webnovel

Lembaran Baru

Gaun pengantin berwarna putih khas sudah terpasang apik, setelah lika-liku ujian pernikahan sudah ku lewati. Hari ini aku resmi menikah dengan seorang laki-laki yang mampu menerima segala kekurangan ku dan mampu membimbing ku dengan baik.

Laki-laki yang memiliki rasa sabar seluas lautan saat menghadapi ku. Laki-laki yang tidak pernah meninggikan nada suaranya meski aku membuatnya marah. Laki-laki yang tentu mencintaiku

Namaku Nadia Oktarina kalian bisa memanggil ku Nadia, dan suamiku Rendy Pangestu. Aku merupakan anak tunggal di keluarga ku sedangkan Rendy dua bersaudara, adik laki-laki nya bernama Bagas Pangestu.

Aku akan menceritakan padamu bagaimana kehidupan yang ku jalani setelah kami menikah, tentu dengan kemampuan yang ku punya yang hari demi hari semakin meningkat pesat.

Banyak orang mengatakan aku 'gadis indigo'. Aku bisa melihat mahluk yang biasa kalian sebut hantu, setan, demit, mahluk halus atau lainnya.

Awalnya aku hanya bisa melihat mereka tanpa bersentuhan ataupun mendengarkan. Namun, seiring berjalannya waktu sentuhan dari tangan dingin mereka bisa ku rasakan. Bahkan suara-suara geraman nya, tertawanya yang melengking membuat siapa saja merinding, bisa ku rasakan.

Beberapa kali juga aku bisa melihat masalalu sebuah tragedi kecelakaan atau tempat bersejarah. Bahkan terkadang aku bisa tiba-tiba menangis karena merasakan aura sedih dari benda yang ku pegang. Jujur ini membuatku agak frustasi, orang-orang tidak akan ada yang percaya jika aku memberitahu nya.

Tapi aku bersyukur orang tua ku selalu percaya apa yang ku ucapkan, mereka selalu membantuku tanpa menganggap anaknya aneh ataupun mengerikan. Dan juga laki-laki yang saat ini resmi menjadi suamiku.

Mas Rendy, suamiku. Ia memutuskan membeli sebuah rumah untuk kami tinggali di salah satu perumahan yang letaknya tak jauh dari rumahku. Rumah bergaya klasik putih tulang dengan halaman depan dan belakang yang luas di penuhi rumput rapih, serta satu buah gazebo di depan rumah, spot favorit kami berdua.

Setiap rumah di sini memiliki gerbang yang hanya setinggi dada orang dewasa, itu membuat kami lebih leluasa melihat ke arah jalan.

Barang-barang sudah kami susun sedemikian rupa agar terlihat serasi. Mulai dari tata letak ruang tamu, kamar, ruang tengah semua aku yang mengatur. Mas Rendy hanya mengikuti arahan ku, hingga waktu menunjukan pukul lima sore

"Mas, udah berhenti dulu sini..!" Ucapku, mas Rendy menghampiri ku di meja makan. Ku lap wajahnya yang penuh keringat dengan tisu

"Wih, kamu buat cemilan apa bund?" menatap beberapa makanan yang ku taruh di meja, ada pisang coklat (piscok) brownies kesukaannya dan dua cangkir teh.

"Resep brownies baru, aku coba coba aja sih. Enak gak?" Ia mengangguk, lalu menyuapiku.

"Barang-barang udah selesai semua kok bun. Kalau cape tidur aja, gak usah keluar lagi"

"iya nih, mau tidur aja, sampai mamah papah dateng" badanku sudah remuk karena resepsi pernikahan kemarin di tambah kami langsung pindahan di hari berikutnya.

"Ya udah, tidur aja. Tinggal masukin mobil ke garasi aja kok, nanti aku nyusul ke kamar" aku mengangguk lalu melenggang ke dalam kamar. Malam ini para orang tua kami akan berkunjung, sekaligus akan mengadakan pengajian rumah baru.

Untungnya semua persiapan sudah di susun matang-matang di rumah mamahku. Beliau yang akan mengatur, aku terima bersih saja.

Ah, tentang Mas Rendy, ia bekerja di salah satu perusahaan manufaktur di kota ini. Orang tua nya mempunyai usaha di bidang kuliner bahkan cabangnya hampir di penjuru kota. Bisa di bilang ia dari keluarga yang berkecukupan sedangkan aku, keluarga ku biasa saja. Papah berprofesi sebagai nahkoda membuat nya jarang pulang, bahkan beberapa kali aku dan mamah ikut papah bekerja dulu.

_____

Sekitar 12 bapak-bapak sedang mengaji di ruang tamu rumahku. Aku, mamahku dan mamah mertua ku berada di dapur menyiapkan nasi yang akan di bagikan dengan beberapa kue yang memang ku pisahkan untuk para tetangga, hitung-hitung sebagai tanda perkenalan.

Hingga sesi pengajian telah selesai aku segera menghampiri tetanggaku

"Permisi bu, maaf malam-malam ganggu. Ini saya mau nganterin kue, saya Nadia tetangga baru" ucapku ramah

"Ya ampun repot-repot Mba. Makasih loh, semoga betah ya!"

"Tetangga samping itu kemana ya bu, rumahnya gelap" tanyaku basa basi. Bu yanti malah diam sejenak melihat arah telunjuk ku

"Gak usah kesana mba, orang nya mudik" ga aneh memang kalau banyak yang mudik saat ini. Mengingat ini bulan Desember sebentar lagi liburan tahun baru

"Oh gitu, ini anak ibu? Cantik nya!"

"Iya mba, namanya Aisah" rumah bu Yanti dan suaminya pak Sigit tepat di depan rumahku. Rumah samping kiri ku milik sepasang suami istri Pak Karman dan Bu Tuti, yang katanya beliau sedang mudik ke kampung halamannya.

Sedangkan rumah samping kanan ku milik pak RT dan istrinya. Setelah selesai, aku segera kembali ke rumah. Mamah sudah bersiap akan pulang.

"Hati-hati ya mah." ucapku mengecup tangan mamah mertua, kami berada di teras

"Kamu jaga kesehatan ya, kalau ada apa-apa telpon mamah!"

"Siap mah"

"Ya udah mamah pulang dulu, assalamualaikum..!"

"Walaikumussalam" jawabku dan mas Rendy. Saat kami akan masuk ke dalam samar-samar aku melihat seseorang berdiri di ujung pertigaan jalan yang berjarak beberapa meter dari rumahku.

"apa ya itu?" Batinku

Ku picingkan mata ku, gaun merah nya menjuntai ke aspal dengan seringaian lebar seolah mengejek ke arah ku membuat bulu kuduk ku berdiri saat itu juga. Di tambah suasana habis hujan yang dingin.

"Bun, liatin apa?" Aku tersentak Mas Rendy menepuk bahu ku

"I-itu mas, kunti merah..." Jawabku terbata bata. Mas Rendy berjalan ke gerbang rumah kami lalu melihat kesekeliling, ia menggeleng menatapku

"Gak ada bun, kamu salah liat kali" ia kembali menghampiri ku dan kami segera masuk ke dalam.

Masa sih salah liat?

.

.

“Tuhan tidak menciptakan segala sesuatu tanpa maksud di dalamnya”

ayuviliacreators' thoughts
Next chapter