"Kamu sepertinya akrab dengan dokter itu," ucap Dea ketika mereka dalam perjalanan pulang.
"Nggak sih biasa saja." Kenzo mengedikkan bahu. "Kami kenal tak sengaja di bandara."
"Habis itu pasti kalian sering ketemu. Nggak mungkin kan dia mau meluangkan waktunya buat kita kalau kamu nggak akrab banget sama dia?" Dea hanya ingin tahu sejauh mana keakraban mereka.
"Hanya beberapa kali." Kenzo melirik Dea sekilas. "Kamu nggak cemburu kan?"
Dea memalingkan muka. "Enggak, siapa yang cemburu."
Dulu mungkin Dea mudah untuk cemburu dan tak segan-segan melabrak siapa pun yang mendekati Kenzo. Namun, sekarang rasanya malas. Sekedar tahu saja sudah cukup.
"Padahal aku senang kalau kamu cemburu," ucap Kenzo membuat Dea menoleh. "Aku kangen dicemburui sama kamu."
Dea tersenyum kecil seraya menggeleng. "Aku capek cemburu sama kamu. Toh, itu nggak bakal mengubah semuanya."
Kenzo tidak menyahut ucapan Dea lagi. Lebih baik mengalah. Dia tidak mau memicu pertengkaran.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com