Sebelum kembali ke Roma, Malphas ditemani Hanbi mengunjungi makam Azazel.
"Terimakasih atas didikan dan kasih sayangmu, aku akan menyelesai tugas terakhirmu. Paman ... pergilah dengan damai. Aku bisa menjaga diriku." Malphas bersujud di depan nisan Azazel.
"Aku akan setia seperti janjiku padamu. Aku akan menjaganya seperti perintahmu, aku melayaninya sesuai keinginanmu. Tanpa menuntut apapun, aku akan menunggu dia membalas cintaku sampai ajal menjemputku," Hanbi berdoa juga di dalam hatinya.
Mereka berdua kembali ke Roma sebelum Abaddon. Abaddon harus menyelesaikan urusan di Palermo. Di kemudian hari, urusan Palermo sementara menjadi tanggung jawab ibu Dyana yang kemudian akan dilanjutkan ke Maira jika sudah menyelesaikan pendidikannya.
Di tengah perjalanan. Malphas dan Hanbi sempat menginap di hotel untuk beristirahat. Malam itu aku merasa kesepian dan kedinginan. Malphas meminta Hanbi memeluknya, mereka tidak berbuat lebih dalam.
Malphas merasakan kehangat pelukan yang Hanbi berikan. Hanbi sendiri tidak akan berani berbuat lebih jika Malphas tidak memintanya.
Malphas terbangun di tengah malam. Ia merasakan nyaman di pelukan Hanbi, ia melihat ada rasa bahagia di wajah Hanbi. Malphas benar-benar mencintainya. Ia terlalu malu untuk mengakuinya.
Sejak saat ini, Malphas lebih sering meminta Hanbi merengkuhnya saat tidur
***
Setelah sampai di Roma, Malphas mulai menerima laporan dari anak buah Abaddon tentang perkembangan pekerjaan mereka. Malphas mengurus semua pekerjaan yang biasa ditangani oleh Abaddon, sampai menunggu dia kembali dari Palermo.
Waktu terus berlalu, Abaddon sudah mengambil alih tanggung jawab ayahnya, tak terasa sudah lama tidak ada wanita yang Malphas jadikan mangsa untuk bercinta. Bersama Hanbi pun ia hanya tidur berpelukan tidak melakukan hal lebih dalam. Tiap malam mengantar tidur pun, Hanbi bercerita banyak tentang keluarganya.
Hanbi memiliki seorang adik yang diambil paksa untuk membayar hutang ayahnya, karena kehidupan keluarganya yang miskin. Hanbi sering merindukan bertemu dengan adiknya.
Malphas bertanya, "Bagaimana bisa kau menemukannya jika sejak kecil kalian berpisah? Pasti rupa adikmu sudah berubah?"
Hanbi menggeleng. "Kami memiliki tanda lahir yang sama. Jika milikku berada di bahu, milik adikku berada di bawah lengannya," kata Hanbi sambil menunjukan tanda merah di bahu kanannya.
"Aku akan membantumu mencarinya," kata Malphas. Ia tahu, tidak mungkin menemukan orang yang sudah lama terpisah hanya dengan ciri yang sama di dekat ketiak anak itu. Tidak mungkin ia memeriksa ketiak setiap orang yang ia jumpai.
Mereka tidur bersama seperti biasanya.
***
Suatu hari, Malphas bersama Gremory diberi tugas mengawal barang ke Perugia. Karena pentingnya barang yang dikirim, Malphas diminta membantu Gremory mengawasinya. Pengiriman berjalan lancar.
Selesai menyelesaikan tugas. Mereka semua bisa sedikit bersantai. Saat itu, Gremory sedikit mabuk setelah minum di bar di Perugia. Gremory dengan kasar menarik seorang wanita sundal untuk menemaninya minum.
Entah kenapa, nafsu Malphas yang lama tidak tersentuh tiba-tiba naik. Ia mencari mangsanya di sekeliling bar. matanya berputar mencari, tetapi di tempat itu sepertinya tidak ada seorang pun yang menarik minatnya.
Malphas pamit pada Gremory untuk pergi keluar, beberapa tempat ia kunjungi tetap tidak ada yang menarik hati Malphas. Pertama kali dalam hidup Malphas pun merasakan ingin marah saat hasratnya tidak terpenuhi.
Akhirnya dengam keadaan marah, ia memutuskan untuk kembali ke tempat tadi. Malphas melihat Gremory semakin mabuk dan mulai sedikit kasar. Malphas mendekati mereka dan meminta maaf atas ketidaksopanan Gremory yang sempat menyakiti wanita sundal itu. Malphas tidak ingin membuat masalah di tempat asing, meskipun saudaranya memiliki kuasa di Perugia.
