itu Elena bisa tahu jika itu adalah laki-laki kemarin yang memborong bunganya. Elena masih memperhatikan lelaki itu sedikit menunduk di depan sebuah makam. Ia bisa menebak jika makam itu adalah orang yang paling disayangi lelaki itu. Terlihat dari bagaimana ia bersedih.
Elena buru-buru membuang wajahnya saat Elleard juga memergokinya. Pandangan Elena kembali pada kedua makam orang tuanya.
"Ibu, ayah. Aku menjaga toko bunga dulu. Nanti aku kembali." Elena melambaikan tangan seakan nisan itu adalah kedua orang tuanya yang juga membalas melambaikan tangan.
Elena sudah hendak melewati barisan orang serba hitam itu.
"Hey! Penjual bunga!"
Elena menoleh dan menampilkan senyum ramahnya yang biasa.
"Aku tidak membawa bunga. Apakah bisa aku membeli bungamu?" tanya Elleard.
Toko bunga memang masih Elena tutup karena ia ingin berkunjung lebih dulu dan bibinya tidak ikut hari ini.
"Baiklah, Tuan. Akan saya ambilkan." Elena segera berlalu menuju toko bunganya dan merangkai sebentar satu buket bunga lili putih. Katanya hampir semua orang menyukai bunga lili putih.
Setelah selesai dengan buket bunga kecil nan cantik, Elena kembali pada area pemakaman. Ia lantas menyerahkan bunga itu kepada Elleard.
Elena masih menunggu Elleard selesai berdoa. Setelahnya mereka berdua sama-sama beriringan menuju toko bunga Elena.
"Aku ingat toko bunga ini sudah ada dari saat kakekku dimakamkan," kata Elleard. Kursi rodanya yang terus berjalan dengan Elena melangkah di sampingnya.
"Benar, toko ini milik kedua orang tuaku," jawab gadis itu.
"Pantas, aku merasa tidak asing saat pertama kali datang lagi." Bayangan Elleard sempat melayang, teringat pada bayi kecil yang pernah ibunya gendong karena menangis. Sedangkan ibu anak bayi itu sedang merangkai bunga.
Elleard kecil pernah mengatakan ingin memiliki adik perempuan pada ibunya setelah melihat bayi perempuan dengan bandana merah muda di kepalanya yang terlihat sangat imut itu.
Keduanya kini telah sampai di depan toko. Elleard menoleh kepada Elena dan berkat, "Buatkan aku buket bunga yang besar dan mahal."
Elena tersenyum lebar sampai mata bulatnya bersinar gembira. "Tentu saja, Tuan."
Dengan sigap ia membuka tokonya dan segera mengeluarkan peralatan merangkai bunga dan mulai bekerja. Elleard terus memperhatikan bagaimana gadis itu merangkai satu demi satu setiap bunga agar menjadi indah.
***
Dari pemakaman, Xavier membawa Elleard ke perusahaan mereka yang bergerak dibidang industri otomotif. Mobil-mobil mewah keluaran perusahaannya laris manis di pasaran dunia.
Sekarang semua aset dan kekuasaan akan beralih pada Elleard yang sebelumnya Xavier kuasai bersama pamannya yang membantu.
Dari luar tidak ada yang tampak aneh dengan gedung berlantai tinggi itu. Namun, saat menaiki lift, jika mereka adalah orang kepercayaan Xavier atau kedua orangtuanya dulu, maka lift itu akan turun ke bawah tanah.
Keberadaan ruangan di bawah tanah itu adalah otak dari perusahaan juga perdagangan gelap yang orang tua mereka wariskan. Usaha kelompok mafia mereka cukup banyak, mencakup pabrik senjata, kasino, serta informasi penting dan pemilik perusahaan keamanan yang sering dipakai para pejabat untuk memperdaya lawannya.
Hanya ada dua hal yang tidak keluarga Osbart jual: obat-obatan terlarang dan organ manusia.
Elleard sudah ada dalam ruangan serba putih dengan dinding kaca yang dilengkapi berbagai teknologi AI tercanggih.
