"Emang kalau mau lihat sunrise jam berapa? Itu pagi kan? Riska lagi anteng banget, tirainya juga enggak dibuka." Sudah lama sejak Meira terbangun dari masa istirahatnya hingga selesai mandi, gadis itu terus saja memikirkan banyak tanya di kepala, pasalnya datang ke Bromo adalah yang pertama kali, jadi ia masih asing dengan sekitar—terlebih jarak penginapan mereka di area Probolinggo yang bisa disebut jauh dari Gunung Bromo, tapi Riska sepertinya santai-santai saja sampai tak membuka pintu atau sekadar mengintip keadaan Meira.
Gadis itu lagi-lagi berdecak saat menyingkap tirai di depannya, menatap keadaan di luar pondok dari balik jendela, kenyataan keadaan di luar memang jauh memikat, tapi Meira terlalu terpaku pada diamnya seseorang di pondok seberang.
Meira mulai gemas sendiri, sekarang sudah pukul delapan malam, tapi Riska tak kunjung menemuinya. Gadis itu merogoh saku hot pants yang bahkan tak terlihat karena kaus oversize yang Meira kenakan menutupinya hingga menyentuh lutut.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com