webnovel

EP. 082 - Misteri

Merasa dipanggil, Raefal menoleh ke arah pintu. Dia melihat Dimas dan Jenderal Yoshi. Raefal segera berdiri dan menyiapkan tempat duduk untuk Dimas tanpa banyak bicara. Raefal dan Jenderal Yoshi membantu Dimas untuk duduk tepat di samping wajah Xavier. Dimas memandangi wajah Xavier yang pucat dan bahkan bibirnya mulai berair. Terputar kembali semua kenangan saat Dimas masih bisa menjalani hari-hari bersama Xavier.

Flashback, 5 tahun yang lalu

Dimas mengikuti ujian masuk angkatan militer Kerajaan Tirtanu hari pertama. Dimas sangat gugup hari itu. Bagaimana tidak, dia sudah belajar selama 6 tahun di Huanran namun keberhasilannya hanya ditentukan oleh kertas selembar dan ujian dalam waktu 3 jam.

Ujian tulis adalah ujian tahap pertama. Jumlah pertanyaannya hanya 5, tidak banyak. Walaupun hanya 5, Dimas harus memeras otak selama 1 jam. Dimas takut jika dia tidak lolos ujian tahap pertama. Jika dia tidak lolos, uang pendaftaran 10 koin emas melayang sia-sia dan dia harus mengulang lagi ujiannya.

Waktu pengumuman pun tiba. Dua anggota tim Akas berjalan sambil membawa gulungan kertas besar. Semua peserta ujian langsung mengikuti langkah mereka termasuk Dimas. Ternyata, mereka membawa kertas pengumunan hasil ujian. Kertas itu ditempel di sebuah papan besar. Dimas membaca isi kertas itu dengan seksama.

"Aku masuk! Aku berhasil!" teriak Dimas kegirangan.

Setelah tahap pertama, tibalah untuk ujian tahap kedua yaitu tes fisik. Di sini 50 orang peserta yang lolos wajib mengikuti tes lari dan tes ketangkasan. Setelah mengikuti tes lari, tes memanah, tes berkuda, dan tes berpedang. Dimas dan peserta lainnya digiring ke sebuah tebing.

Dimas dan teman-temannya berbaris di depan tebing bagian bawah. Ada 5 buah tali bergelantungan dari ujung atas tebing. Dari sini Dimas sudah bisa menduga bahwa tes berikutnya adalah menuruni tebing.

"Tes berikutnya adalah menuruni tebing. Sama seperti yang kalian duga. Namun, kalian tidak sendirian. Kalian akan ditemani oleh seorang pendamping dari tim Akas", kata seorang komandan yang memimpin jalannya ujian.

Dimas mendapat nomor urut 5 jadi dia termasuk peserta yang mendapat giliran maju pertama. Seusai mendengarkan pengarahan dari komandan, Dimas langsung naik ke atas tebing. Di tengah jalan, Dimas berhenti sebentar. Saat itulah dia menyadari bahwa tebing ini sangat tinggi.

Saat tiba di atas tebing, Dimas melihat keempat peserta sedang memakai pengaman sekarang dengan bantuan pemandu dari tim Akas dan Araukaria. Masing-masing peserta didampingi oleh seorang pemandu. Seorang pria melambai untuk memanggil Dimas. Dimas langsung mendekati pria itu.

Pria itu berseragam biru. Rambutnya panjang sebahu. Mirip rambutnya Mikey dari Tokyo Revengers tapi rambutnya hitam dan bagian depannya dikelabang agar poninya tidak menghalangi pandangan. Dia adalah pemandu Dimas.

"Perkenalkan, aku Xavier. Hari ini aku adalah pemandumu dan kau harus bergegas memakai pengaman ini karena teman-temanmu sudah selesai semua", ucap pria mirip Mikey.

"Baik, Kak Xavier. Saya Dimas", jawab Dimas.

"Apa kau tegang? Apa kau takut ketinggian? Temanku ada yang takut ruangan gelap dan dia tidak bisa berenang di malam hari", ucap Xavier sambil memasangkan pengaman pada tubuh Dimas.

"Tegang itu pasti. Yang kutakutkan adalah tidak lolos di ujian kali ini. Ini pertama kalinya aku ikut ujian militer dan ini juga pertama kalinya aku melompat dari atas tebing", ucap Dimas.

"Sama. Aku juga. Ini pertama kalinya aku jadi pemandu anak baru dan ini juga pertama kalinya aku memasang tali pengaman. Tapi aku tidak takut sama sekali", kata Xavier.

"Hah!!! Apa? Pertama kali pasang tali pengaman?" ucap Dimas kaget.

Wajah Dimas langsung berubah pucat. Dia menatap tajam Xavier sebagai bentuk protesnya. Wajar kalau Dimas langsung takut dan panik. Jika ini kali pertama Xavier mengikat tali pengaman itu artinya ada kemungkinan tali longgar dan bisa putus saat Dimas menuruni tebing. Namun Xavier malah cuek dan dengan santainya menunjuk peserta lain yang sudah mulai menuruni tebing.

"Teman-temanmu sudah turun, tuh! Kau tidak ikut turun juga? Mau turun sendiri atau perlu aku dorong?" kata Xavier.

"Turun sendiri", ucap Dimas yang segera mengambil posisi start.

"Tenang saja! Percaya padaku! Aku akan memegang tali ini rapat-rapat. Aku tidak pernah melepaskan temanku. Aku akan lakukan apapun untuk melindungi mereka dan kau juga termasuk!" hibur Xavier untuk menenangkan Dimas.

