webnovel

22. Kencan Pertama

Flora menatap dirinya di pantulan cermin kamarnya. Flora juga tidak lupa memoleskan lipstik ke bibirnya untuk menunjang penampilannya hari ini. Sebentar lagi, Flora memang akan kencan dengan Rafa. Ralat, bukan kencan, tetapi hanya jalan-jalan biasa.

Flora juga tidak tahu mengapa ia tampak semangat untuk bertemu dengan Rafa. Flora juga merasa asing dengan apa yang ia rasakan ini. Tapi bukan berarti Flora sudah mulai menaruh hati kepada Rafa. Flora menganggap Rafa hanya sebagai temannya saja.

Setelah selesai berkutat dengan penampilannya, Flora berdiri di balkon kamarnya dan menatap ke arah pagar rumahnya. Flora menunggu kedatangan Rafa.

"Kenapa deg-degan gini ya mau ketemu sama Rafa," kata Flora sembari memegang dadanya.

Flora menghela nafas panjangnya dan berusaha untuk bersikap tenang. Flora harus busa menahan perasaannya untuk tidak menganggap Rafa lebih dari temannya.

Flora menyipitkan matanya dan melihat jika Rafa sudah berada di depan pagar rumahnya. Ia pun melangkah masuk ke dalam kamarnya dan mengambil tas selempang dan memakai flatshoesnya. Setelah itu barulah Flora berjalan keluar rumah dan menemui Rafa.

Rafa yang sedari tadi duduk di motornya dan memainkan ponselnya untuk menghubungi Flora pun terpaku melihat kedatangan gadis itu di depannya. Flora tampak cantik dengan setelan yang ia pakai.

"Lo tau kalo gue datang?" tanya Rafa sembari menaikkan sebelah alisnya ke atas.

"Gue dengar suara motor lo yang ribut banget, jadi gue langsung keluar," alibi Flora. Padahal ia memang sudah menunggu kedatangan Rafa dengan berdiri di balkon kamarnya.

Rafa manggut-manggut mengerti. "Mau pergi sekarang?"

Flora menganggukkan kepalanya. "Iyaa."

Rafa tersenyum manis dan memberikan helm kepada Flora. Kali ini Rafa membawa dua helm. Rafa bahkan sengaja membeli helm baru untuk Flora pakai. Rafa selalu bersemangat tentang apapun itu yang berhubungan dengan Flora.

Flora menerima helm itu dan memakainya. Kemudian Flora duduk di belakang Rafa dan memegang pundak lelaki itu. Barulah setelah itu, Rafa menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Hal yang sebelumnya hanya ada dalam bayang-bayang Rafa saja, kini berubah menjadi nyata. Rafa tidak pernah berfikir jika ia akan bisa sedekat ini dengan Flora. Memang kedekatan keduanya masih biasa saja, tidak ada yang spesial. Tapi itupun sudah membuat Rafa bahagia.

Tidak ada tujuan yang jelas kali ini. Rafa hanya membawa Flora mengelilingi kota Jakarta. Rafa juga sebenarnya tidak tahu mau membawa Flora kemana. Hanya saja Rafa ingin pergi bersama gadis itu.

"Kita mau kemana, Raf?" tanya Flora yang merasa sudah lelah berada di boncengan Rafa.

"Lo mau kemana?" tanya Rafa balik.

"Kok nanyak balik. Kan yang ngajak jalan elo, bukan gue," kata Flora dengan ketus.

Rafa hanya menanggapi ucapan Flora itu dengan tawanya. Rafa bingung ia harus membawa Flora kemana. Rafa juga tidak memiliki pengalaman kencan dengan orang lain. Ia baru berpacaran sekali dan hubungan keduanya pun jarak jauh. Jadi ia masih awam dalam hal ini.

Flora menghela nafas panjangnya. Harusnya sebelum pergi, ia bertanya terlebih dahulu kepada Rafa kemana tujuan mereka pergi. Daripada sekarang Flora harus berpanas-panasan dijalan seperti ini.

"Capek, ya?" tanya Rafa.

"Menurut lo gimana?" ketus Flora.

Lagi-lagi Rafa tertawa. Diam-diam ia juga menatap Flora dari kaca spion. Perubahan wajah Flora dari senyum, cemberut dan berubah menjadi senyum lagi membuat Rafa merasa gemas dengan gadis itu.

