webnovel

Forgive Me, Snow

Dia Little Snow yang harus tinggal bersama dengan ibu tirinya dan juga harus menerima semua banyaknya kebencian orang-orang yang ada di sekitarnya. Kehidupan Snow tak seindah dengan kehidupan Snow yang ada di film Disney. Snow harus berusaha untuk menerima semua kehidupannya yang begitu menyedihkan dan selalu dianggap tak berguna oleh semua orang yang ada di lingkungannya. Snow tak pantang menyerah, dia lebih memilih untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Ah... Apakah Snow akan berakhir happy ending sama seperti film Snow White pada film Disney yang dia tonton? *** "Anak sialan! Kamu hanya menumpang di rumah saya, jadi kamu harus bekerja lebih banyak untuk saya!" - Andin Acheyya. "Wanita menjijikkan seperti lo itu nggak pantas untuk ditolong dan dikasihani." - Aldean Pranegara. "Dia adalah Puteri di dunia nyata. Tidak seperti kamu yang berperan sebagai iblis di dunia nyata, Kinara!" - Anggara Arcale "Snow selalu di bawah gue! Dia nggak akan pernah berada di atas gue!" - Kinara Acheyya "Aku tidak butuh harta ataupun sejenisnya, aku hanya butuh kasih sayang dan juga sedikit kebahagiaan. Itu sudah cukup dan sudah banyak bagiku." - Little Snow. *** Ikuti kisah Little Snow di dalam buku ini. Selamat membaca ^^

Fitriani_nstr · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
134 Chs

Kehilangan Sepatu

Indonesia, 15:23 -

"Di mana Snow? Kenapa dia tak masuk belajar?" tanya guru matematika yang sekarang sedang mengajar di kelas Snow.

"Enggak tahu, Bu. Itu anak tiba-tiba hilang gitu aja!" sahut salah seorang siswi yang merupakan teman sekelas Snow.

Guru matematika itu menghela napas panjang, lalu menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah laku anak zaman sekarang yang begitu malas dalam belajar dan juga bersekolah.

"Ketua kelas tolong cari Snow. Jangan sampai dia bolos mata pelajaran saya, karena Minggu depan saya akan mengadakan ulangan mendadak. Saya tidak mau kalau ada yang mengulang di mata pelajaran saya," perintah guru matematika itu sambil melirik ke arah sang ketua kelas.

Sang ketua kelas menganggukkan kepalanya dengan singkat, lalu dia berjalan ke luar dari kelas untuk mencari keberadaan Snow.

"Lo lihat si buluk, enggak?" tanya seorang siswi kepada salah satu temannya yang duduk dibelakang kursinya.

"Gue tadi lihat si buluk lagi di kantin makan siomay. Nggak tahu sekarang si buluk lagi di mana," jawab sesuai itu sambil mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan.

"Palingan dia lagi dikerjain sama Debara. Lu lihat aja kalau meja Debara kosong, kan?" bisik siswi itu sambil tertawa pelan.

"Kenapa lo nuduh Debara?" heran salah satu temannya sambil mengangkat alisnya dengan tinggi.

"Lo lihat aja kalau cuma meja si buluk sama si meja pembuat onar itu yang kosong, kan? Gue yakin banget kalau mereka berdua lagi sama-sama," ujarnya menjawab.

Siswi itu tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Miris banget kalau jadi si buluk. Udah punya muka yang jelek banget, terus di-bully dan nggak ada yang mau temenan sama dia," ujar siswi itu sambil tertawa pelan.

"Siapa bilang kalau nggak ada yang mau temenan sama dia? Ada tuh cowok ganteng yang mau temanan sama si buluk," sahut siswi lainnya.

"Siapa emangnya yang mau temenan sama cewek hitam, dekil dan juga berjerawat kayak si buluk?" heran wanita itu sambil tertawa geli dan menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Lo nggak lihat si Anggara yang kelihatan peduli banget sama si buluk? Si Anggara bahkan waktu itu nge belain si buluk waktu si buluk di-bully sama Dean," ujar salah satu siswi dan membuat wanita itu langsung membulatkan matanya dengan kaget.

"Apa? Anggara ngebelain si buluk?! Gimana bisa cowok tertampan dia nge belain cewek dekil kayak si buluk?!" tanya siswi itu kaget dan tidak terima dengan info yang dia dapatkan.

"Bisa aja dia pakai santet, kan? Emang nggak masuk akal banget kalau ada yang mau belain si buluk," jawab siswi itu sambil mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan sebagai jawaban.

