webnovel

Hargai Aku

Menceritakan seorang gadis yang harus menerima perjodohan yang sudah disepakati oleh orang tua mereka, demi memajukan perusahaan yang mereka dirikan. Ayah gadis ini merelakan anak perempuannya untuk dinikahkan dengan pria yang terbilang sangat arogan, yang bermuka dua. Karena pernikahan tanpa cinta ini, gadis itu harus menjalankan kehidupan yang teramat kelam, selama ia menjalankan kehidupan rumah tangga dengan pria yang di jodohkan oleh orang tua nya. Tubuhnya selalu di penuhi luka memar, karena perbuatan suaminya. Ia harus menahan siksaan tersebut, agar sang Suami tidak semakin menyiksanya. Gadis ini seperti boneka oleh suaminya, jika nafsu suaminya tidak bisa tertahan, bersiaplah ia akan merasakan sakit yang teramat sakit atas perbuatan sang Suami.

AQUELLA_0803 · Urbain
Pas assez d’évaluations
399 Chs

Bab 11 : Kebersamaan.

Jakarta, 06:00 WIB

Syifa bangun lebih awal dan langsung membersihkan dirinya. Setelah selesai ia langsung pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk suaminya. Tak lupa sebelum ia ke dapur, Syifa lebih dulu menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Jun dan meletakkannya di atas meja samping kasur.

Jun tiba-tiba bermimpi buruk dan tubuhnya mengeluarkan banyak keringat. Ia seperti mengepal tangannya dan meneteskan air mata, tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Tidak, jangan tinggalkan aku. Syifa jangan pergi. Jangan bawa istriku," teriak Jun dalam keadaan masih tertidur.

Syifa mematikan kompor listrik dan berlari masuk ke dalam kamar. Ia terkejut saat tubuh suaminya di penuhi keringat dan berbicara dalam tidurnya. Syifa naik ke atas kasur dan meletakkan kepala Jun ke paha miliknya.

"Jun, bangun.." balas Syifa yang menepuk pelan wajah tampan suaminya.

"Jangan pergi. Aku membutuhkanmu. Maafkan aku," ujar Jun yang masih tertidur.

"Jun, ayo bangun. Kamu kenapa?" tanya Syifa yang mulai panik melihat suaminya yang sedari tadi tidak bangun.

Jun tiba-tiba bangun dan langsung memeluk Syifa sangat erat. Wanita itu membalas pelukkan suaminya dan menghapus keringat yang ada di kening Jun.

"Kamu mimpi apa Jun?" tanya Syifa.

"Aku bermimpi kamu meninggalkanku, karena sifatku yang kasar," balas Jun menangis terisak di pelukkan istrinya.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkan suamiku sendiri. Aku akan tetap ada di sampingmu, karena aku mencintaimu," ungkap Syifa memeluk erat suaminya.

Jun mengangkat jari kelingking-nya dan menyatukan dengan jari kelingking Syifa.

"Janji?" gumam Jun menatap Syifa dengan tatapan polos.

"Janji," balas Syifa sambil tersenyum.

Jun kembali memeluk istrinya dan membuka satu persatu kancing baju Syifa. Wanita itu hanya pasrah dan terlihatlah kedua benda kenyal yang besar di balik penutup berwarna hitam yang ia pakai.

"Boleh aku mencobanya?" tanya Jun menatap kedua benda kenyal istrinya.

Syifa membalas dengan anggukan dan Jun pun mulai melahap sebelah bola dunia istrinya dengan lahap, seperti bayi yang tengah kehausan. Wanita itu menggigit bibir bawahnya dan menahan suara nikmat dari mulutnya. Jun memainkan sebelah bola dunia istrinya dengan menggunakan tangan. Jujur, Syifa mulai merasa kenikmatan dengan permainan suaminya. Dia mulai terbiasa dengan Jun yang suka menyentuh tubuhnya.

.

Sepuluh menit berlalu akhirnya Jun melepaskan mulutnya dari gundukan istrinya dan tersenyum ke arah Syifa.

"Mandilah, aku akan lanjut masak," ucap Syifa sambil tersenyum.

Jun mengangguk dan mengecup sekilas bibir istrinya dengan mulutnya yang basah, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Syifa menghapus air yang ada di bola dunianya dan memasang kembali penutupnya, lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan masakannya yang sempat tertunda tadi.

Setelah selesai Syifa menyiapkan makanan di meja makan, Jun turun dan langsung duduk di ruang makan. Syifa melayani suaminya dengan telaten dan Jun pun merasa bahagia bisa menatap wajah sang Istri dari jarak yang sangat dekat.

"Makanlah nanti terlambat ke kantor," gumam Syifa meletakkan piring yang sudah berisi makanan di depan suaminya.

"Mau ikut?" tanya Jun.

"Apa boleh?" tanya Syifa balik.

