webnovel

09 - Pria Aneh Menyebalkan

"Maksud, Lo? Lo kenal sama ni cewek?"

Seno tanpa basa-basi langsung bertanya begitu mendengar ucapan Kevin.

"Lebih tepatnya kita baru sal—"

Belum sempat Kevin menyelesaikan kalimatnya, Winda dengan secepat kilat langsung melepaskan genggaman tangan Kevin—gadis itu segera pergi dari sana. Saat itu pula, Kevin langsung berlari untuk menyusul Winda

Sementara Seno yang melihat hal itu  juga berniat untuk menyusul mereka, tapi tangannya ditahan oleh Mirna.

"Kamu mau kemana? Acara belum selesai, Seno!" gadis itu berucap dengan nada rendah namun penuh penekanan.

Mirna menatap Seno dengan tatapan dingin, apakah ketakutannya selama ini akan segera menjadi kenyataan?

Tidak. Mirna tidak ingin itu terjadi.

Seno yang masih menatap arah kemana Kevin menyusul Winda hanya menghela napas, lalu pria itu melepaskan tangannya dari genggaman Mirna.

Kemudian Tangannya beralih untuk membuka kancing kemeja teratasnya. Dan ia berkata, "Aku sedikit capek, kamu tolong urus sisa acaranya. Kalau bisa percepet aja." Lalu Seno melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.

Mendengar ucapan Seno, Mirna pun menghentakkan sebelah kakinya kesal. Ia sangat yakin jika perubahan suasana hati Seno secara tiba-tiba pasti diakibatkan karena Winda.

"Kurang ajar Lo Winda!"

****

"Eh, tungguin dong!"

Kevin meraih tangan Winda, dan langsung mengambil posisi untuk berdiri di depan gadis itu. Winda pun melepaskan tangan pria itu dengan sedikit kasar.

"Minggir, Lo."

"Gak. Gue mau meluruskan kesalahpahaman tadi," Ucap Kevin dengan sedikit terengah-engah.

Winda pun mengeluarkan senyuman miringnya lalu menghembuskan poninya, "Apa maksud Lo tadi? Lo pikir keren gitu ngomong kaya gitu di depan temen-temen Lo?" Winda berbicara dengan nada yang bisa dibilang sedikit lantang.

Kevin pun seketika sedikit memundurkan kepalanya sambil menatap tak percaya bahwa gadis yang sekarang ada di depannya ternyata sedikit galak.

Namun dengan ragu, Kevin berani membuka suaranya.

"Ehm—bukan bukan. Sebenernya ngomong kaya tadi tu hal yang biasa banget di Amerika."

"Ha? Lo pikir ini Amerika, ini tu Indonesia. Aaaaa sekarang gue paham dan ngerti—" Winda mendengus kesal dan meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"Ngerti, nger-ti apa?" Kevin bertanya dengan nada pelan.

"Karena kalian sama-sama kuliah di Amerika bukan berati kalian bisa buat lelucon sama gue yang cuma perempuan dari Desa. Lo ingat ya? Gak semua orang bisa nerima lelucon kalian. Dan apa? Gue bakal jadi pacar Lo? Gila Lo, ya? Gue tau Lo ganteng tapi jangan kurang ajar jadi cowok!"

Setelah selesai mengucapkan kalimatnya yang begitu cepat, Winda pun langsung mengatur napasnya.

Sementara Kevin masih menganga tak percaya, pria itu bahkan harus mencerna kembali omongan Winda yang terdengar begitu cepat tanpa jeda sedikitpun. Sesekali Kevin meneguk ludahnya sendiri.

Apa gadis itu mempunyai bakat menjadi rapper?

Sesaat kemudian, Winda langsung pergi meninggalkan Kevin yang masih diam dan mematung. Winda sangat kesal pada Kevin, karena sudah mempermalukan dirinya di depan Seno dan Mirna. Gadis itu terus melangkahkan kakinya untuk segera meninggalkan gedung tersebut, dan berniat untuk mencari taxi.

Namun samar-samar dari kejauhan  Winda dapat mendengar suara pria tadi.

"Woi, siapa nama Lo cewek rapper? Kita belum kenalan!"

Masa bodoh! Yang terpenting saat ini Winda ingin segera pulang kerumah.

****

Tengah malam ini Seno terbangun dari tidurnya, entah kenapa semenjak kejadian di acara ulang tahun perusahaan tadi malam perasannya menjadi tidak enak dan sedikit mengganjal.

