webnovel

Pelet

Akhir-akhir ini mas rendy pulang larut malam, bahkan tak jarang pulang hingga pukul 1 dari kantor nya. Dalam tidurnya pun beberapa kali aku mendengar ia mengigau, mungkin pekerjaan nya bertambah. Aku jadi merasa iba

Juga setiap pagi dia selalu meninggalkan sarapan yang ku buat. Pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku atau mencium keningku seperti rutinitas kami setelah menikah, tapi lagi-lagi aku berfikir positif mungkin mas Rendy buru-buru ada kerjaan

Bagas adik mas Rendy melaksanakan pernikahan nya hari ini. Awalnya mas Rendy engga hadir, namun aku berkali-kali membujuknya, bagaimana pun ini momen penting dalam hidup bagas bagaimana perasaan nya kalau kakak nya tidak hadir

Aku dan mas Rendy sudah siap, kami menggunakan baju couple batik berwarna cokelat. Pukul 08:00 kami sudah berkumpul di depan rumah mamah mertua ku, keluargaku sendiri pun juga turut hadir

"Mas, mau sarapan dulu?" Tanyaku pada suamiku yang ku lihat asik mengobrol dengan teman-teman bagas dan para bapak-bapak. Ku lihat bagas baru keluar dari pintu rumah aura pengantin memang selalu bersih sama persis seperti ketika aku menikah dengan mas Rendy auranya.

"Gak usah bund" jawabnya cuek. Aku tak mengambil pusing.

Acara berjalan hikmat, bagas begitu lancar mengucapkan ijab qobul dalam satu tarikan nafas. Beberapa hidangan makanan sudah mencuri perhatian ku, ada pempek, puding, salat dan banyak lagi lainnya. Siapa yang tidak akan tergiur melihat ini?

"Eh Nadia, Rendy mana kok sendirian?" Tante ira menghampiri ku. Jujur aku juga tak tau kenapa mas Rendy memilih duduk bersama teman-teman bagas ketimbang duduk dengan ku, biasanya dia selalu nempel.

"Gimana kabarnya mba, sehat?" Basa basi itu di tunjukan pada mamahku

"Alhamdulillah, sehat"

"Nadia gimana, udah ngerasa isi belum?" Aku terdiam sejenak mendengar pertanyaan tante ira. Pernikahan ku dan mas Rendy baru berjalan beberapa minggu saja

"Belum tan,"

"Gak papa, Nad. Dulu tante malah dapet Nizam dua tahun pernikahan" curhatnya.

Aku tersenyum hampir saja berburuk sangka, aku takut seperti di film-film jika aku tak kunjung hamil, keluarga mas Rendy akan menyuruh kami berpisah. Jangan sampai deh amit-amit.

"Yang penting jaga kesehatan mu dulu aja. Namanya anak gak bisa di buru-buru, allah juga tau kalau kamu udah siap jadi orang tua pasti di kasih momongan"

"Iya tante, lagian aku sama mas Rendy baru kemarin nikah" jawabku

"Bener, ya udah deh. Jangan lupa makan nanti ajakin tuh Rendy makan, jangan ngobrol terus sama bapak-bapak" lalu tante ira pamit pergi bergabung dengan keluarga mas Rendy yang lain.

Setelah acara selesai aku mencari suamiku yang entah dimana, sejak tadi ia terus seperti menghindar. Jujur aku merasa bingung, ku pikir aku melakukan kesalahan padanya? Tapi apa? Biasanya juga mas Rendy selalu menegurku jika aku salah, ia akan mengajak ku berbicara baik-baik.

'nomor yang anda tuju sedang berada di kuar jangkauan'

Huh, bahkan handphone nya saja mati. Dengan segera berpamitan pulang dengan mamah mertua ku, setelah itu aku memesan taksi online untuk kembali ke rumah.

Tak ku sangka ketika aku tiba di rumah mobil mas rendy sudah terparkir apik di garasi rumah kami, seketika aku terdiam. Dia meninggal kan ku pulang begitu?

Ada apa dengannya? Bahkan kini ia sedang bersantai sembari menonton tv

"Mas,"

Ia menoleh menjawab "apa" tanya suara hanya gerakan bibirnya saja yang bisa ku tebak

"Kamu ninggalin aku?" aku duduk di sampingnya

"Aku cape, jadi pulang duluan"

"Tapi seenggaknya kamu bisa pamit ke aku kan mas?"

"Udah deh bund, jangan ngajak ribut" mas Rendy melengos begitu saja. Dahiku menyerit, tumben sekali mas Rendy bersikap seperti itu pada ku biasanya dia bucin angkut.

