"Mungkin kamu tidak bisa merasakan apa yang El rasakan, karena kamu laki-laki. Tapi, aku sebagai perempuan bisa merasakan apa yang El rasa, karena kami sama-sama perempuan," ujar mbak Anisa setelah dia mendengar cerita tentang Aisyah.
Saat sarapan, kami memang sengaja membahas tentang alasan kenapa aku datang ke rumah ini dalam keadaan menangis. Dan mbak Anisa adalah orang pertama yang setuju dengan sikapku, dia juga mengaku kalau dirinya ada di posisiku pasti akan melakukan hal yang sama.
Bahkan sepanjang acara sarapan pagi berlangsung, mbak Anisa terus menggerutu yang gerutuannya bahkan melebih-lebihi aku. Sendok dan garpu yang dia pakai pun sampai di tekan kuat sampai menimbulkan bunyi nyaring.
"Iya, tapi Habib juga pasti punya alasan kenapa dia menikahi Aisyah," sahut bang Fahri.
"Ya karena dia sudah mencintai Aisyah. Perempuan itu benar-benar penjilat, pandai sekali mengambil hati lelaki. Apa Mas juga sudah tergoda?!" sungut mbak Anisa menunjuk bang Fahri dengan garpu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com