webnovel

Forgive Me, Snow

Dia Little Snow yang harus tinggal bersama dengan ibu tirinya dan juga harus menerima semua banyaknya kebencian orang-orang yang ada di sekitarnya. Kehidupan Snow tak seindah dengan kehidupan Snow yang ada di film Disney. Snow harus berusaha untuk menerima semua kehidupannya yang begitu menyedihkan dan selalu dianggap tak berguna oleh semua orang yang ada di lingkungannya. Snow tak pantang menyerah, dia lebih memilih untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Ah... Apakah Snow akan berakhir happy ending sama seperti film Snow White pada film Disney yang dia tonton? *** "Anak sialan! Kamu hanya menumpang di rumah saya, jadi kamu harus bekerja lebih banyak untuk saya!" - Andin Acheyya. "Wanita menjijikkan seperti lo itu nggak pantas untuk ditolong dan dikasihani." - Aldean Pranegara. "Dia adalah Puteri di dunia nyata. Tidak seperti kamu yang berperan sebagai iblis di dunia nyata, Kinara!" - Anggara Arcale "Snow selalu di bawah gue! Dia nggak akan pernah berada di atas gue!" - Kinara Acheyya "Aku tidak butuh harta ataupun sejenisnya, aku hanya butuh kasih sayang dan juga sedikit kebahagiaan. Itu sudah cukup dan sudah banyak bagiku." - Little Snow. *** Ikuti kisah Little Snow di dalam buku ini. Selamat membaca ^^

Fitriani_nstr · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Amarah Arumi Karena Snow

Indonesia, 15:59

Bayu dan Snow masih berada di tempat yang sama untuk mencari sepatu Snow yang hilang.

"Kalian berdua ngapain korek-korek tempat sampah?!" tanya seorang siswa yang baru saja lewat dan menghampiri Bayu dan Snow.

Snow dan Bayu membalikkan badan mereka secara bersamaan untuk melihat siapa yang baru saja memberikan pertanyaan meledek itu kepada mereka berdua.

Snow hanya bisa menghela napas saat tahu siapa orang yang baru saja melihatnya, sedangkan Bayu hanya menatap orang itu dengan tatapan yang santai.

"Kalian kurang duit sampai korek-korek tempat sampah buat cari makan?" tanya pria itu dengan nada meledek sambil tertawa dengan deras.

"Kasih duit ratusan ribu dulu, Bos. Miskin banget sampai cari makanan di tempat sampah!" sahut salah seorang teman siswa tadi.

"Gue lagi nggak cari makanan di sini," kata Bayu tiba-tiba untuk membela dirinya.

"Gue disuruh sama Ibu Suri buat cari Snow karena emang itu salah satu tugas ketua kelas. Tapi, pas gue cari anaknya, dia malah korek-korek tempat sampah dan bilang kalau sepatunya hilang," jelas Bayu karena dia tidak mau untuk direndahkan seperti itu oleh Aldean dan juga kedua temannya.

Iya, orang yang baru saja meledek Snow dan Bayu itu Aldean bersama kedua temannya.

"Alah ... Bilang aja kalau itu cuma alasan lo doang biar lo bisa dikira masih baik-baik aja, kan? Bilang aja kalau lo butuh duit!" sinis Aldean sambil tertawa dengan begitu keras dan diikuti oleh kedua temannya.

Snow mendorong Bayu dengan sedikit pelan agar pria itu menjauh dari tempat sampah, membuat Bayu langsung menatapnya dengan alis kanan yang terangkat tinggi.

"Datang ke sini buat manggil aku untuk kembali ke kelas dan belajar. Tapi, karena aku nggak mau kembali tanpa ada sepatuku, Bayu akhirnya bantuin aku buat cari sepatuku. Jangan menghina orang lain kalau memang kamu benci denganku," ujar Snow.

Snow melirik ke arah Bayu sambil tersenyum kecil kepada pria itu.

"Terima kasih karena sudah mau membantuku, Bay. Kamu kembali saja ke kelas dan aku juga akan ke kamar mandi untuk membersihkan pakaian ku dulu. Biarkan sepatuku itu hilang, nanti aku akan menjelaskannya kepada guru," ucap Snow.

Bayu hanya berdeham dengan malas sebagai jawaban, lalu dia mencuci kedua tangannya dengan menggunakan aliran air dari keran yang ada di sampingnya.

Bayu langsung berjalan pergi dari tempat itu dan meninggalkan Snow bersama Aldean dan juga kedua teman pria itu.

Snow membalikkan badannya secara perlahan dan berniat untuk ke kamar mandi sekolah, tetapi bajunya langsung ditahan dengan cepat oleh Aldean, membuat wanita itu langsung menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Aldean dengan tatapan yang terlihat penuh tanda tanya.

