webnovel

Echoes Of Love|GAoW1|

[Mature Romance] Kids stay away! Rasa dikhianati orang yang sangat di cintai membuat seorang Aiden William Abhivandya tak percaya lagi akan cinta. Sosok yang hangat dan penuh kasih sayang berubah menjadi seorang laki-laki brengsek tak berperasaan yang sialnya tertutupi dengan wajah tampan dan kekayaan nya. Hingga suatu hari, takdir lagi-lagi membawa nya Kembali pada mimpi buruk yang sama sekali tidak ingin ia rasakan. Bertemu dengan Jovanka Lovata dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. Tapi sayangnya Lova sama seperti dirinya. Tidak percaya dengan kata cinta. _____ Novel ini adalah buku pertama dari Echoes series yang bakal terdiri dari 6 buku berbeda dengan tokoh yang berbeda namun masih saling berkaitan. Karya ini dibuat oleh penulis asli Indonesia jadi tolong dukung saya ya. hope you enjoy with my first novel and i wish you can give your love for this story. Thank you. •1000-1500 words/Chapter Novel lain dalam bahasa inggris. • The Final Stage of Love. Find me in instagram •Alemannuss

alemannus · Général
Pas assez d’évaluations
358 Chs

Echoes Of Love|GAoW1| [34]

Ojo baper

Bagi yang jomblo mohon bersabar

Karena aku juga jomblo:(

Ga kuat sama tingkah mereka

Udah ga ngerti lagi deh.

Oh ya jangan lupa vote,dukung, share dan kalau bisa tulis tebakan kalian, saran atau teori kalian tentang cerita ini karena aku suka baca coment haha.

Happy reading!.

__________

"Kenapa kita ke Paris?!." Tanya Lova panik pada Aiden.

Bagaimana tidak panik kalau tanpa persiapan apa-apa dan tanpa pemberitahuan apa-apa. Muka bantal, belum mandi, belum ganti baju dan lebih parahnya tidak memgenakan sendal. Bangun tidur tau-tau sudah berada di dalam pesawat. Ya Tuhan cobaan apa lagi ini.

"Maksud ku kenapa aku bisa ada di dalam pesawat dan pergi bersama mu ke Paris?!." Tanya Lova bertambah panik karena Aiden malah terlihat cuek dan santai di tengah kepanikan nya.

"Karena aku menggendong mu dan membawa mu kedalam pesawat."

"Maksud ku bukan itu!." Jawab Lova frustasi.

"Jadi maksudmu apa?." Tanya Aiden heran.

Lova mengacak rambutnya frustasi. Selama hidupnya tidak pernah sekalipun ia merasa frustasi dengan seseorang. Walaupun bibi dan paman bahkan sepupu nya memperlakukan Lova dengan buruk namun ia tak pernah merasa frustasi untuk menghadapi mereka. Tapi kalau Aiden. Entahlah, rasanya tak bisa lagi dijelaskan oleh kata-kata. Kalau ada kata yang lebih dari kaya frustasi maka kata itu cocok untuk menghadapi tingkah laku pria ini.

"Bagaimana kamu menemukan pasport ku?."

"Aku menemukannya di dalam lemari."

"Kamu tau darimana aku punya pasport?."

"Aku melihatmu memegang pasport melalui Cctv yang ada di rumah."

"Ada cctv di rumah?."

"Di seluruh rumah termasuk kamar kita. Tapi jangan khawatir karena cctv yang ada di kamar kita hanya aku yang bisa melihatnya."

Lova menahan kekesalan nya yang sudah berada di ujung kepalanya. Terkadang pria yang ada dihadapannya ini bisa membuat darah orang naik dan turun secara bersamaan. Ingin sekali dia berteriak dan memaki pria ini tapi bersikap seperti itu tidak ada guna nya. Karena apa? Karena apapun argumen nya. Boss is still the Boss. Boss tidak menerima bantahan dan Boss selalu menang.

