webnovel

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
22 Chs

Pengajuan proposal

Udah sejauh ini loh bacanya, masa belum ada yg di vote? Masa follow aja mikir2 ?

Hmmmmm

awas baper!

Pengajuan proposal

Jam dinding antik yang berdiri disudut ruang tamu menunjukkan sekarang tepat jam delapan pagi, biasanya jam segini nyonya dirumah putih itu sedang sibuk memberikan hak-hak yang semestinya didapat oleh tubuhnya, hak sholat sunnah dhuha. Dari pagar terlihat seorang masuk, memang pada pagi itu pintu pagar belum ditutup, entah karena bik Sopia lupa atau memang karena sangat sibuk di dapur. Maryam juga deikian, ia sibuk menemani anaknya makan pagi sambil lari-larian dikejar oleh pembantunya Sari.

"Assalamu'alaikum" sayup-sayup terdengar suara orang mengucapkan salam dari arah pintu depan, awalnya Maryam tak menggubris. Setelah 3x terdengar ucapan salam dan mjerasa yakin ada seorang yang datang barulah ia berjalan keluar.

"Waalaikum sallam"

Jawab Maryam sambil mendekati pintu depan. Di depan rumah dari kaca jendela terlihat seorang gadis berhijab sudah duduk rapi dengan masih menggunakan jas putihnya. Maryam menerka-nerka, siapa kira-kira orang itu.

"Cari siapa ya?" tanya Maryam penasaran

Gadis itu terkejut, ia langsung berdiri dan menyalami tangan Maryam.

"Maaf, Uminya ada? Saya muridnya"

"Oh, mau ketemu Umi, ada. Tapi, Umi lagi sholat. Tunggu dulu aja ya"

"Baik"

Maryam pergi meninggalkan gadis itu, ia kedapur dan meminta Bi Sopia menyiapkan segelas the hangat untuk tamu didepan serta membawa toples yang berisi rengginang untuk disajikan sebagai cemilan tamu.

Setelah setengah jam menunggu, Umi akhirnya keluar dari kamarnya. Maryam segera memberitahu bahwa didepan sudah ada seorang yang menunggu Umi. Tanpa menunggu lagi, Umi langsung keluar. Setelah dipastikan siapa tamunya, Umi siti langsung meminta gadis itu masuk dan mengobrol diruang tamu membawa the dan setoples rengginang masuk bersama.

Maryam sedikit penasaran, sebenarnya siapa gadis itu, ia ingin keluar, hanya saja merasa tidak enak, mungkin ada hal penting yang gadis itu ingin beritahukan kepada Umi dan tidak ingin orang lain mengetahuinya. Maryam paham betul dengan privasi. Setelah sekitar 20 menit, sang tamu pamit pulang. Umi mengantarkannya sampai pagar.

Umi masuk kerumah, meletakkan sebuah map plastic berwarna kuning ke dalam lemari, kemudian duduk di meja makan disebelah Maryam.

"Tadi itu siapa, Mi?"

"Oh, itu tadi murid Umi"

"Ada keperluan ya?"

"Iya"

"Apa, Mik?"

"Lihat aja map nya kalau mau tau"

"Boleh Mi?"

"Boleh atuh!"

Maryam segera berdiri, menuju ke lemari putih itu dan mengambil map yang tadi Umi simpan. Ia melihatnya seksama. Lembar demi lembar ia buka, ia juga membacanya berulang. Baru kemudian paham.

^^^

Tepat jam setengah Sembilan malam, suasana rumah sudah hening. Maryam sudah tertidur pulas menemani anaknya yang juga sudah bermimpi, terlihat dari senyum-senyum di bibir balita itu saat Nininya mengintip dari pintu kamar. Suami Umi khadijah juga sudah tertidur, mungkin karena lelah tadi siang mengurusi kambing yang lagi-lagi melahirkan di kandang.

Umi khadijah meraih map kuning yang tadi pagi ia dapat, ia mengetuk kamar anak bungsunya untuk berbincang-bincang.

"Rif, sudah tidur?"

"Belum, Mi. masuk aja gak dikunci"

Sang ibu masuk keruang tidur anaknya. Ia melihat kasur anaknya yang sedang berantakan dengan kertas-kertas.

"Kamu lagi apa?"

"Ini, Mi. ngoreksi soal quiz, kenapa Mi?"

"Ini, sebenarnya Umi mau ngomong panjang. Bisa?"

"Bisa, Mi Bisa. Sebentar ya arif rapihin dulu kertas-kertasnya."

