"Lo?" Ekspresi Winda terlihat terkejut menatap Kevin yang tersenyum miring dan tertawa kecil.
Kevin lalu mengulurkan tangannya. Sementara Winda masih sedikit bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini.
"Ngapain Lo disini?" Tanya Winda.
Kevin memberi kode pada Winda untuk membalas jabatan tangannya terlebih dahulu, tapi karena masih kesal, gadis itu menepis tangan Kevin.
"Waduh, gak sopan banget jadi cewek. " Ucap Kevin main-main.
"Ada perlu apa Lo kemari?" Winda menyandarkan bahunya ke kursi lalu menatap keluar jendela.
Kevin kembali tertawa kecil, membuat Winda sedikit heran.
"Boleh gak gue jadi temen Lo?" Tanpa basa-basi Kevin langsung bertanya ke intinya.
Apa pria ini sekarang sedang bermain-main? Bagaimana bisa dia langsung mengajak Winda untuk berteman.
"Lo mau mempermaluin gue lagi?" Winda bertanya dengan nada sedikit angkuh.
"Ish udahlah, lupain itu. Gue cuma mau temenan sama Lo karena gue kan belum lama di Jakarta. Jadi Yaa gue pengen punya temen," Kevin menaikkan kedua bahunya.
Mirna, Seno? Bukankah itu teman Kevin. Dan mana mungkin pria ini tidak mempunyai teman, sepertinya ini hanya alasan saja. Tapi Winda kembali berpikir, kenapa ia harus marah? Dan sejak kapan ia menjadi gadis pemarah? lagian kejadian itu sudah dua bulan yang lalu. Dan berteman dengan pria ini—sepertinya bukanlah sesuatu yang buruk.
"Winda," Ucap Winda dengan sedikit ketus.
Pria itu kembali tertawa kecil, lalu kembali mengulurkan tangannya.
"Kevin."
Winda memposisikan dirinya menjadi lebih tegak, lalu membalas jabatan tangan Kevin.
****
Saat ini Seno hanya bersantai di kantornya seperti biasa, bersandar di kursi kerjanya sambil bermain ponsel. Pria itu memang malas dan tidak pernah bekerja dengan serius—padahal otaknya sangatlah pintar.
Sebuah ketukan di pintu ruangannya menyadarkan Seno. Ia segera menegakkan posisinya, lalu membenahi dasinya.
Seorang wanita cantik yang tidak lain adalah sekretarisnya datang membawa sebuah dokumen yang akan di tandatangi oleh Seno.
"Pak, ini beberapa dokumen yang perlu anda tanda tangani."
Tanpa perlu memeriksanya atau mempelajarinya, Seno langsung ingin mentanda tanganinya, "Pak, seperrtinya anda harus membacanya dulu," Cegah sekretaris tersebut.
Seno menggelengkan kepalanya, "Gak, saya percaya sama kalian. Tenang aja. "
Segera setelah itu ia langsung mentanda tangani dokumen tersebut. Membuat sekretarisnya menatap tak percaya.
"Ini," Seno menyodorkan dokumen tersebut, kemudian melanjutkan kalimatnya, "Gimana? Kamu udah nyusun ulang jadwal saya, kan? Nanti malem saya ada janji makan malem sama temen-temen saya. Jadi saya gak bisa dateng ke undangan makan malem MNG Group."
"Saya sudah merombak semua jadwal anda, Pak. Saya juga sudah menyampaikannya sama pihak MNG Group."
Seno hanya mangut-mangut saat mendengar penuturan Sekretarisnya itu. Malam ini kia memang berencana untuk makan malam bersama Mirna dan Kevin.
*****
Setelah memutuskan untuk berteman dan sedikit berbincang, Winda merasa kalau Kevin adalah orang yang sangat menyenangkan—pria itu sama seperti dirinya, mempunyai banyak humor. Walaupun awalnya Winda bersikap ketus, tapi ia tidak bisa bertahan lama. Karena Kevin terus-terusan mengajaknya untuk berbicara, dan akhirnya? Mereka justru semakin terlarut dalam percakapan mereka.
"Ah sayang banget, gue harus balik bekerja," Ucap Kevin sambil melihat jam di tangannya. Winda pun hanya mengangguk-aguk kecil.