"Kau ingin melihat ayah dan ibu?" tanya Xavier. Elleard mengangguk.
Ruangan ini hanya bisa dikendalikan oleh suara anggota keluarga Osbart, termasuk Xavier dan Elleard. Dulu, ruangan ini tidak secanggih sekarang. Namun sejak lama gedung ini sudah menjadi sasaran orang-orang yang menginginkan kekuasaan keluarga Osbart.
Keluarga Osbart yang rata-rata berotak genius membangun ruangan ini dan sistem keamanan yang luar biasa canggih. Hanya dengan perintah suara mereka, teknologi AI mereka bisa mencari informasi sampai sekecil apa pun.
Apakah ada batasan? Tentu saja ada, namun hanya sedikit. Ada beberapa sistem yang tidak bisa diterobos salah satunya keamanan beberapa negara adidadya yang menggunakan sistem keamanan sama atau lebih canggih dari mereka.
Sementara negara-negara kecil dapat dengan mudah diinflitrasi oleh keluarga Osbart, jika mereka mau. Tentu saja hal ini tidak mereka lakukan sesuka hati, untuk menghindari agar tidak menarik perhatian orang lain.
"Tampilkan ayah dan ibu!" Suara Xavier terdengar lirih.
Tidak berapa lama kemudian dinding kaca di depan mereka segera menyala dan berubah menjadi layar video canggih yang menampilkan beberapa rekaman lama.
Elleard mengatupkan rahangnya dengan kuat saat matanya nanar menatap layar. Di sana, ada video kebersamaan orang tuanya saat muda bermunculan. Kedua orang tua mereka dilahirkan di dunia kejahatan.
Hubungan Marco dan Gabriella awalnya tidak disetujui keluarga masing-masing. Namun akhirnya mereka berhasil meyakinkan kedua kubu untuk berdamai dan merestui pernikahan mereka.
Elleard dan Xavier selalu tertawa saat mendengar ibunya menceritakan bahwa dulu mereka mengancam orang tua masing-masing bahwa jika tidak direstui maka mereka akan bunuh diri bersama. Seperti Romeo dan Juliet.
Akhirnya, pasangan serasi itu memang meninggal bersama… di hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-25. Kini, memikirkan hal itu membuat dada Elleard sesak. Sungguh ia sangat merindukan orang tuanya.
Video kembali memutar adegan pernikahan kedua Marco dan Gabriella Osbart. Terlihat semua tamu undangan bersikap sangat kaku. Kedua keluarga mereka yang tadinya bermusuhan baru berdamai dan sikap mereka terhadap satu sama lain sangatlah canggung.
Situasi itu membuat Marco dan Gabriella tertawa. Pada akhirnya pesta taman bisa berjalan santai dan kedua keluarga mafia itu menikmati pesta.
Dari pesta pernikahan, video kembali berputar menampilkan sosok Marco dan Gabriella Osbart yang sedang pergi berbulan madu. Tawa suka cita keduanya seakan menjadi obat penyembuh lara bagi Xavier, sedangkan Elleard sudah meneteskan air matanya.
Video terus diputar menampilkan berbagai kenangan indah keluarga mereka, hingga kemudian sampai pada video kelahiran Elleard yang disambut suka cita dan pelukan kedua kakenya.
Dulu Gabriella pernah bercerita bahwa saat ia akan melahirkan Elleard, satu lantai rumah sakit disewa dan semua yang akan melewati lantai itu harus melalui pemeriksaan ketat namun tertutup dari media.
Karena pihak rumah sakit ketakutan bahwa mereka disewa oleh keluarga mafia, akhirnya salah satu sayap di rumah sakit itu ditutup selama satu minggu dengan alasan perbaikan. Hanya dokter-dokter terpilih dengan para perawat yang membantu ibu Elleard melahirkan yang bisa masuk ke sana.
Video itu kembali berputar pada saat Xavier lahir dan Elleard terlihat tersenyum di samping box bayi dan menyentuh pipi adiknya.
"Kau sayang pada adikmu?" tanya Gabriella di balik kamera.