"Sini, Mi" Arif mengajak ibunya berbicara diatas kasur

"Jadi, gini. Tadi pagi salah satu murid Umi datang kerumah, dia cerita kalau orang tuanya selalu mendesak dia untuk menikah. Sedangkan dia sendiri belum punya calon, dia tidak mau kalau harus pacaran-pacaran dulu. Anaknya cantik, dan baik. Untuk jilbab, sebenarnya dia baru belajar beberapa tahun belakangan ini, tapi, umi tau anaknaya punya kemauan yang kuat utnuk belajar. Dia juga cerdas, setiap materi yang Umi kasih dia selalu mudah paham. Anaknya juga kritis dan tidak sungkan untuk bertanya jika ada suatu hal yang belum terlalu ia pahami"

"Lalu, ini adalah biodatanya. Dia ini seorang dokter Umum di Rumah Sakit Bhayangkara kota Bogor, umurnya sekarang sudah menginjak angka 30 tahun."

"Jadi, Mi?"

"Ya, jadi. Ternyata dulu dia pernah melihat kamu, waktu di acara syukuran kepulangan kamu dari Mesir. Sejak saat itu dia sudah ingin mengutarakan keinginannya ke Umi, Cuma dia merasa belum pantes. Nah, sekarang dia sudah sangat luar biasa, mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk bicara menawarkan diri langsung ke Umi selaku Ibu kamu dan guru bagi dia. Jadi, maksud Umi, kamu bisa baca-baca dulu proposalnya. Kalau Umi sih terus terang tergangtung kamu"

Umi, menyerahkan map kuning itu ketangan Arif, Arif diam saja tanpa menjawab. Terus terang ia terkejut, ia tak menyangka bahwa di zaman sekarang ini masih ada wanita seperti khadijah.

^^^

Arif menaruh kembali map kuning itu ke atas ranjangnya. Kemudian ia kembali duduk bersimpuh di atas karpet merah dibawah kasurnya untuk meneruskan pekerjaanya yang tadi sempat tertunda. Arif menjadi tak terlalu konsen untuk mengoreksi soal, ia berusaha sekuat tenaga menyelesaikan urusannya yang satu itu, karena memang, Arif bukan tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Ia paling tidak suka jika ada pekerjaannya yang tidak selesai. Setelah semua beres, arif memasukkan semuanya kedalam ransel hitamnya. Agar besok saat kesekolah tidak ada yang tertinggal maupun terlupa.

Arif merebahkan tubuh ke atas ranjang, pinggangnya lumayan pegal karena hrus mengoreksi ratusan kertas sekaligus. Ia mengusap-ngusap wajahnya beberapa kali kemudian merenggangg renggngggangkan tangan dan kakinya.

Arif menoleh, matanya tertuju ke Map kuning yang baru saja ibunya berikan. Ia berpikir bahwa tidak ada salahnya baginya membuka map tersebut dan membacanya.

Nama : dr. Sri Rizki

TTL : Surabaya, 1 januari 1985

Tinggi : 155cm

Berat Badan: 50kg

Alamat : Perum Griya Asri Bogor

No. Hp : 085267828282

Email :

Goldar : A

Hobi : membaca

Hafalan Qur'an: 1jus

Frekuensi ibadah : Baik Insyaa Allah

Mencari : Lelaki Soleh untuk dijadikan suami

Dihalaman kedua sampai keempat ia menceritakan kisah perjalanan hidupnya, latarbelakang keluarganya dan bagaimana sekarang ia hidup serta komunikasinya terhadap Allah. Semua rinci, detil dan rapi.

Setelah membaca sekaligus melihat foto khadijah masa kini itu, tidak terjadi apa-apa didalam hati Arif. Sri itu cantik, khas sekali dengan wajah jawa nya. Tapi, entah kenapa Arif tak sedikitpun tertarik. Ia memasukkan kembali kertas-kertas itu kedalam map kuning. Kemudian meletakan kembali map itu keatas meja dikamarnya.

Arif kembali berbaring, sejenak ia berpikir tentang dirinya sendiri yang masih belum juga mendapatkan calon istri, kemarin, ketika ia sedang semangat, malah terjadi kejadian tak terduga. Sekarang saat ia tidak terlalu memikirkan calon istri, malah ada seorang wanita berani yang menawarkan diri untuknya. Saat arif sedang termenung sedikit, terlintas senyuman Asiyah di pikirannya. Arif terkejut, entah kenapa belakangan bayangan yaya selalu lewat dipikirannya. Arif beristigfar, ia berdiri untuk melaksanakan sholat witir kemudian segera tidur.

......

Send Balon dan Batu Kuasa yaa

Review Review

Support IG penulis di @ririn.p.abdullah

bantu follow ya

yg mau ikut charity boleh DM

"Sedekah tidak akan membuatmu miskin"

yg mau Wapri boleh di wa.me/6285896282884