Jun mengangguk dan memakan makanannya. Syifa tersenyum sambil melihat suaminya yang begitu lembut padanya. Setelah mereka selesai makan, Syifa dan Jun masuk ke dalam mobil menuju tempat kerja sang Suami.

.

Satu jam perjalanan, mereka pun tiba di kantor tempat Jun bekerja. Syifa keluar dari mobil dan Jun langsung menggenggam tangan istrinya. Kali pertamanya Syifa ke kantor bersama suaminya. Mereka masuk ke dalam kantor dan para Karyawan tersenyum ramah saat melihat sepasang Suami dan Istri itu.

Clara menatap datar ke arah Syifa dan Jun yang sudah memasuki ruang kerja. Gadis itu membawa sebuah dokumen untuk di tanda tangani oleh Jun.

"Ada dokumen baru Pak," ujar Clara menatap Jun malas.

Jun menandatangani dokumen tersebut dan memberikannya pada Clara. Gadis itu pergi keluar ruangan, karena takut jika berlama di dalam bersama Jun.

"Dih, tu cewek tahan ya sama Jun. Padahal kayanya tu cowok kasar," ungkap Clara dan duduk di kursi kerja nya.

Jun tengah sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan Syifa sibuk menatap wajah tampan suaminya. Ia mengambilkan minum untuk Jun dan meletakkan di samping laptop pria itu.

"Minum dulu, pasti kamu haus," ujar Syifa sambil tersenyum.

"Terimakasih," balas Jun dan meminum minumannya.

Syifa kembali duduk di sofa depan meja kerja suaminya. Ia merebahkan dirinya dan menutup matanya karena merasa bosan, Jun menutup laptop-nya dan menindih Syifa yang tengah berbaring di sofa ruang kerja.

"Kenapa?" tanya Syifa.

Jun hanya diam dan mencium bibir tipis sang Istri. Syifa menutup matanya dan mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya, ia membalas ciuman Jun dengan nikmat. Tangan pria itu perlahan membuka satu persatu kancing baju istrinya, ciuman turun ke leher jenjang sang Istri.

Suara ciuman mereka terdengar, untungnya ruang kerja Jun memiliki kedap suara. Jadi tidak akan terdengar oleh Karyawan pria itu. Saat ia akan membuka penutup benda kenyal Syifa, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya. Jun langsung turun dan memakaikan baju istrinya.

"Tunggu, jangan masuk dulu.." teriak pria itu setelah mematikan kedap suara.

Syifa merapikan bajunya dan Jun kembali duduk di meja kerjanya. Istrinya mengangguk pertanda sudah selesai.

"Masuk,"

Karyawan Jun pun masuk dan membawa 20 berkas yang harus di selesaikan hari ini juga. Jun menatap ke arah Syifa sambil memanyunkan bibirnya saat karyawanmya sudah keluar dari ruangannya. Tentunya Syifa menghampiri suaminya dan memberikan semangat pada Jun.

"Semangat, kan ada aku.." ucap Syifa tersenyum pada suaminya.

"Tapi ini akan membosankan untukmu," balas Jun.

"Tidak akan membosankan kalau ada suamiku yang tampan ini," sambung Syifa mengecup sekilas bibir suaminya.

"Ya sudah sini duduk dipangkuan ku," balas Jun.

"Nanti itu," ujar Syifa menujuk junior suaminya.

"Tidak akan, ayo duduk disini. Kalau pun iya, tinggal masukin.." balas Jun menggoda istrinya.

"Apa-apaan sih Jun, ini kantor loh.." gumam Syifa yang malu.

Jun menarik tangan istrinya sehingga Syifa duduk di pangkuannya. Pria itu mencium leher jenjang sang Istri dan memeluk pinggang Syifa. Ia mulai membaca dokumen dengan posisi Syifa ada di pangkuannya. Syifa langsung berpindah duduk di samping sang suami, karena ia tidak ingin suaminya lelah karena memangku nya.

.

Malam pun tiba, Syifa tertidur sambil memeluk suaminya dan tiba-tiba ia terbangun saat merasakan mual. Syifa langsung berlari ke dalam toilet dan di susul oleh Jun.

"Huek,"

Syifa memuntahkan cairan bening dan kepalanya tiba-tiba pusing. Ia sulit untuk berdiri dengan seimbang, Jun masuk ke dalam toilet dan memegang tubuh istrinya saat Syifa akan terjatuh.

"Kenapa?" tanya Jun yang panik memegang tubuh istrinya yang lemah.

"Kepala ku sakit Jun, perut ku juga mual," balas Syifa yang mendadak pingsan.

"Syifa bangun,"

Jun kaget dan langsung menggendong istrinya ala bridal style, lalu masuk ke dalam mobil untuk menuju rumah sakit terdekat. [.]