webnovel

BAB 11 MINE!

"Jadi maen apa enggak nih kita-kita? Gue udah nunggu traktiran dari Kayla," ujar Lula mulai mencairkan suasana.

"Eh, seriusan mau ke sini, Kay?" tanya Gina melihat keluar.

"Waahh! Keren juga tempatnya. Enggak kalah jauh sama yang ada di UK," komentar Aeelin.

"Lo udah ijin sama Fathur?" tanya Gina memastikan.

"Dia juga sering ke sini. Jadi harusnya gue boleh juga dong datang ke sini," sahut Kayla enteng.

"Si Fathur ada di dalam sana, Kay?" tanya Lula menunjuk ke arah gedung yang berada di luar mobil.

"Enggak. Makanya gue berani ke sini," kekeh Kayla.

"Huuu! Kena marah Fathur baru tau rasa lo," omel Gina.

"Marahin balik kalo Fathur ngomelin lo, Kay" imbuh Aeelin membuay Kayla mengangguk.

"Ada mobilnya Bayu tuh! Mereka lagi ada di sini dong," Lula berucap setelah ia dan ketiga temannya keluar dari mobil.

Mereka? Yang Lula maksud berarti tidak hanya Bayu saja dong. Bisa jadi Revan juga ada di dalam tempat yang akan Aeelin kunjungi saat ini.

"Tapi nggak ada motornya Revan. Tumben banget," kata Gina sambil melangkahkan kakinya memasuki club malam.

"Nebeng Bayu mungkin. Biasanya mereka kalo ke sini kan rame-rame," ujar Kayla Nampak disetujui oleh Gina.

"Tapi menurut gue, Bayu lebih keren kalo pake motor. Jadi lebih maco dan ber-demage gitu," komentar Lula yang sudah terlebih dulu mengambil tempat duduk.

"Iya bener," sahut Aeelin.

"Lo pernah lihat Bayu naik motor?" tanya Gina.

Aeelin mengangguk. "Tadi pas pulang sekolah dia lewat depan gue. Kelihatan dingin gitu kalo lagi naik motor. Enggak kayak pas di daratan."

"Dingin gimana?" Kayla mulai bertanya.

"Nggak mau nawarin gue tebengan," jawab Aeelin jujur.

"Padahal sebelum dia ada Fathur yang kata kalian dingin kayak Revan, tapi masih mau nawarin gue tebengan. Terus Bondan sama Amran juga sempet noleh ke gue, tapi karena mereka boncengan jadi nggak bisa nawarin tebengan."

"Nah habis Bondan sama Amran, Bayu datang tuh pake motor ninjanya. Nglakson doang dan itupun enggak noleh ke gue apalagi nawarin tebengan."

"Tapi ya … wajar juga sih orang gue baru kenal mereka beberapa hari yang lalu. Masing asing juga. Cuma yang gue heran tuh, kalo pas lihat Bayu di sekolah dia banyak ngomong dan gampang senyum. Tapi pas naik motor kok nggak ada senyum-senyumnya sama sekali!" cecar Aeelin mengutarakan keheranannya.

"Ada sejarahnya itu, Ai" kata Gina.

"Tuh tanya si kembang desa di sebelah gue. Bayu kayak gitu kan karena dia," Lula menunjuk-nunjuk Kayla yang duduk di seberangnya.

"Bayu kelihatan keren, kan, kalo naik motor?" tanya Gina pada Aeelin.

"Bangeeetttttt!" jawab Aeelin tidak bisa bohong jika Bayu memang sangat keren saat sedang di atas motor.

"Masih available kan? Boleh dong gue pepet!"

"Revan mau lo kemanain?" tanya Kayla terdengar seperti bergumam. "Udah punya satu itu disyukuri, jangan pake nambah-nambah segala."

"Ciee cemburu cieee," godan Lula.

"Apaa sih! Orang nggak cemburu kok," elak Kayla dengan wajah yang sudah berwana merah.

"Terima aja Kay kalo emang suka. Keburu diembat sama cewek lain," kata Aeelin.

"Lo mau kalo Bayu jatuh ke tangan cewek kayak Inggit? Kalo gue jadi elo, yang jelas enggak mau lah!" ujar Gina pada Kayla.