Dilihatnya Mirna yang sudah terlelap di sampingnya. Kemudian Seno menyibakkan selimutnya, lalu pergi menuju ruangan tamu—sekedar untuk menenangkan pikirannya.

Seno kembali memikirkan ucapan Kevin tadi.

'Dia akan jadi pacar gue'

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di dalam pikirannya, ada rasa takut dan khawatir yang bercampur menjadi satu.

Ah, entahlah! Seno pun tidak mengerti kenapa menjadi seperti ini.

Apa dia tidak ikhlas jika sahabatnya Kevin yang selalu sempurna mengencani wanita seperti Winda?

Seno menghela napasnya dengan sangat panjang, lalu memejamkan matanya sambil bersandar di sofa.

****

2 Bulan Kemudian.

"Yun, keknya meja nomor 5 lagi butuh sesuatu, deh."

"Oke, bos."

Winda langsung menatap pegawainya yang bernama Yuni, saat gadis itu menyebutnya dengan sebutan 'bos'.

Bahkan sudah dua bulan, tapi rasanya masih asing dengan panggilan seperti itu.

Terhitung sudah dua bulan Winda mengelola kafe yang menjual berbagai macam camilan. Ini semua bermula saat ayah mertuanya akan melakukan pengobatan ke luar negeri—pria tua itu memberikan hadiah kecil untuknya.

Awalnya Winda menolak. Tapi Ramdan mengancam jika Winda tidak mau menerima hadiah darinya, maka lebih baik Ramdan tidak usah melakukan pengobatan.

Jadi dengan berat hati, Winda menerima hadiah ini. dan sekarang? Ia justru sangat menikmatinya.

Untuk hubungannya dengan Seno masih tetap sama, tidak menunjukkan perkembangan sedikitpun.

Pria itu hanya pulang ke rumah sesekali untuk mengambil pakaiannya atau sekedar datang bersenang-senang bersama Mirna—memamerkan kemesraan mereka, lalu bermain di kamar Seno. Winda dengan jelas dapat mendengar suara-suara dari kamar Seno saat sedang bersama Mirna. Sungguh! Winda benar-benar membenci itu.

Dan semakin kemari, Winda merasa kalau dirinya agak sedikit sensitif. Gadis itu sering kali merasa sakit hati saat Seno tidak pernah menghargainya sebagai seorang istri atau saat Seno berkata dingin padanya.

Entahlah! Winda pun bingung dengan dirinya sendiri.

"Buk bos," Suara seorang pegawai membuyarkan lamunan Winda.

Winda mendongak melihat pegawainya yang sedang berdiri di depannya dengan ekspresi khawatir.

"Ada apa?" Winda bertanya.

"Ehh itu-ada-ada pelanggan di meja nomor 4. Pelanggan itu cuma mau di layani sama bos."

Winda menautkan kedua alisnya, baru kali ini ia mendengar ada pelanggan seaneh ini. Kemudian ia meletakkan gelas tersebut dan bangkit dari tempat duduknya.

"Biar aku aja yang urus, tolong kamu lanjutin beresin gelas-gelas itu."

Segera Winda berjalan menuju meja nomor empat yang terletak di dekat jendela, dia melihat seorang pria memakai kaca mata hitam, duduk bersila sambil menatap ke luar jendela.

"Permisi," Winda sedikit membungkuk.

Pria itu beralih melihat Winda, lalu melepas kaca matanya dan tersenyum.

Tunggu! Sepertinya Winda pernah melihat orang ini, tapi dimana? Winda sedikit berpikir.

"Lo lupa sama gue?" pria itu bertanya sambil tertawa kecil.

"Gue kayak pernah liat Lo, tapi gue gak inget," Winda membalas.

Well, kira-kira siapa pria itu? Bisakah kalian menebaknya?

"Duduk dulu dong," Pria itu memajukan sedikit dagunya, menyuruh Winda untuk duduk di depannya. Dengan ragu, gadis itu duduk di depan pria itu.

"Gue Kevin, seneng bisa kenal sama Lo."

Kevin menjabat tangannya, dan Winda menatap tangan pria itu lalu beralih menatap wajahnya. Gadis itu terlihat masih bingung.

'Kevin'

'Kevin'

Ya! Kali ini Winda ingat. 'Kevin' pria menyebalkan yang hadir di malam ulang tahun perusahaan yang tidak lain adalah teman Seno dan Mirna.

....

TBC