"Lo bilang kalau lo lagi cariin sepatu lo, kan?" tanya Aldean sambil tersenyum tipis dan langsung mendapatkan anggukan kepala dengan begitu antusias dari Snow.

"Coba lihat di atas genteng ruang guru," kata Aldean sambil menunjuk ganteng ruang guru dengan menggunakan dagunya.

Snow buru-buru mengikuti apa yang dikatakan oleh Aldean, lalu matanya membulat dengan sangat lebar saat melihat kalau ternyata sepasang sepatunya ada di atas sana.

"Gue baik hati karena udah lihatin di mana tempat sepatu lo, kan? Jadi, lo harus terima kasih sama gue dengan cara ikut sama gue," kata Aldean dengan santai sambil tersenyum dengan begitu lebar, sedangkan Snow langsung ditarik begitu saja oleh kedua teman Aldean sebelum wanita itu sempat protes kalau dia tidak bisa untuk ikut bersama.

Aldean diam-diam tersenyum miring saat dia berjalan dibelakang kedua temannya yang sedang menyeret Snow. Dia punya ide licik pada otaknya yang akan dia lakukan kepada Snow.

"Tuhan ... Tolong aku dan tolong lindungi aku dari ketiga orang jahat ini. Aku benar-benar tidak tahu dengan jalan pikiran yang ada pada otak Aldean, padahal aku tidak pernah mengusik kehidupan nya sedikit pun," batin Snow di dalam hatinya dengan begitu takut dan penuh permohonan.

***

17:23 -

Bayu mengerutkan keningnya dengan keheranan karena Snow tak kunjung masuk untuk mengikuti mata pelajaran hingga waktu pulang berakhir.

Bayu kira kalau tadinya Snow tidak masuk mata pelajaran matematika Karena wanita itu masih sibuk untuk membersihkan pakaiannya yang kotor, mengingat kalau memang pakaian kotor Snow yang Bayu lihat tadinya seperti sangat sulit untuk dibersihkan.

Tapi, kenapa sampai sekarang wanita itu belum masuk belajar juga hingga waktu pulang berakhir. Baju benar-benar tidak pernah melihat Snow setelah tadinya dia membantu wanita itu untuk mencari sepatunya yang hilang.

Seorang pria yang lumayan Bayu kenali tiba-tiba masuk ke dalam kelasnya.

"Lo lihat di mana Snow?" tanya pria dengan hidung mancung dan juga mata yang sedikit sipit itu.

"Gue nggak lihat dia dari tadi, padahal waktu masa pelajaran Bu Suri, dia katanya mau masuk setelah balik dari kamar mandi," jelas Bayu.

"Jadi, sekarang dia ada di mana?" tanya pria bermata sipit itu dengan serius.

"Gue bakalan seret dia buat datang ke kelas kalau emang gue tahu di mana dia," jawab Bayu dengan malas dan langsung mendapatkan tatapan yang begitu tajam dari pria dengan mata sipit itu.

"Jangan pernah lo berpikiran kalau lo bisa bully Snow sama kayak tiga orang sialan itu, Aldean!" kata pria bermata sipit itu memperingati dengan sangat tajam.

Bayu mengerutkan keningnya saat mendengarkan penuturan dari pria itu, lalu dia menatapnya dengan tatapan yang keheranan.

"Gue enggak punya sifat jahat sama seperti yang lo pikirkan," ujar Bayu dengan malas sambil melirik name tag pria yang tengah berbicara dengannya itu.

"Anggara Arcale," lanjut Bayu.

Anggara hanya tersenyum tipis saat mendengarkan penuturan dari Bayu, lalu dia membalikkan badannya dan berjalan ke luar dari dalam kelas itu.

"Lo habis bahas apa sama kakak kelas tadi?" tanya salah seorang teman sekelas Bayu dengan penasaran usai berdiri tepat di hadapan Bayu.

"Dia lagi nyariin Snow," jawab Bayu dengan malas sambil memutar kedua bola matanya dengan malas juga.

Siswi itu tampak terdiam saat mendengarkan penuturan dari Bayu, sedangkan Bayu tak peduli dengan jawaban siswi itu dan memilih untuk berjalan ke luar dari kelas.

Kedua tangan siswi dengan name tag 'Arumi Arsa' itu mengepal dengan sangat kuat saat tahu kalau ternyata Anggara hanya datang ke kelasnya untuk mencari Snow saja.

"Ck! Kenapa kau mencari wanita jelek dan dekil itu?! Aku selalu ada di hadapanmu di setiap hari, tetapi kamu tidak memperdulikan aku seakan-akan aku ini hanya angin lalu saja! Apa maksud kamu melakukan hal itu kepadaku, Anggara!" kesal Arumi sambil terus menghentakkan kakinya diatas lantai dengan sangat marah dan kesal.