webnovel

HUTAN TERKUTUK

"Jangan coba-coba merambah hutan yang kami lindungi!" demikian selalu ucapan warga jika ada pihak perusahaan perkebunan berniat ingin memperluas lahannya ke area hutan itu. Hutan itu memang selalu dijaga warga, bukan hanya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun tak ada yang boleh berani menginjakkan kaki di sana. Warga selalu menutup dan menjaganya, bahkan jika ada pihak luar yang berani melanggar mereka tak segan-segan untuk bertindak bahkan mengancam nyawa nya. Ada apa yang disembunyikan warga selama ratusan tahun tak ada yang tahu persis. Dan itu pulalah yang membuat perusahaan yang dipimpin oleh Om Doni menjadi penasaran. Karena ngototnya warga ingin mempertahankan keberadaan hutan itu, ia pihak perusahaan akhirnya nekad mengirimkan dua orang staffnya untuk meneliti kebenaran mitos yang dihembuskan warga, bahwa hutan itu mengandung kutukan yang sangat mematikan. "Aku tugaskan kalian untuk membuktikan ketidakbenaran akan mitos yang dihembuskan warga itu!" kata Om Doni kepada staffnya, Hendra dan Lusia. Dengan setengah terpaksa akhirnya keduanya memasuki area hutan itu, dengan harapan bisa membuktikan ketidakbenaran kutukannya. Tapi sesuatu yang mengerikan justru menunggu mereka di sana. Sesuatu yang selama ratusan tahun menunggu untuk dibangkitkan...! Dan sesuatu itu terus mengejar siapapun di sekitarnya dengan teror dan kutukan yang mengerikan...!

naramentaya20 · Horreur
Pas assez d’évaluations
115 Chs

Kota Yang Mendadak Sepi

Lelaki itu nyengir mendengarnya. "Baguslah kalau begitu. Aku akan punya anak dan kau bakal menjadi isteriku! Aku kan sudah bilang, aku suka kamu...!"

"Gak! Aku belum memutuskan apapun soal cinta dengan mu! Aku masih ingin bebas!" Lusia mendengus jengkel.

Ia bergegas mengenakan pakaiannya kembali, lalu mengambil tasnya.

Lelaki itu geleng-geleng kepala seraya tersenyum. "Cantik-cantik keras kepala..." gerutunya sambil garuk-garuk kepala. "Ya udah! Kalau kamu takut hamil minum saja air soda sebanyak-banyaknya!"

Lusia nyengir. "Aku gak mau hamil dari benih kamu. Ntar bayinya jelek!" kata Lusia sambil dengan mesranya mencubit hidung mancung laki-laki itu.

Mereka berdua malah ketawa cekikikan. Sembari bergandengan tangan keduanya keluar dari kamar. Suasana temaram menyambut mereka.

Tak terdengar suara siapapun. Tak seperti suasana kota apalagi di perhotelan seperti pada umumnya. Kota itu tiba-tiba menjadi kota mati.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com