Dan ia dengan penuh emosi mengacak-acak sejumlah berkas yang tersusun di meja. Menebas beberapa alat tulis kantor dengan tangannya sehingga berhamburan di lantai, lalu duduk dengan terengah-engah di kursinya.
Beberapa orang yang ada di ruangan tamu terpaku diam, termasuk dokter anatomi yang tidak diijinkan nya untuk pulang ke Jakarta.
Rina dan Lusia yang ada di ruangan itu saling berpandangan. Rina mengedikkan bahu. Tersenyum masam ke arah Lusia.
"Dia memang begitu kalau sedang depresi," katanya. "Tapi itu jarang terjadi," lanjutnya pula.
Lusia geleng-geleng kepala. "Pasti ini semua gara-gara aku...."
"Bukan aku rasa..."
"Biar aku yang menemuinya di dalam...." Lusia melangkah ke dalam ruang kerja Om Doni.
"Eh, jangan..." Rina berusaha mencegah, tapi Lusia terlanjur melangkah masuk. Rina geleng-geleng kepala. "Sama-sama keras kepalanya...!" desisnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com