Jia Zhen kembali ke kamar, setelah selesai sarapan. Di sana, ia melihat bahwa sang kakak perempuan kedua, Ching Er, tidak ada di sana. Sebagai adik bungsu yang selalu memerhatikan segala sesuatu dalam diam, dia tak heran dengan sikap Ching Er yang menurutnya kekanakan.
Dasar perempuan! Sesama saudara saja iri hanya karena laki-laki tampan mau dikenalkan untuk cece sendiri, apalagi bukan saudara? Sudah pasti bisa saling bunuh! Sikap macam apa itu? gerutu si pemuda di dalam hati.
Jia Zhen alias Ray, kemudian duduk di tepi ranjang, kemudian menatap ke layar ponsel. Sang cece bisa mengembalikan smartphone tepat di saat mama mereka tidak memperhatikan, sehingga aman bagi keduanya.
"Ngai harus membantu Ce Ai-Ling bersatu dengan X. Entah mengapa, ngai ingin membuat keduanya menjadi lebih dekat, meskipun nyawa ini jadi taruhan. Enaknya bagaimana, ya?" gumam Jia Zhen pelan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com