webnovel

Istri Manja Tuan Muda Duke

⚠️⚠️ Warning!! Ada adegan dewasa. Harap bijak dalam membaca.⚠️⚠️ Clarissa , Gadis kecil yang masih berusia 17 tahun. Dia rela menggantikan kakaknya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Meski dirinya harus mengorbankan kebahagiaan dirinya. Dia yang terkenal sedikit tomboy itu. Menikah dengan pria dingin. Bahkan sudah terkenal di kalangan wanita. Meski selalu bertengkar, tetapi itu membaut hubungan mereka semakin gokil. Penuh canda dan tawa, Meski rasa sakit terkadang selalu ada dalam hubungan.

Honey_Bee99 · Urbain
Pas assez d’évaluations
4 Chs

Manja

Rissa mendorong tubuh Duke, membuat pria itu berbaring di sampingnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya gadis itu, mencoba mengatur napasnya. Mengusap dadanya berkali-kali. Ia akhirnya bisa lega, laki-laki itu tidak menyentuhnya lebih dulu.

"Sekarang cepat pergi, dan ambil koper kamu. Malam ini kamu tidur di kamar sebalahhku" ucap Duke, yang mulai beranjak berdiri. Ia memakai kemeja yang di pilihan Rissa untuknya. Terlihat dada bidang Duke, di depan matanya. membuat mata Rissa tidak berhenti berkedip, memancatkan sebuah kegaman.

"Mimpi apa aku semalam, akan menikah dengan laki-laki seperti dia. Kalau seperti ini, aku gak jadi menyesal menikah dengannya" batin Rissa, memandang setiap detail dada bidang Duke, yang mulai terbalut kemeja hitam, bergaris putih, sangat pas dengan warna kulit tubuhnya.

Duke laki-laki tampan yang sangat 'friendly' pada semua orang. Sifatnya yang terkadang dingin, tidak membuat wanita menjauh darinya.

"Kenapa kamu diam, dan masih di sini" ucap Duke.

"Melihatmu!!"

Ke dua alis Duke tertaut, muncul banyak pertanyaan di otaknya.

Gadis ini kenapa dia sangat aneh? Dia tidak takut denganku?

Duke mengerutkan keningnya, ia sedikit familiar dengan gadis kecil itu. Sepertinya ia pernah bertemu denganya? Tapi di mana?

Entahlah.. Duke tidak ingat itu semua.

"Om, kenapa diam?" gemas Rissa, yang melihat pria di depannya hanya diam melamun dengan tatapan kosongnya.

"Om?" tanya Duke dingin.

Rissa mengedipkan matanya berkali-kali. Mendekatkan wajahnya. "Memangnya kenapa?" tanya Rissa.

"Jangan panggil aku, om. Apa gak ada nama lain, dan lagi apa memang umurku setua itu. Kamu panggil aku, Om."

Rissa memutar matanya, menarik bibirnya ke kanan dan ke kiri bergantian, mencoba berpikir nama panggil yang cocok untuk pria di depannya itu. "Gimana kalau aku panggil Pigan" ucap Rissa antusias.

Duke nengerutkan keningnya, menarik satu sudut bibirnya. "Pigan?" tanya Pria itu heran.

"Apa itu?" lanjutnya.

"Masak kamu gak tahu. Pigan itu, Pria ganteng" ucap Rissa, mengembangkan bibirnya membantuk senyuman semanis mungkin.

Duke tersenyum samar, menggelengkan kepalanya.

"Dasar aneh!!" Duke, melangkahkan kakinya pergi, sebelum mendengar jawaban dari Rissa yang membuatnya buang-buang waktunya.

"Eh.. Kamu mau kemana?" tanya Rissa beranjak mengikuti langkah Duke dari belakang.

"Mau makan,"

"Kenapa gak ajak aku, bukanya aku calon istri kamu. Kamu tahu aku itu lapar," Rissa menguntupkan bibirnya, mengedipkan matanya, melipat ke dua tanganya di depan dadanya. seakan dia memohon pada pria di depannya.

Duke berdengus kesal. Melirik ke arah gadis kecil yang akan jadi istrinya. Entah.. apa yang akan ia dapatkan nanti, jika menikah dengannya. Padahal memang dia ingin menikahi Sisca karena ia ingin membalas dendam padanya. Tapi bagi dia, adiknya juga bisa ia buat untuk balas dendam dengan orang tuanya.

Karena orang tuanyalah, semua kehidupan orang tuanya dulu berubah.

"Ayo.. Kita makan," Rissa merengek, menarik lengan baju Duke. Membuat Duke tersadar dari lamunannya.

"Iya, tapi bisa lepaskan tangan kamu, gak?" gumam Duke kesal. Suaranya terdengar begitu berat khas. Membuat jantung Rissa seakan mau copot dari kerangkanya.

