webnovel

Mantan yang kembali

Tiga hari sebelumnya

"Dik Kendra ada telepon," Kendra yang sedang rebahan di kamar tamu tersentak kaget, Kendra baru saja selesai merapikan berkas untuk dia melamar kerja, sebelum akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sebentar, meluruskan punggungnya yang sedari pagi membungkuk. Sebelum nanti menulis kembali surat lamaran kerja nya yang masih dua atau tiga perusahaan lagi. Mbak Pur, kakak Maya yang nomer dua berdiri di depan pintu yang memang sengaja di tutup setengah oleh Kendra.

"Siapa mbak?" Tanya Kendra, tak mungkin dari Maya, karena ini jam kerja, dan kalaupun dia ada perlu dengannya, komunikasinya via ponsel, bukan telepon rumah.

"Ngga tahu, dia nanya - nanya tentang Maya," senyum mbak Pur terbias sebelum dia pergi meninggalkan Kendra yang diliputi tanda tanya besar. Tanya tentang Maya tapi kenapa telepon itu di berikan kepadanya? Bukannya mbak Pur bisa langsung menjawabnya, karena dia saudaranya. Masih diliputi kebingungan Kendra melangkah keluar dari kamar tamu, dimana seminggu terakhir ini dia tempati, ini rumah kakak Maya, Maya memaksanya untuk menginap disana daripada di penginapan, selain pemborosan, Maya bisa melihatnya setiap hari, tanpa harus mengunjunginya, jika Kendra menginap di penginapan.

Kendra mengangkat telepon yang terletak di atas nakas dekat tangga turun, yang tersambung paralel dengan telepon di lantai bawah.

"Halo? Siapa ini?" Tanya Kendra dengan dahi mengernyit.

"Halo, kenalin saya Abimanyu, saya teman lama Maya, bisa minta nomor ponsel Maya?" ternyata seorang cowok, Kendra memutar otak, Abimanyu, nama yang sepertinya sangat familiar di telinganya, meski mereka tak pernah bertemu, tapi Maya pernah beberapa kali menyebut nama itu.

"Ini Abim mantan Maya kah?" Tebak Kendra, dia baru ingat, Maya pernah menyebut nama Abim, cowoknya dulu yang pernah menggantungkan hubungan mereka berdua gara – gara Maya harus bertugas ke Bali, dengan alasan tak mau menjalani hubungan jarak jauh, Abim akhirnya memberi hak penuh kepada Maya sikap apa yang akan di ambilnya, putus atau vacum, yang akhirnya dengan segala pertimbangan Maya memilih Kendra, dan memilih putus dengan Abim.

Kenapa cowok itu muncul lagi kini, dan kenapa mbak Pur seperti sengaja memberikan telepon itu kepadanya, harusnya dia yang memutuskan, toh dia juga pasti punya nomor ponsel Maya, hanya Kendra tak mau berpikiran yang aneh – aneh, mungkin saja mbak Pur, memberi kesempatan padanya untuk mengenal mantan cowok Maya yang kabarnya adalah seorang pegawai kantor rekanan anak cabang dari perusahaan konstruksi milik BUMN, tapi untuk apa?

"Bukan, saya Abim yang lain," terdengar suara tawa di seberang, meski tahu berbohong, tapi Kendra tak mau berdebat panjang, di benaknya Maya sudah menjadi tunangannya, tentu tak akan berbuat yang aneh – aneh, selama ini mereka sudah saling percaya, bahkan selama menjalani LDR, Kendra pernah berkenalan dengan seorang cewek lewat sosmed, cewek itu bernama Ratna dan tahu Kendra telah memiliki tunangan, tapi kadang dia berseloroh mau dijadikan yang kedua. Itu saja Kendra tak merahasiakannya ke Maya, bahkan Maya pernah berbicara langsung dengan Ratna via telepon, ketika Ratna menghubunginya, tak ada yang perlu ditutupi. Apalagi sekarang dia juga harus percaya pada Maya, disaat Maya memberikan kepercayaan yang sama pada dirinya.

"Iya juga nggapapa Bim, oh iya ini nomornya…," Kendra menyebut deretan angka nomor ponsel Maya yang sudah dia hapal di luar kepala, "sekarang dimana Bim?" tanya Kendra ramah, tak sedikitpun dia umbar rasa curiga di benaknya.

"Di Bandung," jawabnya singkat.

"Kapan – kapan, bolehlah kita ketemu," Ujar Kendra percaya diri.