"Emang Inggit kenapa?" tanya Aeelin penasaran.

"Mirip-mirip kayak Camelia. Mereka kan satu geng," jawab Gina memberi penjelasan.

"Kok nggak ada cogan yang datang ke sini sih?" heran Lula mengamati kondisi sekitarnya.

Kebanyakan orang yang duduk atau berdiri di sekitar Lula dan teman-temannya adalah perempuan. Dengan pakaian mini yang membua Lula sendiri merinding.

"Pindah sono kalo mau lihat cogan," ujar Gina menunjuk ruangan di sebelah mereka.

"Enggak deh. Nggak ada Fathur. Enggak asyik," sahut Lula.

"Pas gue kasih tau Fathur ke sini, lo nggak mau datang," timpal Kayla.

"Takut kalo sendirian."

"Kabari gue aja kalo mau ke sini. Entar gue temenin."

"HEH JANGAN!" seru Gina dan Kayla serempak.

"Kenapa?" tanya Aeelin.

"Entar lo kena marah Revan. Emang mau?" tanya Gina.

"Revan nggak ada hal ngelarang gue pergi."

"Emang Revan bisa dibantah pake alasan itu?" tanya Kayla membuat Aeelin seketika menggeleng.

"Jangan sering-sering ke sini deh. Enggak baik. Entar kalo ada orang jahat yang mau nyelakai kita gimana?" ujar Gina bergidik ngeri.

"Kalo orangnya lebih ganteng dari Fathur sih, gue oke-oke aja. Apalagi tajir. Uh! Menggoda banget," heboh Lula.

"Fathur mulu yang ada di otak lo. Nggak ada tuh cowok lain?" heran Gina.

"Udah cinta mati banget si Lula sama Fathur," kekeh Kayla.

"Buruan taken, La. Mumpung doi masih nganggur," suruh Aeelin.

"Lo duluan aja deh yang taken sama Revan. Gue belakangan aja," sahut Lula sambil tertawa kecil.

"Eh, btw, Revan kok enggak kelihatan ya?" tanya Gina sambil melirik ke ruangan di sebelahnya.

"Masuk ke sana dulu. Paling lagi ngumpul sama yang lain," sahut Kayla.

"Sana Na masuk, sekalian pesen minum. Udah haus banget gue," suruh Lula membuat Gina menggeleng cepat.

"Ogah! Gamau lihat cowok-cowok mabuk. Nyeremin," tolak Gina secepat kilat.

"Iyaa. Apalagi kalo Revan yang mabuk. Udah kayak singa betina yang barusan beranak," komentar Kayla tampak mengerikan.

Aeelin yang mendengar nama 'Revan' dan kata 'mabuk' membuatnya menoleh. Satu alisnya terangkat satu menunjukkan jika ia sedang merasa bingung.

"Revan mabuk? Maksud lo … Revan juga suka minum?" tanya Aeelin terdengar memelankan suaranya.

"Iyaa. Emang lo nggak tau, Ai?" tanya Kayla.

"Revan hampir tiap malam datang ke sini. Kadang sama temen-temennya, kadan sendirian. Pemilik tempat ini, kan, temen deketnya Revan," tutur Gina menjelaskan pada Aeelin.

"Pernah tuh Revan pulang dalam kondisi mabuk berat. Ngomong nggak jelas, jalan sendirian juga nggak bisa."

"Iyaa. Itu kejadian pas Revan dibawa pulang ke rumah Fathur, kebetulan gue juga lagi nginep di sana."

"Ih, sering kok Revan pulang dari sini sambil mabuk berat."

"Matanya dia udah kaya sugar daddy yang kelaparan gitu."

"Ngeriii banget pokoknya!"

Aeelin terdiam di tempat. Dadanya terasa bergetar hebat mendengar kabar tentang Revan yang menurutnya sangat tidak baik. Dulu … bahkan Revan yang melarang Aeelin untuk menginjakkan kaki di tempat semacam ini.

Tapi kenapa sekarang justru Revan sendiri yang melanggar? Bagaimana bisa Revan terjerumus ke dalam pergaulan buruk yang dulunya sangat ia hindari?

"BWAHHHAAAAHAHAHA! SUMPAH GUE NGGAK BISA NAHAN KETAWA LIHAT MUKANYA AEELIN!"