"Suara yang sangat seksi" batin Rissa, mendongakkan kepalanya, menatap Duke yang memang lebih tinggi darinya.

Rissa mengembangkan ke dua sudut bibirnya. Menatap wajah tampan dan mendengar suaranya saja, ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali satu kata yang ia ucapkan.

"Siap," ucap Rissa lantang.

Mereka berjalan ringan menuruni anak tangga. Melangkahkan kakinya menuju meja makan di depan pandangannya. "Om, aku mau makan steak, sama kentang." ucap Rissa antusias, berlari menuju ke meja makan. Dan dengan cepat ia menarik kursi untuk tempat ia duduk.

"Kamu lihat sendiri saja. ada gak di sana. Kalau gak ada gak usah, makan yang ada." ucap Duke datar. Ia duduk di depan Rissa, yang mulai membalikkan piring yang tengkurap di depannya.

Rissa mengerutkan bibirnya. Memuta matanya, berkeliling menatap meja makan di depannya. "Tidak ada yang aku inginkan," gumam Rissa pelan.

"Gimana?" tanya Duke.

"Gak mau, aku mau makanan ini." ucap Rissa tegas. "Kamu sini, cepat buatkan aku Steak dan fried freis."

"Baik, Non." ucap pelayan, sedikit menundukkan badannya.

"Udah, kamu turuti apa yang di mau. Dan buatkan dia minuman khusus untuk dia nantinya."

"Betul, itu. Aku mau jus apukat." saut Rissa antusias.

"Baik, non." pelayan itu segera membalikkan badanya dan bergegas membuatkan makanan dan minuman yang gadis itu inginkan.

Duke hanya diam, menatap gadis aneh di depannya itu. Ia tidak menyangka jika gadis itu sangat unik, membuat ia semakin tertarik. Tapi ia juga harus lebih bersabar menghadapi gadis aneh di depannya.

"Bukanya berniat untuk belas dendam. Tapi kenapa malah aku yang terjebak dengan gadis gila ini. Aku sudah terlanjur membawanya kemari dana akan menikahinya dua hari lagi. Tidak mungkin semua aku batalkan begitu saja." gumam Duke dalam hatinya.

Rissa, melipat ke dua tanganya di atas meja, mendekatkan wajahnya, menggerakkan ek kanan dan ke kiri menatap wajah Duke yang napak kosong.

"Om, apa om baik-baik saja." tanya Rissa, beranjak berdiri, mencoba menyentuh dahi Duke.

Duke terjingkat dari duduknya, menarik tubuhnya ke belakang. menepis tangan Rissa di dahinya. "Apa yang kamu lankukan?" tanya Duke.

"Biasa saja, om. Aku itu hanya ingin cek kondisi om baik-baik saja atau tidak. Lagian dari tadi kamu diam, menatap ke arahku." ucap Rissa, engan senyum tipis menyungging di bibirnya.

Duke menggertakkan gigirnya, berdecak kesal menatap kenarah Rissa. "Berapa kali aku bilang padamu. Jangan panggil aku dengan sebutan, Om."

"Oke, aku panggil mas, atau panggil paman. Atau panggil kakak?"

"Terserah kamu!!" jawab Duke semakin kesal.

"Baiklah, tuan Duke yang terhormat. Aku hanya ingin bilang padamu," ucap Rissa, menampilkan wajah seriusnya.

"Bilang apa?" tanya Duke mulai penasaran.

"Mendekatlah!!"

Duke menautkan ke dua alisnya, menatap bingung pada Rissa. Dengan terpaksa ia mendekatkan wajahnya ke arah Rissa.

"Sini, semakin dekat. Nanti kamu gak denger apa yang aku bilang." ucap Rissa, menarik ke dua alisnya dengan senyum menggoda.

Duke menghela napas kesal, entah kenapa ia merasa ingin menuruti apa yang di minta gadis itu. Dalam hatinya tak bisa menolak apa yang dia katakan.

"Cepat katakan!!" ucap Duke kesal.

"Baiklah!!" Rissa semakin mendekatkan wajahnya. Dan berbisik padanya.

"Tuan Muda, terlalu serius. Jangan di bawa emosi terus. Nanti tambah tua seperti om-om tua lagi" ucap Rissa, sambil tertawa.

Namun Duke hanya diam, dengan wajah datar. dan tatapanya semakin dingin. membuat Rissa yang menatap ke arahnya, takut!!

Tatapanya sangat tajam seakan memancarkan percikan api kemarahan dalam ke dua matanya.

Duke meletakkan ke dua telapak tanganya di pelipis Rissa, membuat ke dua mata mereka saling tertuju padanya. Sebuah benda kenyal mendarat dengan sempurna di bibir Rissa, membuat gadis itu melebarkan matanya, terkejut.