Beberapa bulan setelah rapat konspirasi. Verrine Costra Valerido menikahi Damian Lauviah.
Beberapa orang menyebutkan perkawinan itu adalah God Bless untuk Damian. Beberapa yang lain menyebutkan perkawinan bisnis saling menguntungkan.
Damian Lauviah bukan orang bodoh yang mudah dimanfaatkan. Yang terjadi bukan pertarungan melawan Demon. Tetapi justru antara Demon dan Lauviah tidak saling bersinggungan walaupun mereka tidak berteman. Waktu damai ini, dimanfaatkan oleh keduanya untuk memperbesar kekuatan masing-masing. Justru kekuatan Costra Valeridolah yang semakin melemah, setelah satu per satu para gangster tua mereka meninggal karena usia tua.
Sampai Verrine Costra Valerido Lauviah memiliki dua putra dari Damian berusia lima dan tiga tahun, pertarungan itu belum terjadi.
Setelah ditinggal para tetuanya, justru antar Costra Valerido muda terjadi perebutan kekuasaan, hal ini dimanfaatkan Damian untuk merebut kekuasaan dengan membunuh sisa keluarga istrinya yang masih hidup. Damian mendapat keuntungan dari jaringan luas yang memiliki keluarga istrinya.
Verrine menyadari kelicikan suaminya. Ia merasa sakit hati, memilih meninggalkan suaminya balik ke Palermo di Sisilia—tempat asal keluarganya—bersama kedua putra Damian. Verrine memilih menghilangkan nama Lauviah di belakang nama dan kedua putranya, sehingga hanya nama belakang Costra Valerido.
Damian tidak peduli yang dilakukan Verrine, karena sebelum pernikahan mereka Damian sudah memiliki beberapa istri dan putra dari perkawinan sebelumnya. Bahkan setelah mereka menikah pun Damian masih menambah wanita miliknya.
Damian melepaskan Verrine dari kematian karena memiliki dua anak darinya. Hanya Verrine lah yang tersisa dari Costra Valerido. Damian justru lebih kejam dibanding dengan Azazel. Sebab Azazel, selama Costra Valerido tidak berbuat masalah dengan keluarganya, ia masih membiarkan mereka hidup.
Jaringan kekuasaan Damian menjadi yang terbesar setelah berhasil mengambil alih kekuasaan Costra Valerido.
Sementara Abaddon memilih dekat dengan orang pemerintahan berkat semakin naiknya jabatan pamannya—Luciano—. Kedekatannya membuat Demon menjadi pemasok tanaman bergenus Cannabis. Jenis obat antinyeri terbesar di Italia. Abaddon berhasil memanipulasi beberapa pejabat yang mau menerima suap darinya untuk memudahkan mendapat barang haram itu dari tanah jajahan Italia di Afrika.
Abaddon memulai menyiapkan menambah orang kepercayaannya secara perlahan. Abaddon lebih senang mendidik mereka dari bawah atau menolong mereka saat terjepit.
Nelchael seorang budak dari Afrika yang ditemukan nya di Maroko saat Abaddon melakukan perjalanan bisnisnya. Abaddon bukan seorang malaikat. Dia sengaja membeli Nelchael karena tahu kemampuan Nelchael. Setelah dibeli, Nelchael diberi kebebasan untuk memilih pergi atau bekerja untuknya. Nelchael yang tidak memiliki siapapun tentu hanya bisa memilih bekerja kepada Abaddon. Nelchael dikirim selama enam bulan di tempat Adriano sebelum bekerja padanya.
***
Orobas seorang remaja kecil yang ditinggal kedua orang tuanya yang terbunuh saat perang antar gangster di Napoli, Italia. Orobas dikirim oleh Abaddon ke tempat pelatihan di Norwegia. Orobas menyusul Maira Demon yang sebelumnya sudah berada di sana untuk berlatih.
***
Saat Valerie Demon—ibu Apollyon—meninggal karena sakit. Apollyon kembali ke Palermo meninggalkan Abaddon sendirian di Roma, perpisahan itu membuat Abaddon merindukan adik kesayangannya itu. Saat itu, Abaddon minum di sebuah bar sampai mabuk. Abaddon tergeletak jatuh di jalan dan ditolong oleh seorang gadis remaja kurus berwajah pucat. Saat bangun pagi hari, Abaddon terkejut mendapati dirinya tak berbusana merengkuh gadis remaja itu di kamar yang asing baginya dan Abaddon melihat bekas cairan miliknya mengering di belahan milik gadis remaja itu.
