Di apartement,
Jun turun dari mobil dan masuk ke dalam apartemen-nya. Pria itu tak lupa menghapus darah yang ada di tangannya. Jun masuk ke dalam kamar dan ia langsung menggenggam tangan Syifa yang masih terbaring lemah.
"Bangun, aku merindukanmu," ujar Jun sambil menangis.
Ia menggenggam erat tangan istrinya dan mengigit kukunya hingga berdarah, karena sang Istri belum juga bangun. Jun mulai gelisah, mondar mandir di dalam kamarnya. Mengacak rambutnya dan mulai gemetar, ia terus menggigit kukunya hingga mengeluarkan banyak darah.
Syifa akhirnya membuka matanya dan mencoba untuk duduk. Saat ia berhasil untuk duduk Syifa melihat suaminya yang dalam keadaan kacau, mulut Jun di penuhi banyak darah, rambut yang tadinya rapi menjadi berantakan.
"Jun," ucap Syifa memanggil suaminya.
Jun hanya terdiam dan menggigit kukunya, ia menangis bahkan menarik rambutnya sendiri. Rasa gelisah menyelimuti diri pria tampan ini, Syifa secepat mungkin menghampiri Jun dan menjauhkan tangan suaminya dari mulut pria itu.
"Jun, kau kenapa?" tanya Syifa yang mulai panik melihat keadaan Jun yang menggenaskan.
"M--maafkan aku," ucap Jun dengan tangannya yang gemetar.
Syifa langsung memeluk suaminya dan mencoba menenangkan Jun. Pria itu membalas pelukkan sang Istri dan dia masih dalam tekanan panik, karena merasa bersalah pada istrinya.
"M--maafkan aku," sambung Jun yang selalu mengatakannya berulang-ulang kali pada Syifa.
"Aku sudah memaafkanmu, jadi tenang lah.." balas Syifa.
Tubuh Jun yang tadinya gemetar tiba-tiba menjadi normal kembali, tanpa ia sadari ternyata suaminya sudah tertidur dipelukkannya. Syifa mengusap lembut surai milik suaminya dan menyandarkan dirinya agar tidak kelelahan, karena posisi tidur Jun sedang memeluknya dalam keadaan duduk.
Syifa setia mengusap surai suaminya yang tertidur pulas, dan ia mengelap tangan Jun yang di penuhi darah. Suaminya tiba-tiba bergerak dan Syifa mengelus wajah Jun agar kembali tidur lebih pulas.
"Mimpi indah," gumam Syifa mengecup singkat bibir suaminya.
.
Setelah 1 jam Jun tertidur dipelukkan Syifa, pria itu akhirnya terbangun dan menatap istrinya yang ikut tertidur di lantai kamar dalam keadaan duduk.
Jun mengusap wajah Syifa dengan lembut sambil tersenyum tipis. Ia mengecup singkat bibir tipis milik istrinya, yang membuat Syifa terbangun dan tersenyum ke arah pria yang ada di depannya.
"Sudah bangun?" tanya Syifa memegang wajah suaminya.
Pria itu mengangguk dan memeluk kembali Syifa dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya di leher jenjang milik istrinya, terkadang ia juga menciumi leher tersebut, sehingga membuat Syifa merasa geli.
"Geli Jun," ujar Syifa menahan tawanya.
"Benarkah?" tanya Jun menatap Syifa sambil tersenyum.
Syifa mengangguk, lalu memegang tangan suaminya dan membawa Jun untuk duduk di atas kasur. Ia mengambil kotak P3K yang ada di laci kamarnya dan mengobati kuku suaminya yang terluka.
Jun menatap luka yang ada di tangan istrinya dan melihat wajah Syifa masih sangat pucat. Membuat ia kembali merasa bersalah atas perbuatannya pada gadis yang sabar menghadapi nya.
"Maaf," gumam Jun menatap Syifa dengan tatapan sendu.
"Jun, sudah meminta maafnya. Aku sudah memaafkan mu. Jadi tenang lah," balas Syifa sambil tersenyum manis.
"Tapi aku sudah melukaimu," sambung Jun meneteskan airmatanya.
Syifa menghapus airmata yang membasahi wajah suaminya dan kembali memeluk Jun agar bisa tenang.
"Sudah, jangan menangis.." ucap Syifa yang mengecup pucuk kepala Jun.