Lova menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya lagi secara perlahan. Berulang kali sampai dia merasa sedikit relax. Mau semarah apapun dia sekarang tapi tetap saja dia harus bersikap bijak. Api tidak bisa dipadamkan jika disulut api juga kan?. Maka Lova harus menjadi air.

"Oke baiklah. Begini saja. Masalah cctv aku ingin membahasnya denganmu nanti dan sekarang aku ingin membahas hal lain."

"Kenapa cctv? Apa ada masalah dengan itu? Aku tidak punya masalah dengan itu jadi tak perlu dibahas."

Lova kembali menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya lagi perlahan. Dia harus banyak bersabar jika ingin jiwa nya tetap sehat. Menghadapi Aiden butuh penanganan khusus dan orang yang bisa menanganinya hanya lah orang-orang yang memiliki kesabaran tingkat tinggi.

"Baiklah kalau begitu kita lupakan masalah cctv dan beralih ke masalah saat ini."

"Masalah apa?." Tanya Aiden tak mengerti.

"Aku ingin tau alasan kenapa aku harus ikut bersama mu ke Paris?. Aku merasa tidak punya alasan untuk ikut pergi bersama mu."

"Itu bukan masalah."

"Itu masalah bagiku."

Aiden menghela napasnya lalu menatap Lova sebentar dan kembali fokus menatap laptop yang ada di pangkuannya.

"Karena kamu adalah istriku jadi kamu harus ikut kemana pun aku pergi." Jawab Aiden simple tanpa mengalihkan pandangan nya dari laptop.

Ujung mata Lova berkedut dan itu menandakan kalau kekesalan nya sudah berada di tingkat yang maksimal. Alasan macam apa itu?. Memang ada apa istri yang selalu mengikuti suami nya kemana pun?. Semua orang punya kesibukan dan tanggung jawab mereka masing-masing walaupun mereka sudah menikah. Ini jaman apa sih? Bukan jaman wanita yang harus berada di bawah kaki suaminya. Sekarang sudah jaman emansipasi wanita.

"Walaupun kita suami istri tapi kita punya kesibukan dan tanggung jawab masing-masing kan? Aku merasa tak harus mengikuti mu kemana-mana."

Aiden menghentikan kegiatannya lalu menatap Lova tidak suka. Dia tidak suka jika perkataannya dibantah terus seperti ini apalagi Lova adalah istrinya sekarang. Aiden merasa Lova harus menuruti perkataannya sebagai suami tapi kenyataan nya wanita malah semakin sulit diatur. Sepulang dari Paris, Aiden harus membuat Lova kembali dalam genggaman nya. Kita lihat saja nanti..

"Kesibukan kamu apa di rumah?."

"Masak."

"Untuk siapa?."

"Kamu."

"Tanggung jawab kamu apa?." Tanya Aiden sekali lagi.

"Mengurus makanan dan kebutuhan kamu."

"Ya udah. Tidak ada yang salah kan?. Semua kesibukan dan tanggung jawab kamu ada di aku jadi sudah seharusnya kamu ikut aku kemana pun. Kamu sudah dapat jawabannya dan aku tidak mau lagi dengar bantahan seperti tadi. Sekali lagi kamu seperti tadi aku gak bakal segan-segan melakukan hal yang tidak kamu bayangkan sebelumnya." Ucap Aiden sambil menatap Lova dengan sebelah alis yang sudah terangkat satu keatas dan sorot mata yang tajam.

Sial!sial!sial!.

Kenapa ada manusia yang menyebalkan seperti pria ini di dunia sih?. Kalau sudah begini seribu kata pun tak akan berguna. Percuma saja menjelaskan ini itu kalau akhirnya bakal kalah juga. Dasar Bossy!.

Lova melirik kearah Aiden yang kembali sibuk pada laptop nya. Hari-hari pria itu sudah pasti di isi dengan pekerjaan. Kerja kerja kerja. Mungkin kata itu sudah tertanam jauh di dalam otaknya. Andai saja Aiden itu lebih kecil darinya. Mungkin Lova akan menggantung pria itu diatas pohon seperti kepompong dan mengomelinya seharuan penuh agar pria itu pusing tujuh keliling. Membayangkan nya saja sudah menyenangkan.

