Satria mengerutkan dahi. Mungkin dia bingung dengan apa yang aku mau. "Bagaimana aku bisa membayar utangku, sementara aku masih di sini Sayang?"
"Tentu saja bisa. Aku cuma mau kamu membayar dengan nggak hadir di jamuan minum itu."
Satria sedikit terperangah. "Loh kenapa, Sayang?"
"Ya nggak usah datang aja. Nggak pake kenapa."
"Nggak bisa gitu dong, Sayang. Dalam dunia bisnis ini hal yang biasa. Rekan bisnis mengundang minum itu biasa."
"Tapi, Bang. Kamu pasti nanti mabuk terus nanti...."
"Nanti apa?" Satria mengangkat alisnya. Baiklah mungkin akan sangat terdengar aku ini istri yang posesif. Tapi aku nggak mau hal yang nggak diinginkan terjadi.
"Bang, aku nggak mau kamu bersama Bu Dewinta itu," kataku menunduk. Hening. Kok Satria nggak menjawab? Mau nggak mau aku mengangkat wajah. Kalian tahu apa yang dia lakukan?
Dia sedang tersenyum memandangiku. Keheningan beberapa saat tadi itu karena dia sedang memandangiku dengan senyum jail.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com