Hati Dimas jadi lega saat mendengar ucapan Xavier. Dimas mulai memantapkan hatinya dan mengambil napas panjang. 3… 2… 1… Dimas meluncur ke bawah menuruni tebing. Dimas meluncur dengan aba-aba Xavier.

Xavier benar-benar memegang talinya dengan rapat walaupun ini pengalaman pertamanya. Tangan Xavier terasa sangat panas karena bergesekan dengan tali. Walaupun sakit dan panas, Xavier tetap memegangnya rapat agar Dimas bisa turun dengan selamat. Akhirnya, perjuangan Dimas dan Xavier berakhir manis. Dimas berhasil turun dengan selamat.

Pabrik Kapal Mahajana, Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349

"Ternyata hanya anak ini saja yang masih selamat", ucap Dawn.

"Benar, kita harus melakukan sesuatu. Kita tidak bisa menunggu sampai besok pagi. Besok adalah hari pemakaman Xavier. Kau bawa anak ini untuk dirawat di klinik istana agar mudah dipantau. Lalu, mintalah bantuan dari kepala tim gabungan untuk memecahkan kasus ini. Jangan bilang ke tim Akas atau ke tim Araukaria. Kasihan! Mereka sudah dipusingkan dengan kasus Yudanta dan Xavier", perintah Raja Ehren.

Dawn segera kembali ke komplek Istana Tirtanu sambil membawa seorang anak yang selamat. Anak itu langsung dirawat di klinik istana. Wajah anak itu lebih cerah dan bugar setelah dirawat oleh tabib istana. Setelah memastikan bahwa anak yang ditolongnya baik-baik saja, Dawn segera pergi menemui kepala tim gabungan.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, komplek pabrik Mahajana berubah jadi ramai terutama di bagian gudang stok makanan. Ada banyak tim keamanan yang berkumpul di sana. Para petinggi Mahajana juga berkumpul di sana untuk dimintai keterangan. Tim eviden dari Varignan juga hadir dan memeriksa semua jenazah di dalam gudang.

Raja Ehren dan Dawn berusaha memberikan penjelasan pada semua orang yang mengerumuni mereka. Sejam kemudian, Raja Ehren memutuskan untuk kembali ke Istana untuk mempersiapkan pemakaman Xavier. Raja menyerahkan kasus Mahajana pada Dawn.

Markas Tim Akas, Kerajaan Tirtanu, Tahun 1349

Sebagian besar anggota tim Akas sudah tidur. Maklum, sekarang sudah pukul 01.00. Semua aktivitas pencarian Yudanta sudah dihentikan sejak pukul 10.00 malam. Hanya tinggal Jenderal Yoshi, dua tim penyelam, dan ketua tim yang menemukan surat Yudanta yang belum tertidur.

"Jenderal Yoshi, apakah anda yakin jika Yudanta bunuh diri di danau Abbot?" tanya seorang anggota tim penyelam.

"Itu baru dugaan. Jika ternyata kita tidak bisa menemukan jenazah Yudanta di danau Abbot dalam waktu 3 hari. Berarti Yudanta masih hidup. Tidak bunuh diri", kata Jenderal Yoshi.

"Tiga hari itu lama lho. Bagaimana jika isi surat itu hanyalah pengalihan saja. Maksudku, pengalihan untuk mengulur waktu agar bisa kabur", kata ketua tim.

"Bisa jadi. Andaikan dia kabur dan masih hidup. Kira-kira dia ada di mana ya?", tanya Jenderal Yoshi.

"Nah, itu yang sulit. Apakah ada petunjuk lainnya selain surat?", tanya seorang penyelam.

Jenderal Yoshi dan semua orang yang duduk di ruangan tengah markas tim Akas terdiam. Mendadak ruangan menjadi sepi. Kini hanya tersisa suara helaan napas.

"Sebentar. Kertas surat yang timku temukan tadi adalah kertas rasi bintang salju. Itu kertas yang sangat mahal. Hanya ada satu tempat yang memiliki kertas itu", kata ketua tim.

"Ya. Hanya ada satu tempat di Tirtanu yang memiliki kertas itu", kata seorang penyelam.

"Tempat itu adalah Mahajana", sahut Jenderal Yoshi.

"Lalu apa hubungannya Yudanta dan Mahajana?" tanya ketua tim.

"Aconite. Yudanta menggunakan aconite untuk membunuh Xavier. Aconite dan Mahajana. Apa hubungannya?", ucap Jenderal Yoshi.

"Apa mungkin ada aconite yang diselundupkan di Mahajana. Di komplek Mahajana kan ada gudang stok makanan untuk seluruh Kerajaan Tirtanu", kata seorang tim penyelam.

"Iya juga. Kalau dipikir-pikir. Kita jarang pergi ke Mahajana. Terakhir kali aku ke sana adalah 5 tahun yang lalu", kata ketua tim.

"Mahajana. Mahajana sekarang dipegang oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Alvaro", ucap Jenderal Yoshi.

Semua orang langsung melotot saat mendengar nama Menteri Alvaro. Mereka saling berpandangan dan menyadari sesuatu. Mereka menyadari bahwa masalah Yudanta bukan masalah sepele. Yudanta dan Mahajana adalah kunci dari semua misteri yang terjadi di Kerajaan Tirtanu.