Aku melihat suamiku yang keluar dari toilet kamar kami. Dia baru mandi, tapi sesuatu menyita perhatian ku kali ini. Bayangan hitam di belakang mas Rendy samar-samar bisa ku lihat dengan jelas. Apa itu? Aku terus menatapnya lekat, hawa negatif terasa di sekitarku.

"Kenapa sih bund, kamu liatin aku?" Tanya mas Rendy merasa terintimidasi

"Kamu makan apa aja di kantor mas?"

"Gak ada lah, jangan nuduh sembarangan deh. Cuma minum kopi buatan Aida" wah, sesuatu yang tak normal sudah bisa ku tebak, aku harus melakukan sesuatu.

===============

Pagi ini seperti biasa, mas rendy enggan sarapan di rumah, aku berinisiatif menghantarkan makan siang ke kantornya. Ku buatkan makanan favorit nya, sengaja aku tidak memberitahu mas Rendy aku akan datang.

"Siang bu" seperti biasa beberapa karyawan menyapa ku hingga aku sampai di depan lift. Ah, suamiku memang menempati posisi lumayan terpandang di kantor ini.

Sudah beberapa menit aku menunggu tetapi aneh pintu lift seakan macet tidak ingin tertutup, tapi ketika aku hendak keluar bertanya pada karyawan jaga, tiba-tiba pintu list tertutup cepat. Kali ini bersama sebuah tangan menembus dinding lift

Tangan pucat pasi kering bak ranting pohon dan berkuku hitam yang tajam. Saat itu juga badan ku kaku, aku melupakan semua ayat-ayat suci Al-Qur'an. Keringat dingin membasahi tubuhku. Belum sempat tangan itu meraihku, pintu lift sudah kembali terbuka di lantai empat.

Tanpa basa basi lagi aku langsung lari ngibrit ke dalam ruangan mas rendy. Begitu ku buka daun pintu itu, di dalam ada Aida dan mas Rendy, yang membuatku tambah syok Aida berusaha duduk di pangkuan mas Rendy dan kondisi mas Rendy yang mata nya tertutup oleh tangan hitam mahluk yang ada di belakangnya. Aku merapalkan beberapa ayat-ayat Al-Qur'an dan berlari ke arah nya dengan spontan menjambak rambutnya penuh emosi

"SIALAN !! TERNYATA INI KELAKUAN LO. PANTES SUAMI GUE BEDA AURANYA" air muka aida terlihat begitu terkejut melihatku. Ku tarik keluar ruangan hingga ke meja staff karyawan biasa, ku dorong sekuat tenaga ke lantai

"ARGHH" jeritnya

"SIAPA LAGI YANG MAU JADI PELAKOR?!!" teriak ku pada semua orang.

Para karyawan memandang kami syok dan mulai berbisik-bisik. Tak lama feri menghampiri ku dengan raut bingung apa lagi dengan kondisi Aida yang menangis di lantai setelah ku dorong

"Kenapa bu?" Tanya nya sopan. Mau bagaimana pun posisi dia di bawah suamiku. Tanganku menunjuk Aida sansi

"PACAR KAMU SUDAH MAIN GUNA-GUNA KE SUAMI SAYA!" satu ruangan heboh di buatnya

"HARUSNYA MAS RENDY NIKAH SAMA SAYA,!!!" Aida berteriak marah padaku, ia tak terima. Feri memandang tak percaya pada Aida

"APA! KAMU PIKIR AKU SUKA SAMA KAMU, ENGGAK!! SEMUA AKU LAKUIN KARENA MAS RENDY. CINTA PERTAMA KU DARI DULU" em... oke aku mulai paham sekarang.

"Tapi Rendy gak suka sama kamu dari dulu Aida, kamu jahat kalau pakai cara kotor kaya gini. Rendy udah nikah" meskipun sakit hati, feri tetap memberi pengertian pada aida.

Keadaan perempuan itu sudah porak-poranda di lantai, rambutnya acak-acakan dan baju dengan kancing dua atas nya terbuka.

"Gak tau diri lo, aida." Para karyawan menyahuti pembicaraan kami

"Demo aja deh kita ke boss, pecat aja Aida. Malu-maluin perempuan" masih banyak cacian lain yang aida terima dari para karyawan kantor

Aku tidak menyalah kan rasa cinta Aida pada mas Rendy, hanya caranya yang salah apalagi mas Rendy sudah menikah dengan ku, istri mana di dunia ini yang rela suaminya di rebut perempuan lain

.

.