"Yaudah deh kalau gitu," Winda berucap sembari tersenyum simpul.
Kevin akui kalau ternyata Winda adalah orang yang sangat cocok dengannya. Hmm—maksudnya cocok untuk berteman.
"Oh ya, Win." panggil Kevin yang kemudian seperti agak ragu untuk melanjutkan ucapannya. Winda yang melihat itu sedikit memiringkan kepala, menunggu Kevin untuk melanjutkan kalimatnya.
"Apa yang mau Lo bilamg?" Winda bertanya.
"Gue mau ngajak lo makan entar malem," Mungkin kedengaran tidak sopan, tapi entah kenapa Kevin ingin mengajak Winda.
Melihat Winda yang masih terdiam dan taerlihat berpikir, Kevin kembali berkata, "Kalau gak bisa juga gak masalah, kok."
"Gue bisa."
Winda dengan spontan menyetujui ajakan Kevin. Gadis itu berpikir tidak ada salahnya jika hanya makan malam—lagipula Kevin adalah orang yang menyenangkan.
"Kalau gitu ntar malem gue jemput lo disini jam 7. Okay?" Senyum manis mengembang dari wajah tampan Kevin.
Winda terbelak sesaat melihat Kevin yang saat ini terlihat begitu antusias, hingga akhirnya gadis itu mengangguk pelan—menandakan bahwa ia setuju.
"Yaudah, gue pamit dulu," Dengan buru-buru dan sedikit canggung, Kevin langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Winda begitu saja.
Winda pun merasa bahwa tingkah Kevin sangatlah aneh, "Dia kenapa? Bahkan dia gak bayar kopinya."
Ucap Winda Sendirian kemudian melihat secangkir kopi milik Kevin, yang sudah habis tak bersisa.
****
Kalian bisa menyebut ini sebagai bencana atau kecelakaan kecil. Bagaimana bisa 4 orang dengan hubungan yang terbilang sangat rumit makan bersama di dalam satu meja.
Seno yang merupakan suami sah Winda justru datang bersama Mirna. Sedangkan Winda yang merupakan istri sah Seno, justru datang bersama Kevin yang merupakan sahabat dekat suaminya sendiri.
Sungguh membingungkan!
Winda masih menyantap makanannya dengan fokus, sesekali ia mendengar tiga orang itu terus berbincang. Winda tidak ingin ikut campur. Ia ingin segera pulang.
Gadis itu sangat menyesal karena menerima ajakan Kevin tadi siang. Winda tidak tahu jika ternyata Seno dan Mirna juga ada disana.
Hal yang sama sebenarnya juga dirasakan oleh Seno, pria itu berbincang sambil sesekali menyantap makanannya. Ia juga tidak menyangka jika Winda dan Kevin sekarang justru semakin dekat.
Diam-diam Seno melirik Winda di seberang tempat duduknya saat ini, dan ia melihat gadis itu bersikap seolah-olah mereka tidak saling mengenal.
Huh! Winda sungguh pandai berakting.
"Kevin? Mirna? Seno?"
"Ah, kak Raja," Mirna berucap begitu melihat salah satu seniornya saat kuliah di Amerika menyapa mereka.
Sontak mereka bertiga langsung membungkuk memberi hormat. Sedangkan Winda yang tidak mengenal orang itu pun terpaksa juga ikut membungkuk.
"Wahhh... Mirna sama Seno kalian bener-bener pasangan sejati, ya." Raja memberikan pujian. Dan hanya dibalas dengan tawa kecil oleh mereka.
Winda yang memang tidak mau ikut nimbrung segera duduk kembali dan beralih menatap makanannya. Tapi sesaat kemudian ia mendengar orang itu berkata.
"Kevin, ni cewek pacar Lo?" Raja terlihat seperti sedang menggoda Kevin.
Mendengar itu, Winda langsung mengalihkan pandangannya untuk menatap Raja dan Kevin secara bergantian.
"Bukan bukan," Kevin berucap dengan sedikit gugup, terlihat dari raut wajahnya bahwa ia sedikit tidak enak pada Winda.