Setelah lebih dari dua jam berada di jalanan saja, Rafa menghentikan motornya tepat di depan sebuah taman kota. Taman yang biasa di jadikan tempat untuk berpacaran.

Flora turun dari motor Rafa dan melepaskan helmnya. Kemudian Flora pun memberikan helm tersebut kepada Rafa. Ia juga masih memperlihatkan wajah di tekuknya.

Rafa pun melakukan hal yang sama. Ia turun dari motornya dan meletakkan helmnya di atas motor itu. Rafa beralih menatap wajah Flora yang di tekuk itu. Rafa merasa gagal untuk membuat Flora bahagia.

"Kita duduk disana, yuk," kata Rafa sembari menunjuk kursi yang berada tak jauh dari tempatnya dan Flora berdiri.

Flora menganggukkan kepalanya dan berjalan beriringan dengan Rafa untuk duduk di kursi taman. Diam-dian Rafa melirik ke arah Flora. Rafa merasa menyesal telah mengajak Flora kencan tanpa adanya persiapan seperti ini. Harusnya tadi Rafa berkonsultasi terlebih dahulu bersama Luna dan mempersiapkan uangnya lebih banyak. Daripada sekarang ia kesusahan untuk mencari tempat kencannya bersama Flora.

Flora duduk di kursi taman dan melihat pemandangan di sekitarnya. Untung saja taman ini di kelilingi oleh beberapa bunga dan pohon. Jadi suasananya terasa adem dan nyaman.

"Nyesal udah keluar sama gue?" tanya Rafa tiba-tiba.

Flora mengalihkan pandangannya dan menatap Rafa dengan kening berkerut. "Kenapa nanyak gitu?"

"Muka lo nunjukin kalo lo nyesal," kata Rafa. "Gue juga sebenarnya nggak tau mau ngajak lo kemana."

"Cuma ngerasa kesal aja, tapi bukan berarti gue nyesal," kata Flora. "Kalo lo langsung bawa gue kesini, daripada harus mutar-mutar Jakarta kayak gini, mungkin gue nggak akan kesal. Ini cuacanya lagi panas banget dan lo ngajakin gue jalan-jalan. Nggak tau situasi namanya, Raf. Kalo lo ngajak kelilingnya sore atau malam baru seru."

Rafa tersenyum tipis. Ia pikir Flora merasa menyesal telah pergi bersamanya. Tetapi ternyata tidak. Dan baru kali ini juga Flora bicara dengan kalimat panjang kepadanya.

"Gue kesana dulu. Lo tunggu disini," kata Rafa.

Flora menganggukkan kepalanya dan melihat Rafa pergi menjauh darinya. Sebegitu percayanya Flora kepada Rafa dan berfikir lelaki itu tidak mungkin meninggalkannya. Tetapi bisa saja Rafa melakukan itu.

Selang lima menit berlalu, Rafa kembali dengan membawa sebuah es krim di tangannya. Es krim yang ia beli khusus untuk Flora. Karena hanya itu saja yang bisa ia berikan kepada gadis itu.

"Flo, buat lo," kata Rafa sembari menyodorkan es krim itu kepada Flora dan duduk di sampingnya.

"Buat gue?" tanya Flora.

"Iyaa, buat lo," kata Rafa lagi. "Lo suka es krim kan?"

Flora tersenyum manis dan mengambil es krim itu dari tangan Rafa. Mood Flora langsung berubah saat melihat es krim itu. Flora memang suka makan es krim. Dalam keadaan sekelas apapun, Flora akan langsung tersenyum dan bahagia jika sudah melihat es krim.

"Thank you," kata Flora lagi.

Selain membeli es krim, Rafa juga membeli sebatang rokok untuknya. Tetapi ia masih ragu untuk merokok di hadapan Flora. Rafa takut jika Flora tidak suka melihatnya merokok. Dan akan memberikan kesan buruk kepada gadis itu. Maka hal yang Rafa lakukan adalah memutar-mutar rokok di tangannya itu.

Flora menikmati es krimnya. Selain Jefan, baru Rafa yang memberikannya es krim. Flora bergidik geli, hanya karena satu es krim, moodnya yang semula jelek kepada Rafa berubah menjadi senang.

Flora menatap Rafa dan tangannya yang memegang rokok bergantian. "Kenapa nggak ngerokok?"