"Mm…sayang sekali," kata Elleard kecil sambil tersenyum lebar. "Aku akan mengajarkan dia menunggang kuda dan menembak."
Elleard kecil terlihat sangat tampan. Ia menyentuh pipi adiknya, Xavier yang masih bayi.
Lalu video beralih pada peristiwa di malam naas itu, malam peringatan ulang tahun pernikahan kedua orang tua mereka. Tampak Gabriella Osbart sedang memamerkan gaunnya dengan penuh suka cita.
"Stop!" Suara Elleard tiba-tiba menghentikan tayangan rekaman di layar.
Ia tak sanggup lagi melihatnya. Perangkat lunak itu seketika mati.
Xavier kembali beralih pada Elleard. "Kau ingin tahu semua kabar yang terjadi selama ini? Atau nanti?"
"Kau katakan apa yang harus aku tahu," kata Elleard.
Xavier mengangguk. Ia lalu beralih ke arah layar dan memberi perintah. "Tampilkan keluarga Marquez!"
Sistem kembali menampilkan video dengan orang-orang yang mengenakan topeng hitam.
"Aku sudah mengejar keluarga mereka dan membantai satu demi satu," kata Xavier dengan dingin. "Tidak mudah, tetapi aku akan terus mengejar sampai orang terakhir berhasil kubunuh."
Selama tiga tahun ini, Xavier telah melumuri tanganya dengan darah keluarga para pembunuh itu satu demi satu.
Suara tembakan langsung mengalihkan pandangan Elleard. Orang yang ada dalam video terjatuh bersimbah darah.
"Tinggal dua orang yang belum aku temukan." Xavier menandai dua kepala orang itu dengan tinta merah. "Aku mendapatkan kabar jika mereka menjadi pejabat. Mereka bisa mendapatkan kekuasaan setelah orang tua kita terbunuh dan semua wilayah saat itu kacau."
Ia menambahkan, "Mereka yang setia siap mati tidak ingin membelot, sedangkan yang tidak punya nyali memilih menjadi pecundang yang membuka semua milik kita pada publik. Terpaksa aku harus memotong beberapa organisasi gelap kita."
"Bagaimana dengan pabrik senjata?" tanya Elleard.
"Itu masih sangat aman, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh hasil kerja keras orang tua kita."
Keluarga Osbart juga terkenal sebagai pemasok senjata ke beberapa negara, juga pembela konflik yang disebut pemberontak. Mereka membina jaringan ini dengan sangat hati-hati dan berhasil mempertahankannya walaupun Marco Osbart sudah tidak ada karena ada adiknya yang membantu Xavier mengurus bisnis ini.
"Baiklah, aku sudah menunjukkan semuanya. Sekarang kita kembali!"
Xavier yang tadi bersandar pada meja kini berjalan mendekati Elleard. Kursi roda itu mulai ia dorong. Kenyataan kakaknya sulit untuk pulih telah didapatkan dari berbagai dokter hebat yang ia bayar secara khusus untuk menangani kaki Elleard.
Pintu ruangan otomatis terkunci lantas Xavier berjalan beriringan dengan kursi roda Elleard yang telah ia ubah mode ke pengaturan untuk beroperasi sendiri.
.
.
.
________________________
Catatan Missrealitybites:
Halo, teman-teman. Selamat datang di buku baru saya. Ini adalah entri saya untuk kontes WSA (Webnovel Spirity Award). Mohon dukungannya supaya cerita ini menang ya. Kalau novel saya ini menang juara 1 WSA, saya berjanji akan menerjemahkan semua novel saya di Webnovel.
Kalian bisa membaca sampai tamat buku "The Cursed Prince" (Pangeran Yang Dikutuk), "Finding Stardust" (Putri Dari Akkadia), dan tentunya buku ini juga akan ditulis sampai tamat.
Mohon dukungannya dalam bentu power stone, review, komentar, gift, dll. Boleh juga share cerita ini ke teman-teman dan keluarga kalian, biar semakin banyak yang baca. Terima kasih banyak ^^