webnovel

Hidden.

Seorang wanita terbunuh dan aku adalah orang terakhir yang bersama dengan korban. Dan sialnya bukan hanya satu orang, ternyata ada satu korban lagi, dan satu lagi yang masih hilang. Wanita juga dan aku adalah orang terakhir yang bersama semua korban. Ini gila! Apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku pelakunya? Apa aku yang membunuh mereka?

NurNur · Horreur
Pas assez d’évaluations
30 Chs

» Dua anak terakhir.

"Anak-anak, tolong perhatiannya sebentar!" Ibu ketua panti menepuk-nepuk satu dengan yang lainnya telapak tangan yang besar, meminta perhatian.

Di sebuah ruangan yang luas, anak-anak dari usia yang termuda 2 tahun, sampai 12 tahun, berkumpul menjadi satu. Mereka duduk di kursi panjang dan saling berhadapan. Ada piring yang berisi nasi, sayur, lauk-pauk, dan air minum di depan masing-masing anak.

Karena saat ini Ibu ketua panti berbicara, semua mata tertuju padanya. Suara berisik yang sebelumnya terdengar pun lambat laun mulai mereda.

"Mulai sekarang kalian akan mendapat tambahan keluarga baru." Ibu ketua mengambil jeda untuk melihat reaksi anak-anaknya. Mereka tampak antusias. "Ayo, sini masuk!" tambahnya memanggil anak yang berdiri di muka pintu bersama pengurus panti yang lain.

Seorang anak berjalan masuk dengan setengah didorong oleh pengurus panti yang sedang bersamanya. Langkahnya berat, seolah enggan.

"Perkenalkan diri!" Ibu ketua memberi komando.

Anak itu menarik nafas sebelum berbicara. "Nama saya Murni," katanya.

Suara Murni cukup pelan, membuat anak yang duduk di kursi paling belakang nyaris tidak mendengar suaranya. Murni mengenakan topi, kaos Bisbol, dan ransel yang menempel di punggungnya. Badannya kurus, namun tinggi badannya melebihi anak-anak seusianya. Rambutnya dipotong terlalu pendek untuk anak perempuan.

Hening.

Seisi ruangan masih menunggu kalimat yang akan Murni ucapkan selanjutnya, namun tetap tidak ada suara yang terdengar. Anak itu hanya menunduk sembari menatap ujung sepatunya yang kusam. Biasanya anak-anak yang memperkenalkan diri selain menyebutkan nama, juga akan menyebutkan usia, dan apa yang mereka sukai. Tapi Murni tetap tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menyebutkan namanya.

"Sudah? Itu saja?" Ibu ketua panti berbicara, anak-anak yang lain tertawa. Murni tetap tidak memberi reaksi apa pun. "Ya sudah kalau begitu." Ibu ketua panti memaklumi. "Murni, kamu duduk di kursi kosong samping Kasturi, ya!"

Murni mengangkat pandangannya, mengikuti arah telunjuk Ibu ketua panti. Di ujung telunjuk, tatapannya bertemu dengan Kasturi yang dimaksud. Kasturi tersenyum ke arahnya. Murni kembali menunduk.

Kasturi adalah anak perempuan yang cantik. Kulitnya putih tapi tidak pucat. Matanya bulat, bulu matanya lentik, rambut panjangnya berwarna hitam dan lebat. Suaranya lembut, senyumnya ramah.

Bersama dengan pengurus panti yang mendampinginya, Murni duduk di ujung, tepat di sebelah anak perempuan yang bernama Kasturi. Kasturi lebih tua 4 tahun. Di depan Kasturi duduk ada anak laki-laki yang juga lebih tua.

"Namaku Dewa." Dewa memperkenalkan dirinya ketika Murni menatap ke arahnya. Dewa tersenyum.

Dewa adalah anak laki-laki yang terlihat dewasa. Sifatnya mengayomi layaknya seorang kakak. Penuh perhatian dan bijak.

"Ini Pranaja," tambah Dewa menunjuk seorang anak laki-laki yang ada di sampingnya.

Tubuh Pranaja kecil dan kurus. Terlihat terlalu kurus karena tulang pipinya tampak menonjol. Anak itu tidak hanya bicara. Pranaja melihat ke arah Dewa dan Kasturi. Seolah meniru keduanya, ia pun menatap Murni dan ikut tersenyum.

*****

Di hari lain ...

Anak-anak sedang bermain di halaman pada sore hari ketika mereka melihat seekor kucing liar. Kasturi dengan antusias kemudian masuk ke dalam panti dan keluar dengan membawa sepotong ikan. Bermaksud menyuapi si kucing, tangan Kasturi dicakar.

Kasturi menjerit, anak yang lebih kecil terkejut dan menangis.

Mendengar ada keributan, pengurus panti bergegas mendatangi anak-anak.

"Tangan Kakak dicakar kucing." Anak yang menangis, melapor.

Luka di tangan Kasturi tidak dalam, tapi berdarah. Dengan sigap, pengurus panti membawa Kasturi masuk untuk mengobati lukanya. Sementara pengurus yang lain menenangkan anak yang masih menangis.

Malamnya, Murni yang masih belum terbiasa tinggal di panti mengalami kesulitan tidur. Ketika ia berusaha memberanikan diri pergi ke toilet seorang diri, ia bertemu dengan Anja.

Penampilan Anja terlihat kotor. Ada banyak tanah di sepatunya. Tangan, pakaian, dan wajahnya juga kotor. Anja meletakkan telunjuk di depan bibirnya ketika berpapasan dengan Murni. Hanya memberi isyarat, tidak mengatakan apa pun, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ketika itu Murni tidak tahu apa yang sudah Anja lakukan, kenapa ia keluar pada malam hari, dan kenapa penampilannya kotor. Tapi ketika ia mengingatnya lagi hari ini, ia tahu, malam itu Anja telah membunuh seekor kucing yang mencakar Kasturi.

Murni mendengar beritanya beberapa hari setelahnya. Seorang ibu membicarakan bau bangkai kucing yang menyengat sampai ke rumahnya dan di-iyakan oleh dua ibu-ibu yang lain. Ketika membahasnya, mereka sedang berkumpul di depan panti untuk membeli sayur yang dijajakan oleh tukang sayur keliling yang mengendarai motor.

_abcde_