webnovel

Tetangga

Jam menunjukan pukul 9 pagi, mas Rendy sudah berangkat ke kantor dua jam lalu. Dan aku juga sudah selesai beberes rumah, ku lihat mang Asep tukang sayur komplek ini sudah dirubungi para ibu ibu. Tanganku menutup gerbang rumah, tak sengaja berpapasan dengan Bu RT yang baru keluar juga "Mau ke sana mba?" Tanya nya basa basi

"Iya nih, mau cari bumbu"

"Oh ya udah ayo bareng aja, saya juga mau cari ayam. Anak saya minta sup ayam" Ku lihat bu Darmi dan Bu Yanti juga sedang memilah milih sayuran. Ia tersenyum melihat ku datang

"Seger banget mba keliatannya"

"Manten baru wajar dong"

"Ah, bu Darmi bisa aja loh. Lagi bahas apa sih kayanya rame banget, kedengaran sampai sana" gurau ku.

"Itu loh mba, rumah Pak Karman sama Bu Tuti, udah empat bulan kosong" jelas salah satu dari mereka. Eum... Aku tak tau siapa namanya, tapi tak apalah akrabi saja.

"Anak saya kemarin malem si anwar pulang kerja lewat depan rumahnya malah liat penampakan kunti merah loh!" Bak Dejavu mendengar ucapan bu Tari semalam juga aku melihatnya

"Mba Nadia jangan takut loh, Saya gak bermaksud nakut-nakutin" lanjutnya malah menatapku sungkan.

"Oh enggak bu, saya gak takut kok santai aja" jawabku, beberapa bumbu sudah ku masukan ke dalam plastik

"Gak tau deh, akhir-akhir ini para warga sering liat penampakan kunti merah itu kalau keluar malam. Padahal kemarin masih baik baik aja kok komplek kita,"

"Iya nih"

Aku membayar belanjaan ku dan berpamitan dengan mereka. Kata mamah ada beberapa saudara jauh yang datang ingin melihatku menikah kemarin namun harus tertunda karena beberapa kendala. Jadi baru sekarang mereka datang.

Tentang rumah pak karman memang ku lihat auranya suram, bahkan halaman depannya sudah di penuhi daun daun kering. Ku pandang lamat lamat rumah itu sembari tanganku membuka pintu pagar.

Aku malah tersentak ketika sebuah muka tercetak jelas menempel di kaca dari dalam rumah menatapku kosong tanpa ekspresi, jantungku berdebar. Buru-buru aku masuk ke dalam rumah mengambil dompet dan kunci motor lalu tancap gas ke rumah mamah

____

"Ini nih manten anyar, maafin mamang ya neng. Baru bisa dateng sekarang" aku bersalaman dengan saudara saudara ku

"Gak papa mang. Doa nya aja udah cukup kok" kami larut dalam obrolan hingga hari menjelang sore dan aku pamit pulang

Malam ini mas Rendy lembur di kantor, jadi aku tidak perlu repot-repot masak

Srrrttt.....

Keningku berkerut kala mendengar suara kran air yang menyala, apa aku lupa mematikan kran air? segera aku beranjak mengeceknya tapi tidak ada bekas air sedikit pun di lantai dan kran itu tertutup sempurna.

"Mba.."

"Astaghfirullahalazim..!! Eh pak, ngagetin aja" tanganku menekan dada. Laki-laki itu berdiri di luar pagar rumah ku, aku tak mengenalinya

"Kaget ya mba, saya tetangga sebelah. Ini ada sayur bening" karena pagar rumahku hanya sebatas dada orang dewasa laki-laki itu bisa menyodorkan semangkuk sayur bening padaku.

Aku agak merasa aneh, malam-malam begini di beri sayur bening. Tak lama suara mobil terdengar dari halaman rumah Bu Yanti beberapa kali lampunya berkedip menyoroti ku.

Bu yanti juga melihat ke arah ku dari balik pagar rumahnya seolah memberitahu ku sesuatu yang aku tak mengerti apa maksud nya. Namun ketika pak karman menoleh ke arah bu yanti beliau malah lari masuk ke dalam rumah. Pak karman menatapku kembali, tanpa mengatakan apapun.

"Makasih ya pak," ucapku canggung

"Makan mba" tiba-tiba perasaan ku tak karuan, bagaimana cara menolaknya

"I-iya pak, k-kalau gitu saya masuk duluan ya pak. Permisi" Baru kaki ku melangkah dua kali hp di kantong baju ku berdering, satu notif wa dari bu Yanti tertera di layar.

"Mba Nadia, pak karman udah meninggal siang tadi"

Tubuhku seketika kaku

"Kenapa mba?" dengan gemetar aku menoleh ke arah pak karman dan memekik ngeri, keadaan beliau sudah berlumuran darah. Kepalanya hancur dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya

Ku lempar mangkuk sayur itu ke arah nya. Aku terjatuh ke tanah, ku seret kaki ku berusaha masuk ke dalam rumah. Sementara sosok pak karman menyeringai puas membuatku menangis sejadi-jadinya. Mataku terus terpejam merapalkan ayat ayat suci Alquran.

Aku tak peduli baju ku yang kotor, sosok pak karman melayang menembus pagar rumahku membuatku semakin ketakutan. Aku tak mampu lagi merapalkan ayat-ayat Al-Qur'an.

"P-pergi... pergi..... hiks.."

Tiba-tiba seseorang memelukku erat

"Sssttt.. Bun. Kamu kenapa?!" Suara nya familiar, aku memberanikan diri membuka mataku kala merasakan sentuhan lembut di wajah.

"M-mas.. " lirihku

"Iya ini aku, kamu kenapa bun. Kenapa di luar gini?" Air muka mas Rendy khawatir menatapku. Aku semakin menangis memeluknya, tak lama Bu Yanti dan suaminya serta Bu Darmi menghampiriku tergesa-gesa.

"Ya ampun mba, mba gak papa kan?" Tanya nya khawatir. Mas Rendy membopong ku masuk ke dalam rumah di ikuti mereka

"Istri saya kenapa bu?" Bu yanti dan bu Darmi saling memandang

"Eumm.. itu loh mas, mba Nadia tadi saya liat kaya lagi ngomong sendiri di depan pagar malam-malam, sambil bawa mangkuk" jelas Bu Darmi

"Iya mas, tadi saya penasaran makanya saya sorot pake lampu mobil ternyata malah ada penampakan pak karman" sahut pak Sigit menatap ku iba

"Maafin saya ya mba. Saya lupa ngabarin mba Nadia, pak karman sama istrinya baru meninggal siang tadi di kampung halamannya" tambah Bu Yanti, mas Rendy mengangguk paham

"M-mas.." lirihku dengan badan yang masih gemetar

"Kita pidah kamar ya. Bersihin badan dulu" tanpa basa-basi dia membopongku. Aku yang masih ketakutan tak mau jauh dari nya barang semeter pun. Aku takut sosok pak karman muncul lagi di hadapan ku untungnya mas Rendy paham, sepanjang malam ia tidur dengan memelukku erat.

.

.