Setelah beberapa menit Jun sudah sepenuhnya tenang. Ia selalu memeluk Syifa dan tidak memperbolehkan gadis itu pergi dari pelukkannya. Syifa hanya diam dan menutupi luka suaminya dengan plester.
Jun hanya menatap istrinya dalam diam, dan tersenyum saat melihat plester yang dipasangkan istrinya adalah plester bergambar hello kitty. Syifa menatap Jun dan tersenyum, ia mengambil sisir yang tidak jauh dari kasurnya dan menyisir rambut Jun agar terlihat rapi kembali.
"Nah, kalau kaya gini kan suamiku semakin tampan," gumam Syifa menyisir rambut Jun.
Pria itu hanya tersenyum dan memegang sudut bibir istrinya yang belum sembuh total. Syifa memegang tangan Jun dan tersenyum ke arah pria yang ia cintai.
"Kenapa?" tanya Syifa.
"Pasti ini sakit," balas Jun menatap sendu ke arah istrinya.
"Jun, lebih baik kita makan. Aku akan memasak makanan kesukaanmu," ujar Syifa mengalihkan pembicaraannya dan akan berdiri.
Namun, Jun menahan tangan Syifa dan kembali memeluk tubuh istrinya.
"Aku tidak lapar, temani aku di kamar ini," balas Jun yang tubuhnya kembali gemetar.
"Iya, aku akan tetap disini," gumam Syifa yang merasakan kembali tubuh suaminya gemetar.
"Jun, kau sakit?" tanya Syifa yang mulai panik.
"Tidak," balas Jun kembali menggigit jari tangannya.
Syifa memegang tangan Jun dan menjauhkannya dari suaminya. Agar Jun tidak menggigit kembali tangan itu, namun Jun malah menggigit bahu istrinya. Sontak Syifa kaget dan menahan sakit saat bahunya di gigit oleh Jun.
Suaminya kembali tertidur dan kesempatan Syifa melepaskan gigitan Jun dari bahunya. Ia membaringkan suaminya di atas kasur dan menyelimuti Jun yang sudah tertidur pulas.
Syifa membuka kembali kotak P3K, dan mengobati bahunya yang terluka karena gigitan Jun. Tiba-tiba ponsel gadis itu berdering pertanda ada panggilan masuk. Ia langsung mengangkat panggilan itu dan sedikit menjauh dari Jun.
"Assalamualaikuam Ma," salam Syifa.
'Wa'alaikumsalam Syifa. Jun baik-baik saja kan nak?' tanya Nyonya Risa.
"Sekarang di baik-baik saja Ma, tapi tadi dia mengamuk dan tubuhnya tiba-tiba gemetar, Jun juga menyakiti dirinya sendiri," jelas Syifa.
'Ya Tuhan, tapi sekarang dia baik-baik saja kan?' sambung Nyonya Risa yang mulai khawatir.
"Baik Ma, memangnya dia kenapa Ma?" tanya Syifa yang penasaran.
'Mama tidak bisa memberitahumu sekarang, intinya tetap bersama Jun ya. Tenangkan dia kalau mulai mengamuk,' balas Nyonya Risa.
"Baik Ma, Syifa tutup dulu teleponnya. Takutnya Jun bangun dan mencari Syifa," sambung Syifa mematikan telepon mertuanya.
Ia langsung kembali masuk ke dalam kamar dan berbaring di sebelah suaminya yang tertidur pulas.
.
Di Negara lain Nyonya Risa menghela napasnya dan memikirkan anak laki-laki nya sekarang. Tuan Widodo menghampiri sang Istri sambil memeluknya dari belakang.
"Kamu kenapa?" tanya Tuan Widodo.
"Tadi Mama telepon Syifa, katanya Jun tiba-tiba mengamuk Pa. Mama sangat khawatir pada anak kita, tapi kita sekarang ada di Luar Negeri," jelas Nyonya Risa.
"Tenanglah Ma, ada Syifa yang menjaga anak kita. Jadi jangan terlalu dipikirkan, ingat kesehatan Mama juga penting. Kita kesini untuk pengobatan Mama loh. Jadi Papa harap Mama bisa tenang dan percaya pada menantu kita," jelas Tuan Widodo.
Nyonya Risa hanya mengangguk dan memegang tangan suaminya. Jujur, seorang Ibu pasti selalu mengkhawatirkan anaknya. Apalagi saat mereka berjauhan, rasa cemas itu semakin besar dan hanya berdoa lah yang bisa ia lakukan saat ini demi kebaikan sang anak yang ia sayangi. [.]