"Apapun itu, yang kamu lakukan tetap tidak bisa di benarkan!" tegas bunda yang di dukung semua orang.
Bunda meminta pada Farida untuk menelepon Bara dan mendatangkan lelaki itu ke rumah ini sekarang juga. Namun yang disuruh malah membantah, dia menolak dengan keras permintaan bunda sekalipun sudah di bentak.
Bang Fahri yang hanya bisa duduk di kursi roda juga sampai bersuara, dia berusaha bicara baik-baik pada Farida. Karena jika memang Farida di nyatakan hamil di kemudian hari, maka Bara harus bertanggung jawab untuk menafkahinya sampai proses persalinan.
"Bang, sebaiknya Abang diam saja, ya? Orang cacat tidak usah ikut campur!" bentak Farida pula membuat mbak Anisa naik pitam. Dengan kesalnya, mbak Anisa tanpa ragu menampar pipi mulus Farida hingga meninggalkan jejak lima jari berwarna merah.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com