webnovel

HUTAN TERKUTUK

"Jangan coba-coba merambah hutan yang kami lindungi!" demikian selalu ucapan warga jika ada pihak perusahaan perkebunan berniat ingin memperluas lahannya ke area hutan itu. Hutan itu memang selalu dijaga warga, bukan hanya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun tak ada yang boleh berani menginjakkan kaki di sana. Warga selalu menutup dan menjaganya, bahkan jika ada pihak luar yang berani melanggar mereka tak segan-segan untuk bertindak bahkan mengancam nyawa nya. Ada apa yang disembunyikan warga selama ratusan tahun tak ada yang tahu persis. Dan itu pulalah yang membuat perusahaan yang dipimpin oleh Om Doni menjadi penasaran. Karena ngototnya warga ingin mempertahankan keberadaan hutan itu, ia pihak perusahaan akhirnya nekad mengirimkan dua orang staffnya untuk meneliti kebenaran mitos yang dihembuskan warga, bahwa hutan itu mengandung kutukan yang sangat mematikan. "Aku tugaskan kalian untuk membuktikan ketidakbenaran akan mitos yang dihembuskan warga itu!" kata Om Doni kepada staffnya, Hendra dan Lusia. Dengan setengah terpaksa akhirnya keduanya memasuki area hutan itu, dengan harapan bisa membuktikan ketidakbenaran kutukannya. Tapi sesuatu yang mengerikan justru menunggu mereka di sana. Sesuatu yang selama ratusan tahun menunggu untuk dibangkitkan...! Dan sesuatu itu terus mengejar siapapun di sekitarnya dengan teror dan kutukan yang mengerikan...!

naramentaya20 · Horreur
Pas assez d’évaluations
115 Chs

Lusia Masuk Neraka?

Lusia merasakan tubuhnya terlempar memasuki sebuah lorong hitam yang tidak dikenal. Tubuhnya terasa melayang-layang di ruang hampa udara. Ia menjerit-jerit panik, tangannya mengapai-gapai kesana kemari mencari tempat berpegang, namun tubuhnya bagai tersedot oleh hembusan angin kencang. Terus berhembus membawa dirinya ke suatu tempat yang sama sekali asing baginya. Bukan hutan, dan bukan pula Padang pasir.

Ia kini berada di suatu tempat yang dirasanya aneh. Sebuah kawasan perbukitan yang sangat luas, namun hanya bebatuan dan terdapat beberapa danau terhampar di hadapannya.

Ia jatuh berguling-guling di bebatuan kecil yang berwarna kemerahan. Kulitnya terasa perih. Tertatih-tatih ia berdiri sambil memandang hamparan di sekitarnya. Matanya membelalak, mencari-cari kalau-kalau ada orang di sekitarnya.

Tapi tempat itu juga sunyi sepi. Tak ada siapapun. Ia menyipitkan matanya karena silau matahari, dan saat ia memandang ke atas ia tertegun.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com