Winda tidak tahu harus memberi respon apa, yang jelas saat ini ia juga sama gugupnya seperti Kevin. Senk yang ada di seberang mejanya pun hanya menatap datar gadis itu—ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan.
"Gue gak tau siapa nama Lo, tapi gue liat-liat kalian serasi banget." Ucap Raja seperti main-main.
Kevkn mengedip-ngedipkan matanya kepada Raja, mencoba memberi kode untuk tidak mengatakan hal yang aneh-aneh.
Mirna yang melihat itu hanya tersenyum senang. Sedangkan Seno? Pria itu langsing melonggarkan dasinya dan memutar bola matanya dengan sangat malas.
"Lo utang penjelasan sama gue, Vin." Ucap Raja mengedipkan matanya pada Kevin yang terlihat lemas dan kaku, "Yaudah deh, kalo gitu gue pigi dulu, ya. Seno, Mirna—gue juga nunggu undangan dari kalian."
"Do'ain yang terbaik aja deh, kak. Btw hati-hati ya..." Kata Mirna tersenyum cerah.
"Jangan di ambil hati, dia memang kaya gitu," Kevin menjadi merasa sedikit canggung karena tingkah Raja.
Dan kenapa ia harus merasa canggung, sih?
Winda menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis, "Gak masalah, kok."
Saat melihat senyuman Winda yang begitu cantik, Seketika jantung Kevin berdetak begitu cepat.
Sementara pria di seberang sana dengan perasaan yang sulit dijelaskan langsung meneguk air minumnya tanpa beralih sedikit pun menatap Winda.
Mereka kemudian kembali melanjutkan makan malam mereka yang tadi sempat tertunda. Senk hanya melihat makanannya, ia sudah tidak berselera.
Hening.
Tidak seperti tadi, kali ini suasannya menjadi lebih hening dan tidak ada dari mereka yang kembali bersuara. Hanya ada suara sendok yang saling bersautan.
"Gue mau ke kamar mandi dulu," Winda memecahkan keheningan. Dan Kevin mengangguk sambil tersenyum kepada gadis itu.
Winda bangkit dari tempat duduknya dan segera berjalan ke kamar mandi.
Setelah selesai menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi, Winda pun langsung berjalan menuju meja mereka. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Seno sudah berdiri di koridor, dengan posisi menyandarkan punggungnya ke dinding dan melipat kedua tangannya.
Winda melihat Seno sebentar, tapi gadis itu kembali melanjutkan langkahnya.
"Kayaknya Lo punya bakat jadi perempuan penggoda."
Winda terdiam. Masih berusaha mencerna dengan apa yang di ucapkan oleh Seno.
Lalu ia segera menoleh untuk melihat pria itu, dilihatnya mata Seno yang memancarkan aura kemarahan.
"Apa maksud Lo ngomong gitu?"
Sudut bibir Seno terangkat naik, lalu ia mendekat ke tempat Winda berdiri saat ini, "Lo apain Kevin sampe mau pigi bareng sama Lo?"
Winda menyipitkan kedua matanya, gadis itu tidak mengerti apa maksud dari ucapan Seno.
Sedangkan Seno masih menatap Winda dengan tatapan yang begitu mematikan.
"Gue gak ngelakuin apa-apa," Winda akhirnya menjawab dengan nada tegas dan tak kalah dingin.
"Ckk." pria itu menatap keadaan disekitar mereka. Lalu melanjutkan kalimatnya, "Asal Lo tau, Kevin punya selera perempuan di atas rata-rata. Dia kaya dan keluarganya berpendidikan, jadi Lo jangan terlalu banyak berharap. Lo jauh di bawah levelnya," Seno berucap sambil telunjuknya mengarah ke wajah Winda.
Setelah mengatakan hal yang menurut Winda sangat menyakitkan. Seno langsung melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan gadis itu—matanya sudah berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit saat mendengar ucapan Seno.
Kenapa? Kenapa pria seperti Seno harus ada di dalam kehidupan Winda. Dan kenapa Seno memikirkan hal serandom itu. Padahal Winda dengan tulus memang ingin berteman dengan Kevin dan tidak ada niat yang lainnya.
Tapi dengan teganya Seno menuduhnya dan mengatakan hal yang tidak-tidak.
...
TBC