Abaddon merasa bersalah, Abaddon menebusnya dengan meminta gadis remaja itu ikut bekerja kepadanya dengan syarat, merahasiakan yang telah terjadi. Gadis remaja itu bernama Donatella dan menyusul Nelchael untuk berlatih di tempat Adriano.
***
Setelah Valerie meninggal. Azazel merasa kesepian. Wanita lain disebelahnya ternyata tidak bisa mengantikan Valerie.
Valerie adalah cinta sejati milik Azazel. Azazel mengalami penurunan kondisi. Azazel sering melamun dan menangis jika sendirian di kamar—tempat Valerie tinggal—.
Hiburan dari Sierine, Dyana atau istrinya yang lain tidak berpengaruh terhadap kondisi Azazel. Para wanita Azazel bahkan mencarikan istri muda baru yang cantik untuk Azazel. Tapi, Azazel tidak pernah menyentuh wanita muda itu, Azazel memilih wanita lamanya untuk menemaninya.
Sebelum setahun peringatan kematian Valerie, Azazel sakit semakin parah dan sering mengigau memanggil nama Valerie. Istri tertuanya memutuskan untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga, anak, menantu juga cucu dari Azazel.
***
Saat Malphas berkumpul di rumah besar Demon. Airmatanya tak bisa ia tahan, setelah satu tahun tidak bertemu pamannya—orang yang sebenarnya ia sayangi melebihi orang tuanya—.
Wajah tampan Azazel seolah menghilang, tubuh tegapnya berubah kurus hanya berbaring di atas ranjang. Malphas jadi mengerti paman Azazel seseorang yang memiliki cinta sejati. Di antara banyak cintanya, ibu Apollyon lah cinta sejati paman Azazel.
Paman Azazel selama hidup tidak pernah membedakan semua wanita miliknya. Tetapi saat ini malaikat maut berada di sebelahnya. Terlihat perbedaan, siapa wanita yang paling dicintainya.
"Malphas. Kemarilah. Paman merindukanmu, Azazel berujar yang terbaring di atas ranjang. Malphas menghampirinya, dan duduk di sebelahnya.
"Kamu tidak ingin merengkuh pamanmu yang sudah tua ini," kata Azazel.
Airmata Malphas seketika jatuh semakin deras dan ia langsung merengkuh paman yang sangat ia cintai.
Azazel menepuk punggung Malphas. "Kamulah yang membuatku khawatir jika aku meninggalkan semuanya," ... "Jangan sampai kejadian di sekolahmu terulang lagi. Paman bersalah padamu, kamu harus pintar memainkan perasaanmu. Jangan mudah terjebak lagi seperti dulu."
Semua mata heran memandang ke arah mereka. Orang-orang yang ada dalam ruangan itu tidak mengerti, apa yang terjadi di masa remaja Malphas. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak mengetahuinya.
"Adikku—Lilith—. Apapun yang dipilih anakmu, dia tetap anakmu. Kamu harus mencintainya dan mendukungnya," Azazel berujar kepada Lilith. Lilith hanya menangis sambil menganggukkan kepala.
"Luciano Devil ... setelah aku pergi, kamulah lelaki tertua di keluarga ini. Aku harap kamu berubah tidak bodoh lagi. Jaga mereka yang masih muda untukku, jangan mengecewakanku." Ayah Malphas mengangguk.
Azazel kembali mengarahkan pandangannya pada Malphas. "Malphas, bantu pamanmu berdiri."
Malphas menggeleng. "Paman tidur saja, kita yang akan melakukan untuk paman. Apa yang paman inginkan?"
Azazel membalas menggeleng. "Harus aku. Tolong! Aku ingin berdiri, Malphas."
Dengan menghela nafas. Akhirnya Malphas mencoba menyanggah tubuh Azazel untuk berdiri. Apollyon secara langsung bergerak membantu di sebelah kiri ayahnya.
Azazel mengelus kepala Apollyon. "Bantu kakakmu, Anakku. Aku percaya kemampuanmu." ... "Aku sudah sangat merindukan ibumu."
Apollyon hanya diam mematung. bahkan tidak ada airmata di matanya.