Teriakan Lula membuat Aeelin terkejut sekaligus bingung. Kenapa Lula tiba-tiba menertawakannya?

"Jangan dibuat serius gitu, Ai?" kata Kayla semakin membingungkan Aeelin.

"Yang tadi itu … kita cuma bercanda doang," ucapan Gina terdengar sangat santai seolah tidak merasa bersalah sama sekali.

"Haish! Revan kesayangan lo itu buka badboy yang hobi mabuk-mabukan kok. Dia emang suka ke sini, tapi enggak pernah minum sama sekali," tutur Lula.

"Soal tadi yang Revan pingsan terus dibawa ke rumah Fathur, itu karena dia habis berantem sama musuhnya. Bukan karena mabuk," Kayla meralat ucapannya tadi.

"Serius yang tadi cuma bercanda?" tanya Aeelin memastikan. Dan dijawab anggukan serempak oleh ketiga temannya.

"IIIHH! Kok kalian jahat banget sih sama guee?" rengek Aeelin tampak memberenggut kesal.

"Nggak lucu banget tau bercandanya!"

"Iya emang nggak lucu. Orang dimasukin ke hati sih," ujar Gina dibalas tatapan tajam oleh Aeelin.

"Gitu dah kalo udah cinta. Nggak bisa dibuat bercanda. Dikit-dikit pake hati senggol dikit sakit hati," Lula tampak menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Nggak suka kalo Revan jadi peminum?" tanya Kayla sambil terkekeh pelan.

"Bukan gitu maksud gue. Cuma itu—"

"Udah iyain aja deh, Ai. Intinya lo nggak mau Revan kenapa-kenapa kan? Ngekhawatirin Revan salah pergaulan juga, kan?" tebak Gina membuat Aeelin menunduk lesu.

"Samperin gih Revan-nya. Sambil bawain kita minuman sama camilan," pinta Lula sambil mendorong pelan tubuh Aeelin.

"Gue aja yang pesen. Aeelin lagi mau nenangin diri," kata Kayla.

"Gausah, Kay" Aeelin mencegah Kayla saat temannya tersebut hendak berdiri.

"Biar gue aja yang pesenin minuman buat kalian."

Aeelin langsung berdiri dan bergegas pergi ke ruangan sebelah. Tempat dimana banyak orang beragam di dalamnya. Ada yang sedang duduk sambil minum, mengobrol dengan teman, atau bahkan berjoget di atas panggung.

Kedua tangan Aeelin sejak tadi sibuk menutupi bagian tubuhnya yang sedikit terlihat. Crop top yang Aeelin pakai membuat sebagian kecil dari tubuhnya tidak tertutupi. Merasa jika ada beberapa laki-laki yang memperhatikannya, membuat Aeelin risih dan semakin mempercepat langkahnya.

Sampai di depan bartender, Aeelin segera duduk dan memesan minuman pada orang di depannya. Berharap jika pesanannya bisa segera selesai dan Aeelin dapat pergi secepatnya dari tempat ini.

"Agak cepet dikit ya, Bang" pinta Aeelin namun sepertinya tidak di depan oleh sang bartender.

Aeelin semakin merutuki dirinya karena sudah menawarkan diri untuk memesan makanan. Tau jika akan banyak laki-laki di dalamnya, Aeelin akan mengenakan jaketnya. Sumpah! Ingin sekali Aeelin mencolok mata-mata jelalatan laki-laki di sekitarnya.

"Apa coba lihat-lihat? Ganteng enggak tapi sok—"

Jantung Aeelin terasa berdesir hebat. Tenggorokannya seolah tercekat sampai tidak mampu membuatnya mengeluarkan suara.

Sebuah lengan kokoh melingkar mulus di pinggang ramping milik Aeelin yang terbuka, dengan dagu yang sudah ditumpukan di atas pundak Aeelin. Sial. Kedua tangan Aeelin menggenggam kuat-kuat. Bersiap untuk memberi pelajaran pada orang yang sudah lancang menyentuhnya.

Namun sebelum Aeelin benar-benar melancarkan niatnya, bisikan lembut di depan telinga kanan Aeelin membuat kedua matanya terbuka lebar.

"Aku tidak suka milikku dilihat orang lain."

Deg!

***