webnovel

HUTAN TERKUTUK

"Jangan coba-coba merambah hutan yang kami lindungi!" demikian selalu ucapan warga jika ada pihak perusahaan perkebunan berniat ingin memperluas lahannya ke area hutan itu. Hutan itu memang selalu dijaga warga, bukan hanya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun tak ada yang boleh berani menginjakkan kaki di sana. Warga selalu menutup dan menjaganya, bahkan jika ada pihak luar yang berani melanggar mereka tak segan-segan untuk bertindak bahkan mengancam nyawa nya. Ada apa yang disembunyikan warga selama ratusan tahun tak ada yang tahu persis. Dan itu pulalah yang membuat perusahaan yang dipimpin oleh Om Doni menjadi penasaran. Karena ngototnya warga ingin mempertahankan keberadaan hutan itu, ia pihak perusahaan akhirnya nekad mengirimkan dua orang staffnya untuk meneliti kebenaran mitos yang dihembuskan warga, bahwa hutan itu mengandung kutukan yang sangat mematikan. "Aku tugaskan kalian untuk membuktikan ketidakbenaran akan mitos yang dihembuskan warga itu!" kata Om Doni kepada staffnya, Hendra dan Lusia. Dengan setengah terpaksa akhirnya keduanya memasuki area hutan itu, dengan harapan bisa membuktikan ketidakbenaran kutukannya. Tapi sesuatu yang mengerikan justru menunggu mereka di sana. Sesuatu yang selama ratusan tahun menunggu untuk dibangkitkan...! Dan sesuatu itu terus mengejar siapapun di sekitarnya dengan teror dan kutukan yang mengerikan...!

naramentaya20 · Horreur
Pas assez d’évaluations
115 Chs

59. Jeritan dan Darah!

Si rekan yang sejak kemaren belum berganti baju menggaruk-garuk kepalanya bingung. "Gimana cara menangkapnya? Boro-boro kita berhasil menangkap, malah kita yang dia tangkap, terus dimakan hidup-hidup! Hiiiyyy!" sang rekan tampak bergidik. "Lagipula kita tidak tahu jenis benda apa itu! Darimana asalnya pun kita tidak tahu! Tahu-tahu jatuh dari langit! Jangan-jangan itu telor iblis!"

"Hus! Jangan sembarangan bicara! Di hutan ini juga sarang iblis!Tapi itu bukan telor iblis !" si baju loreng mengingatkan.

Ia memberanikan diri melangkah menaiki undakan tangga bangunan batu.

"Mau apa lagi, Bang?!" salah satu rekannya yang sejak tadi berdiri kebingungan mulai agak takut. Salah satunya lagi yang berbadan agak kurus tampak tergesa-gesa mengambil sebuah senjata api. Biasanya di baju loreng kerap berlaku nekad. Dan kali ini dugaannya kembali benar!

Pemimpin rombongan itu perlahan-lahan menaiki tangga demi tangga hingga mencapai puncaknya.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com