"Ffuuuuhhhh...!" kakek tua yang berprofesi sebagai dukun kampung itu meniupkan mantera nya ke ubun-ubun kuyang yang rambutnya ia renggut, yang tengah bergerak-gerak liar menyerang Lusia dengan ganasnya. Sementara Lusia masih melolong-lolong meminta tolong.
Mata kuyang itu mendadak mendelik ke atas, dan mulutnya menganga. Gerakannya sesaat terhenti, dan kemampuan terbangnya pun hilang.
Kuyang itu hanya mampu mengambang di pegangan tangan kakek Abdullah. Menggelepar-gelepar seperti kesakitan, dan tak mampu lagi untuk menyerang.
Kakek Abdullah menatap wajah kuyang yang ada di tangannya dengan tatapan beringas. Matanya melotot marah.
"Pergilah sebelum aku berubah pikiran! Tadi sudah aku bilang dia meminta maaf! Jadi gak usah memperpanjang masalah!" bentaknya.
"Hhrrrrr.... shhhhh....!" kuyang itu mendesis dan bergerak-gerak liar di pegangan tangan si dukun sakti.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com