Lova menahan suara tawa nya agar tidak mengganggu Aiden tapi sudah terlambat karena pria itu sudah memperhatikan gerak-geriknya sejak awal.

"Apa yang membuat mu tertawa?." Tanya Aiden penasaran.

"Rahasia."

"Beritahu aku atau aku akan benar-benar melakukan sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya." Ancam Aiden.

Lova berdecak sebal. Kalau sisi Aiden yang ini sudah keluar maka habis lah riwayat nya.

"Bukan hal yang penting. Lupakan."

"Itu jadi hal penting kalau menyangkut diriku."

Lova menatap Aiden dengan dahi yang berkerut. Percaya diri sekali pria ini. Kelakuan nya sangat berbeda dengan saat mereka pertama kali bertemu. Semakin mengenal Aiden maka Lova semakin mengetahui bahwa pria ini jauh lebih menyebalkan tujuh kali lipat. Oh God!.

"Siapa yang bilang aku sedang memikirkan mu?." Tanya Lova dengan nada suara yang meremehkan.

"Aku bisa merasakan kalau diriku selalu berputar-putar dalam pikiran mu."

Lova menatap Aiden dengan tatapan tak percaya. Kenapa Aiden bisa menebak nya dengan benar?. Wajah sialan nya itu memang lagi berputar-putar di kepala ku!. Bukan hanya satu atau dua kali tapi seriap hari!. Kenapa aku jadi begini sih semenjak ketemu dia?!.

"J-Jangan percaya diri dulu! Aku sedang memikirkan acara lucu yang aku tonton kemaren! Mangkanya aku tertawa."

Aiden terkekeh senang. "Pesona ku memang tak bisa ditolak siapapun."

"Siapa juga yang terpesona denganmu?! Jangan percaya diri dulu!."

"Buktinya kau menikahi aku."

"I-Itu kan lain cerita!."

Aiden menutup laptop nya lalu meletakkan nya disamping meja yang ada di samping tempat tidur. Oh ya. Pesawat yang mereka naiki adalah pesawat pribadi milik Aiden jadi interior dalam pesawat miliknya jelas berbeda dengan pesawat lainnya. Dan jangan lupakan bahwa perusahaan miliknya juga mengelola puluhan pesawat yang berada dalam naungan maskapai perusahaan nya. Emang berapa banyak sih bisnis yang dimiliki Aiden?. Banyak. Ada di bidang kuliner,penginapan sepeti hotel dan resort, transportasi, bahkan pabrik berbagai produk.

Jadi tidak usah heran kalau hampir semua waktu pria itu ia habiskan dengan bekerja.

"Mendekat." Ucap Aiden sembari merentangkan kedua tangan nya pada Lova yang duduk di pinggir kasur.

"U-untuk apa?." Tanya Lova gugup.

Aiden sedikit beranjak untuk menggapai tangan Lova lalu menarik wanita itu kedalah dekapan nya. Lova sedikit berteriak karena terkejut dengan tindakan Aiden yang sangat tiba-tiba.

"Jangan bergerak kalau tidak mau aku lakukan sesuatu pada tubuhmu." Ucap Aiden saat Lova bergerak dengan gelisah.

Lova langsung diam dan membeku. Perkataan Aiden langsung membuat alarm bawah sadar nya berdering kencang. Bukan hanya itu. Jantung nya pun ikut berdetak dengan cepat.

"Sekarang temani aku tidur karena aku belum tidur dari kemaren." Ucap Aiden sambil mengelus puncak kepala Lova dengan lembut.

Usapan itu bagai sebuah pengantar tidur untuk Lova. Tidak ada kekhawatiran,tidak ada mimpi buruk dan tidak ada masalah yang ia pikirkan. Tenang dan damai. Terasa sangat nyaman hingga Lova benar-benar terlelap dalam tidurnya.

__________

To be continuous