Siswi yang tadinya meremehkan Snow mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana. Bagaimana bisa Anggara ingin membela wanita seperti Snow, padahal semua siswa yang ada di sekolah ini tak ada yang ingin berteman dengan Snow, mengingat kalau wanita itu jauh dari kata sempurna dan bahkan siapa saja yang berteman dengan Snow pastinya akan berurusan dengan Aldean.

"Lo kenapa tiba-tiba diam aja?" tanya siswi itu sambil menatap siswi yang ada di hadapannya.

Dia menggelengkan kepalanya dengan pelan sebagai jawaban, lalu kembali menghadap ke arah papan tulis.

Mata siswi itu memang menatap ke arah papan tulis, tetapi pikirannya sedang marah dan tidak terima dengan info yang baru saja ini dia dapatkan.

"Kenapa wanita jelek itu bisa buat Anggara langsung mau berteman sama dia?" tanya siswi itu di dalam hati sambil menggertakkan giginya dengan begitu emosi.

***

"Hah! Sebenarnya Snow sekarang lagi ada di mana, sih?! Gue bisa aja ketinggalan banyak mata pelajaran kalau dia belum kedapatan sampai sekarang!" keluh pria yang merupakan ketua kelas di kelas Snow, Bayu Prayoga.

Bayu terus berjalan sambil mengitari pandangannya untuk mencari keberadaan teman sekelasnya itu. Bayu memang sangat terobsesi tinggi dengan mata pelajaran, apalagi dia adalah tipikal pria yang paling benci dengan yang namanya telat belajar atau ketinggalan mata pelajaran.

Kedua mata Bayu langsung membikin begitu saja saat melihat seorang wanita yang tidak jauh dari posisinya tengah mencari sesuatu di tempat sampah.

Bayu dengan buru-buru menghampiri wanita itu dan menepuk pundaknya dari belakang.

Wanita itu dengan cepat membalikkan badannya dengan kaget sambil menatap Bayu dengan kedua mata yang membulat dengan sangat lebar.

"Ngapain lo korek-korek tempat sampah gitu? Lo kelihatan kayak kucing liar yang lagi cari makanan di tempat sampah. Tahu nggak, sih?" heran Bayu pada wanita itu sambil mengangkat alis kanan nya dengan tinggi.

"Aku lagi nyari sepatuku. Aku takut kalau masuk belajar di kelas tanpa menggunakan sepatu," jawab wanita itu dengan sedih dan kembali mengorek-ngorek tempat sampah itu untuk mencari sepatunya.

"Ck! Bagus kalau lo ke kelas aja. Guru matematika lagi nunggu lo karena katanya minggu depan ada ulangan. Jadi, dia nggak mau kalau dia harus ngejelasin dua kali sebelum ulangan," kata Bayu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kamu duluan aja. Nanti aku nyusul kamu kalau aku udah nemuin sepatu aku," jawab wanita itu.

"Nggak usah keras kepala deh, Snow. Gue nggak mau kalau nanti gue dimarahin lagi sama guru matematika kita. Jangan sampai jabatan gue malah terancam cuma karena lo yang enggak mau ikut sama gue!" kesal Bayu sambil terus menatap dan memperhatikan Snow yang masih mengorek-ngorek tempat sampah itu tanpa henti.

Snow menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Bayu dengan tatapan yang begitu sedih sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu udah lihat kalau baju aku udah kotor banget," ujar Snow dengan malu sambil melirik kearah baju putihnya yang sudah dipenuhi beberapa bercak kotoran.

"Masa aku ke kelas cuma pakai kaos kaki doang tanpa pakai sepatu? Itu mah namanya kuda," lanjutnya dengan malu sambil menatap kakinya yang hanya terbungkus oleh kaos kaki putih.

"Emangnya, kenapa bisa lo seyakin itu kalau sepatu lo ada di tempat sampah itu?" tanya Bayu heran sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Tadi, aku nggak sengaja menabrak kakak kelas dan aku nggak sengaja numpahin es teh di atas sepatunya. Jadi, dia marah dan balas dendam sama aku dengan cara ngambil sepatu aku," kelas Snow.

"Aku udah cari di segala tempat buat nemuin sepatu aku. Tapi, emang nggak ada dan aku yakin kalau sepatu aku bisa aja ada di dalam tempat sampah ini," jelas Snow dan kembali mengorek-ngorek tempat sampah itu untuk mencari sepatunya.

Bayu menatap Snow dengan tatapan yang begitu miris karena ini adalah kali pertama dia melihat wanita diperlakukan seperti itu.

"Biar gue bantuin cari," kata Bayu dengan datar.

Bayu buru-buru membantu Snow untuk mencari sepatu wanita itu, sedangkan Snow menatap pria itu dengan tatapan yang keheranan.