Ia hanya bisa memandang ke bawah dengan wajah ketakutan. Ke arah mana masih ada sisa-sisa darah mengering berceceran. Setiap kali ia hendak turun dari rumah pohon, selalu ada saja yang membuatnya merasa was-was. Sudah dua hari ia di atas pohon itu, bersama anak satu-satunya karena putranya yang lain beserta sang ayah sudah menghilang entah kemana sejak kawasan itu dipenuhi oleh mayat-mayat hidup. Ia satu-satunya yang mungkin selamat karena melarikan diri ke hutan dan menemukan pondok atas pohon tempatnya bersembunyi itu.
Blug...!
Kali ini ia melihat sebutir buah durian hutan jatuh ke tanah tak jauh dari pohon tempatnya bersembunyi. Buah itu sangat menggiurkan bagi dirinya yang sudah dua hari tidak makan, dan air susunya mengering karena lapar, sehingga bayinya pun ikut kelaparan. Bayi itu terus merengek-rengek karena ingin menyusu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com