Akhirnya, Malphas memutuskan kembali ke penginapan dengan memapah Gremory yang mabuk. Dibaringkannya tubuh Gremory yang terus mengigau mengucapkan kata-kata kotor menghujat wanita entah siapa.
"Mungkin terlalu mabuk," duga Malphas dalam hati.
Malphas sendiri tidak bisa tidur. Menjelang pagi, matanya masih terbuka, ia memuutuskan untuk keluar berjalan di sekeliing tempat ia menginap.
Ia menemui, beberapa sundal berjalan pulang dari tempat mereka minum, tidak ada seorang pun yang bisa menarik hati Malphas.
Saat waktu semakin mendekati pagi. Jalanan semakin sepi. "Mungkin mereka sudah pulang dan tidur," pikir Malphas. Ia melangkah untuk pulang kembali untuk tidur.
Dilihat dua wanita sundal negro berjalan sedikit mabuk sambil menendang kaleng bekas minuman atau benda yang ada di depannya. Sebelumnya, Malphas tidak pernah tertarik dengan manusia dari ras negro. Ia sengaja berjalan ke arah berlawanan dengan arahnya pulang hanya untuk berpapasan dengan mereka.
Entah keberuntungan atau kesialan, mereka tidak tahu siapa diri Malphas atau karena pengaruh alkohol yang mereka minum sebelumnya. Salah satu dari mereka menarik Malphas, "Sundal! aku menginginkanmu," Negro itu bergumam sendiri.
Wanita-wanita berbadan sexy itu menekan tubuh Malphas ke bawah sehingga wajahnya tepat berada di pangkal pahanya.
Malphas bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan kondisi mabuk dan pura-pura mabuk. Saat ini, ia yakin benar bahwa wanita negro itu pura-pura mabuk dan melakukan perbuatan kotor. Tapi, kepura-puraan itu membuat hasrat Malphas naik. Ia tidak peduli inilah saat pertama kali ia melakukan dengan wanita kulit hitam. Otaknya membayangkan kepuasan mereka atas diri Malphas.
Mereka sadar bahwa, mereka berada di pinggir jalan utama walaupun keadaan sepi. "Bagaimana jika ada yang melihat kita," pikir Malphas.
Malphas berdiri dan menarik mereka masuk ke gang sempit yang terlihat di pinggir jalan itu. Terlihat bangnuan toko semi permanen kosong yang kumuh mungkin di Siang Hari digunakan untuk berdagang makanan atau barang lain.
Kedua wanita itu mengerti maksudnya. Mereka berbaring dengan bagian bawah yang sudah tak dihinggapi benang lagi. Langsung saja Malphas mengerjai salah satu milik mereka dengan tangan mengerjai milik satunya.
"Luar biasa. Enak sekali hisapanmu, aku pertama kali merasakan kenikmatan seperti ini, sst ... sst."
Malphas lakukan secara bergantian saat mereka sudah mengeluarkan cairan yang langsung Malphas telan.
Permainan utama akhirnya masuk, Malphas berbaring dengan menurunkan celananya. Hingga tak memiliki halangan untuk miliknya berdiri dengan tegak menggoda dua wanita itu.
Mereka mengerti, satu dari mereka menaiki Malphas dan memasukkan miliknya. Membuat desauan keluar dari sela bibir mereka. Dan satunya, menghidangkan di depan wajah Malphas, yang langsung ia turuti.
Wanita itu bergantian memuaskan diri. Sampai, lolongan panjang keluar dari mulut mereka. Para wanita itu ambruk dan beristrihat sebentar. Sebelum bangkit dan memasang pakaiannya kembali. Dan pergi meninggalkan Malphas yang belum mengalami puncak dengan mengeluarkan cairan miliknya. Tetapi, ia puas sebab hasratnya sudah terpenuhi.
Malphas mencoba berdiri, berjalan meninggalkan tempat itu. Sudah tidak terlihat lagi kedua wanita itu. Malphas mengingat wajah mereka, ia akan mengulanginya lagi jika ada kesempatan.
***
Sesampainya di hotel, Malphas sempat mengintip ke kamar Gremory. Dilihatnya Gremory masih tidur pulas. wajahnya terlihat damai, Malphas tersenyum bahagia melihat Gremory menikmati tidur dengan nyaman. Malphas sangat menyayangi Gremory sebagai seorang teman maupun saudara. Melihat dia nyaman beristirahat, ia merasa ikut senang.
Malphas menulis memo kecil di pintu kamarnya.
"FUCK ...! JANGAN GANGGU AKU. AKU BUTUH TIDUR SAMPAI PUAS, JIKA MAU BEKERJA, JANGAN MENUNGGUKU!"
Memo itu diakhiri dengan tulisan, 'Malph' di bawahnya.