"Siap … siap, oh iya makasih ya, aku harus kembali kerja, maaf kalo mengganggu," akhirnya ada pengakuan, meski awalnya dia mengelak.

Kendra hanya tersenyum kecut, setelahnya entah kenapa dia merasa menyesal, karena dengan gampangnya memberikan nomor ponsel Maya ke mantannya?

Ditengah pikiran kalutnya, ponsel di kamarnya berbunyi.

"Ya bu," jawab Kendra lemas. Pikirannya sedang kacau, dan untuk saat ini sebetulnya dia tak ingin menerima telepon dari siapapun kecuali Maya, dia harus segera tahu, apakah cowok yang bernama Abim barusan meneleponnya, tapi tentu terlalu cepat juga kalau sekarang dia meneleponnya, karena tentunya saat ini dia sedang mengobrol dengan cowok bernama Abim. Tak bisa di pungkiri ada cemburu di hati Kendra.

[Gimana kabarnya disana, kalau memang belum segera dapat kerjaan, mending kembali ke Bali saja Ndra] entah mengapa kali ini ibunya mengkhawatirnya dirinya, semua seperti sebuah skenario terencana, biasanya ibunya meneleponnya, menanyakan kabarnya, dan sang ibu akan menyemangatinya untuk tetap sabar, semangat dalam mencari kerja di Jakarta, padahal kalau mau ibunya bisa saja menyuruhnya pulang, atau kembali ke Bali, masuk kerja kembali di kantornya, yang sdh 8 hari ini Kendra meminta ijin libur, tak bilang kalau dia ke Jakarta mencari kerja, dia mengambil cuti dengan alasan kakaknya menikah, padahal kakak perempuannya sudah lama menikah, bahkan sudah punya dua anak.

"Tumben ibu meminta Kendra balik ke Bali, bisanya ibu akan bilang yang sabar ya le, semangat, " kali ini Kendra mencoba tertawa, dengan menggoda ibunya, meski tawanya terasa hambar.

[Sudah lama juga kamu di sana, ngga enak sama mbak Pur, dan lagi kamu kan belum jadi siapa – siapanya Maya], hampir tiap dua hari biasanya ibu meneleponnya, atau tiap 3 hari dia menelepon mbak Pur, meminta maaf karena telah di repotin, oleh Kendra, minta tolong juga untuk mengawasi.

Dan entah basa – basi, mbak Pur seperti terus menenangkan ibu Kendra, untuk tak terlalu mengkhawatirkan Kendra di sini, alasannya biar dia bisa mandiri, terdengar positif. Tapi tetap saja yang namanya seorang ibu akan merasa khawatir dengan keadaan anak bungsunya, yang jauh di kota orang, dan tinggal dengan orang yang bukan dan belum menjadi siapa – siapanya.

"Habis tahun baru saja ya bu, kalau sekarang pulang sepertinya nanggung," Kilah Kendra, tahun baru tinggal dua hari lagi, dia mau menghabiskan hari libur berdua bersama Maya, selama dia disana, dia juga jarang ketemu Maya, karena Maya juga harus kerja, pulang kadang sampai rumah sudah malam, jadi meski mereka dekat pun, kalau tak hari libur, jarang mereka berduaan bercakap dengan mesra, waktunya paling lama satu setengah jam sebelum akhirnya Maya pergi tidur, agar besok tak bangun kesiangan untuk berangkat kerja.

[Ya sudah kalo begitu, nanti pulang ke rumah dulu kan sebelum ke Bali?] tanya ibu Kendra.

"Inggih bu, Kendra juga sudah kangen sama ibu," Kendra kembali tertawa, tawanya kini bercampur perih, dia rela mengambil cuti 2 minggu, hanya untuk mengunjungi Maya, melewatkan kampung halamannya untuk sekedar bertemu dengan ibunya. Terdengar jahat, harusnya dia mampir ke kampung halamannya di Banyuwangi sana sebelum memutuskan untuk pergi ke Jakarta, bukannya dari Bali langsung ke Jakarta.

[Yo wes kalau gitu, hati – hati disana, jaga sikap, kamu bukan di tempat saudara, salam sama Maya dan mbak Pur ya] pungkas ibu Kendra, Kendra menjawab iya, sebelum sambungan terputus.

Hingga sore hari tak ada, telepon dari Maya, yang mungkin ingin memberinya kabar bahwa baru saja dia di telepon mantannya, atau memang Abim belum menelepon Maya? Atau Maya ingin berbicara langsung kepadanya nanti sepulang dia pulang dari kantor.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Goose_Badoengcreators' thoughts