Setelah berdiri, disangga oleh Malphas dan Apollyon. Azazel berkata, "Kuputuskan, Abaddon—putra ku—mengantikanku di kemudian hari untuk memimpin semua Demon." ... "Siapapun anakku yang tidak puas, boleh keluar saat ini, dari keluarga ini. Jika kalian memutuskan untuk tetap di sini. Kalian harus mengabdi pada Abaddon Demon. Jika ada di antara kalian yang menghianatinya dinkemudian hari, aku mengizinkan Abaddon menghukumnya dengan mencabut nyawanya. Semua istriku juga sama. Jika kalian memutuskan untuk meninggalkan keluarga saat ini, aku berikan kebebasan. Jika kalian tetap di sini, kalian harus menuruti semua perintah Abaddon. Termasuk kau, ibunya Abaddon ... tidak boleh membantah perintah anakmu. Untuk wakilnya, aku memilih Apollyon—putra Valerie—dan Malphas keponakanku untuk membantunya."
"Mereka berdua tidak kuberikan memilih kebebasan, mereka harus membantu Abaddon. Keputusanku mutlak. Jika kalian berdua ingin bebas, terpaksa aku harus membawa kalian bersamaku sekarang."
Malphas sedikit bingung, kenapa putra yang lain diberi kebebasan untuk meninggalkan keluarga jika tidak setuju. Tetapi Malphas dan Apollyon justru diikat selamanya bersama Abaddon?
Setelah semuanya setuju dan tidak ada satu pun putra Malphas yang memilih meninggalkan keluarga. Azazel berkata, "Aku ingin dengan Abaddon sendirian, yang lain boleh keluar. Malphas dan Apollyon, jika kau ingin tahu yang kami bicarakan. Kalian kuizinkan duduk di pojok ruangan tanpa menganggu kami."
Mereka mengangguk patuh, membuat keluarga Demon dan Devil keluar dari ruangan Azazel, kecuali Azazel, Abaddon, Apollyon dam Malphas.
"Aku memilihmu bukan karena aku paling sayang padamu. tetapi aku melihat ... kau yang paling memiliki kemampuan menjaga keluargaku setelah aku pergi. Aku tidak ingin keluarga Demon yang kubangun hancur seperti Costra Valerido."
Abaddon hanya diam mengangguk.
"Aku tahu, aku tidak memberikanmu pilihan karena hanya di bahumulah. Aku percaya, kau dapat menjaga keluargaku, wanita yang kucintai, dan semua putra bahkan cucuku. Tetapi aku mengikatmu dengan satu perjanjian, pilih salah satu dari keponakanmu yang memiliki darah Demon yang memiliki kemampuan sepertimu untuk melanjutkan kejayaan Demon."
"Berjanjilah untuk bijaksana, menyayangi semua saudaramu. Mereka lebih lemah dan tidak sepintarmu. Jadi, aku minta jika ada pihak yang mengadu, dan memecah keluargamu harus bijaksana mengambil keputusan. Maafkan mereka jika mereka tidak sengaja bersalah kepada keluarga ini. Aku selalu berusaha menerima semua kelemahanmu, jadi kamu harus juga menerima semua kekurangan anak-anakku yang lain. Aku mencintai mereka semua." ... "Sebelum aku mati, aku takut KARMA PERBUATANKU AKAN DIBALASKAN KEPADA MEREKA." Azazel menangis. "Tolong jaga Adriano untukku jika di masa tuanya tidak ada yang mengurusinya. Dia adalah sahabatku. Aku sangat menyayanginya sampai sekarang. Jadi, hormatilah dia."
"Aku mencintai kalian semua." Azazel menghembuskan nafas terakhirnya dengan menanggung ketakutan karma perbuatannya.
Malphas menjerit dan menangis. Semua yang menunggu di luar masuk, dan semua menitikkan air mata.
Setelah hening ....
"Kami menunggu perintahmu, apa yang harus kami lakukan sekarang!" kata Maira—putri paman Azazel dan bibi Dyana—kepada Abaddon.
"Kita siapkan pemakaman yang layak," balas Abaddon sambil meninggalkan ruangan. "Aku ingin sendiri sebentar. Tolong! Beri aku waktu."
Sebelum Abaddon pergi. Apollyon berkata, "Kau harus kuat. Kau harus menyelesaikan tugas ayah kita. Kau harus!" Apollyon menekankan kata terakhir HARUS!