Aeelin Auristela. Keputusannya untuk kembali ke kota kelahiran justru membuat Aeelin bertemu dengan Revan. Iya! Cowok yang menjadi cinta pertama Aeelin. Susah payah Aeelin menjauh dari Revan selama dua tahun, tapi takdir seolah tidak berpihak padanya. Revan itu ganteng, pinter, tajir, pokoknya idaman bayak kaum hawa! Setia pada hubungan adalah prinsip yang dipegang teguh oleh Revan. Intinya Revan itu masih suka sama Aeelin. Cuma sama Aeelin. Begitu juga dengan Aeelin. Mereka sama-sama suka. Sama-sama pernah terluka. Bedanya Revan sudah tidak peduli dengan luka di masa lalu. Sedangkan Aeelin tidak! "Balikin ikat rambut gue, Revan!" "Nggak! Sebelum lo balikin cinta lo ke gue."
"REVAN KAPAN NERIMA CINTA AKU?!"
Teriakan melengking dari mulut Camelia—ketua cheerleader sekaligus primadona sekolah terdengar menggelegar, bahkan di tempat terbuka seperti halnya lapangan sekolah.
"Alahh, mak lampir kumat lagi tuh! Samperin deh, Van. Biar futsal kita nggak keganggu sama dia," ujar Bayu—teman Revan yang paling tidak suka dengan Camelia.
"Cantik sih, tapi kok menor. Kayak tanteng girang yang suka di pinggir jalan," komentar laki-laki dengan tahi lalat di bawah mata kirinya—Bondan.
"Coba aja si Onta sukanya suka gue, udah gue terima dari tahun kerbau," celetuk Amran—teman Revan yang memiliki kulit berwarna sawo matang.
Ketiga teman Revan tidak henti mengomentari Camelia. Sedangkan yang Revan lakukan hanya menutup mulut sambil memulai latihan bersama Fathur—satu-satunya teman Revan yang punya otak paling waras.
"Yakin nggak suka sama Lia?" tanya Fathur saat melihat wajah Camelia yang penuh harap.
"Berapa tahun lo kenal sama gue?" bukannya menjawab, Revan justru memberikan pertanyaan pada Fathur.
"Masih stuck sama dia?" kali ini Fathur mengambil alih bola, membiarkan Revan merenungkan jawaban yang tepat.
"NGELAMUNIN APAAN VAN? INI DITUNGGU SAMA CAMEL LOH! MAU LO APAIN NIH MAKANAN DARI CEWEK LO?!" seru Bondan setelah Camelia menitipkan makanan untuk Revan.
"Gue nggak laper," balas Revan kembali merebut bola dari Fathur.
"Boleh gue makan nggak, Res? Kali aja habis makan ini si Onta bakal suka sama gue," kata Amran semangat yang dibalas anggukan oleh Revan.
Namun belum sempat Amran membuka tutup makanannya, Camelia sudah merebutnya lebih dulu. Membawa makanan tersebut ke hadapan Revan.
"Aku bawa makanan ini buat kamu. Bukan buat Amran," kata Camelia menyodorkan kotak makannya pada Revan.
"Revan dengerin aku nggak sih?!"
"Nggak," balas Revan tanpa menatap ke arah Camelia.
"Ih, kok gitu sih? Aku susah-susah masak buat kamu, tapi nggak kamu makan? Terus ini mau dikemanain makanannya?" kesal Camelia karena Revan tidak membalas ucapannya dengan baik-baik.
"Kasih ke Amran. Biar nggak mubadzir," jawab Revan melirik sekilas temannya yang sangat hobi makan.
"Jangan ih! Gamau kalo Amran yang makan. Kan aku bawa buat kamu," tolak Camelia namun tidak juga digubris oleh Revan.
"REVAN JANGAN MAIN BOLA TERUS SIH? JAWAB DULU PERTANYAAN AKU?!"
Seruan Camelia membuat Revan menendang bola dengan keras hingga membentur taing gawang. Ia berjalan tegap ke arah Camelia dengan sorot mata tajam yang sangat menusuk.
"Lo mau gue apain makanan ini?" Revan bertanya setelah mengambil alih kotak makan dari Camelia.
"Ya kamu terima dong, Van. Biar ngehargain usaha aku buat nyenengin kamu," jawab Camelia dengan senyum yang mereka di wajahnya.
"Oke."
Satu kata yang keluar dari mulut Revan sempat membuat teman-temannya tertegun. Jarang sekali Revan menerima pemberian dari perempuan, terlebih Camelia. Satu dari banyaknya siswi di sekolahnya yang menyukai Revan.
Lain halnya dengan teman-teman Revan, Camelia terlihat menyunggingkan senyum—bangga karena makanannya diterima Revan di depan banyak gadis yang sedang menatapnya di lapangan.
Belum sempat satu menit Revan memegang kotak makan dari Camelia, ia sudah membuang kotak makan seisinya ke dalam bak sampah.
"Basi!" umpat Revan kemudian kembali fokus bermain futsal.
Tidak peduli dengan ocehan Camelia yang tidak terima dengan perlakuan Revan. Sedangkan teman-teman Revan saling menatap satu sama lain. Kembali bernapas lega entah karena satu alasan yang mereka sendiri tidak tahu.
Dia, Revan Davendra. Akan tetap menaguhkan hatinya pada satu perempuan yang sama.
***
24062022 (09.53 WIB)