Lusia menjerit-jerit dan meronta di dalam truk yang membawanya. Mulutnya terikat dengan selembar kain lusuh sedang kaki dan tangannya terikat kencang.
Gerakan memberontaknya membuat sang sopir truk yang berwajah galak merasa terganggu.
"Diam kau!" bentaknya. Ia memukul kepala gadis itu dengan bogemnya. Buk! Membuat gadis itu terbelalak dan semakin meronta-ronta. "Heh! Diamm! Kalau bukan karena buat dijadikan tumbal, mungkin kau sudah kubunuh sejak tadi! Berisik!" makinya.
"Bang, sebelum dikorbankan, bisa enggak kita cicipi dulu. Sayang sekali, Bang! Dia sangat cantik. Masak disembelih begitu saja?" teman yang satunya yang berada di sampingnya menyahut.
"Oh, gak bisa! Yang dijadikan tumbal itu harus masih perawan! Tapi dia ini masih perawan gak ya? Hei! Kamu masih perawan enggak...?" Sang sopir bertanya sambil mengayunkan lagi bogemnya ke kepala Lusia. Gadis itu melotot dan dari hidungnya mulai mengucurkan darah.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com