Jalanan tampak sepi kehidupan. Tak ada satu pun yang melintas. Ini pertama kalinya kulihat kondisi jalanan kota ini. Jalanan luas yang berjajar hamparan pohon di bawahnya membuat suasanya sejuk.
Ranting yang ku jadikan tongkat masih utuh. Aku bergerak menuju penginapan tak jauh dari sini. Berjalan mengikuti jalan ini ke utara sampai bertemu dengan terowongan besar. Penginapan itu ada di ujung terowongan itu.
Setelah beberapa lama, aku sampai di terowongan. Butuh beberapa ratus meter lagi untuk sampai ke penginapan. Terowongan yang gelap ditambah tak ada kendaraan yang melintas membuat suasananya cukup seram. Aku mendengus, sembari melangkah pelan menuju terowongan.
Beberapa langkah ku masuk, terdengar suara pintu dari kejauhan. Seketika terdengar suara tetesan air. Suara itu kian mendekat. Aku mendadak menjadi lemas dan seketika tumbang.
Angin menyadarkanku. Perlahan kubuka mata. Tak ada hal yang aneh. Aku masih di tempat terakhir aku pingsan. Jalanan masih sepi tak bernyawa. Yang menjadi pembeda hanyalah sebuah surat---yang kosong. Ada yang mengirimkan surat saat aku tak sadarkan diri. Mungkin ini bukan hanya kertas kosong. Pasti ada pesan tersembunyi di surat ini. Surat ini ku simpan dan terus melanjutkan perjalanan.
Akhirnya aku sampai di kawasan penginapan. Dua buah gedung menyerupai piramida dengan sebuah air mancur raksasa di tengahnya. Tak seperti di jalanan, suasana disini sangat ramai. Banyak orang berhamburan di halaman penginapan. Menggunakan baju hitam bercorak hijau. Memang sepertinya baju khasnya kota ini. Setelah masuk ke dalam, suasanya kembali lengang. Hanya ada seorang resepsionis disana.
"Apakah kamu Ai?" tanya orang itu.
"Iya benar"
"Ketua Fahuna sudah mendaftarkan sebuah ruangan untukmu. Silakan langsung menuju ruanganmu"
Aku diberikan sebuah kartu kunci kamar. Aku bergegas menuju kamar. Kamar yang luasnya sama seperti hotel di bumi pada umumnya. Di depan pintu masuk terdapat rak sepatu dan sebuah lemari baju. Di sebelahnya terdapat kamar mandi yang cukup luas. Dan di bagian dalamnya terdapat dua kasur dan beberapa meja panjang untuk menaruh benda. Tak ada pikiran lain selain tidur dan beristirahat.
Malam pun tiba. Aku hampir terlambat untuk pertemuan malam ini. Segera aku keluar hotel dengan langkah cepat. Tiba-tiba resepsionis di depan holet memberhentikanku.
"Tunggu sebentar, Nak! Beberapa orang dari Fahuna baru saja menitipkan sesuatu untukmu"
Kemudian dia menyuruhku untuk mengikutinya dan...
"Ini sebuah "kendaraan duduk" yang baru saja dititipkan. Silakan dipakai"
Kendaraan ini terlihat seperti sebuah kursi roda biasa. Aku mencobanya dan... rodanya keras sekali. Tidak bergerak sedikit pun.
"Maaf, bagaimana cara menggunakan benda ini?" Tanyaku.
"Kendaraan ini digerakkan dengan pikiran. Benda ini akan bergerak dengan sendirinya" pungkas resepsionis itu.
Aku berusaha untuk fokus memikirkan benda ini maju. Tak lama, benda ini mulai bergerak maju perlahan. Aku terus fokus dan memikirkan benda ini melaju lebih cepat. Segera benda ini bergerak cepat dan menyusuri terowongan tempatku pertama kali datang menuju penginapan. Suara pintu kembali terdengar. Namun, aku tak peduli dan memikirkan benda ini melaju lebih cepat lagi dan...
BRAK!!!
Benda ini menabrak sesuatu dengan keras. Aku terpental ke sudut terowongan. ~
Aku terbangun. Aku ternyata tak sadarkan diri barusan. Kulihat kursi rodaku masih berdiri. Sepertinya hanya aku yang terpental tadi. Di dekat kursi roda itu ada sebuah surat. Mungkin surat yang waktu itu terjatuh saat tabrakan tadi dari kantongku. Saat kuraba kantongku ternyata masih ada surat itu. Artinya... surat yang di kursi roda itu adalah surat yang lain. Apakah sengaja ditulis oleh seseorang untuk menginformasikan sesuatu. Setelah kubuka, lagi-lagi tak ada isinya. Aku tak mengerti kenapa surat ini dibiarkan tak bertinta seperti ini dan menberikannya kepadaku.
Aku membenarkan posisi tubuhku. Tak ada cedera yang serius. Hanya sedikit lecet di tanganku. Namun, tongkat berjalanku patah. Untungnya aku masih punya kursi roda itu. Aku bergerak menuju kursi roda dan duduk disana walau dengan usaha yang ekstra. Hari semakin malam. Aku harus cepat.
Sesampainya disana, Maxx berdiri di halaman menungguku.
"Wah, bintang kita sudah datang," sapa Maxx "ayo ikuti aku! Akan kujelaskan permasalahan yang terjadi sambil berjalan" tambahnya.
Kami bergerak menuju ruang utama dan Maxx mulai menceritakan keadaannya.
"Jadi, batu elemental sebenarnya sudah tidak utuh sejak kecelakaan itu. Hanya tersisa pecahannya. Sebagian besar energinya terserap ke dalam perut planet asal batu tersebut yang membuat perubahan iklim serta bencana di planet itu yang diakibatkan oleh elementum,"
"Elementum?"
"Elementum... sebuah ikatan elemen. Elementum memiliki tingkatan level yang menandakan kuatnya ikatan elemen itu. Elementum level 1 ada pada batu elemental itu sendiri yang memiliki ikatan elemen terkuat. Pecahan dari baru elemental itu di level 2, lalu tempat menempa batu elemental masuk ke level 3, dan bencana ekstrim yang terjadi merupakan level 4. Sebenarnya yang menjadi perhatian utama kami dalam rapat ini adalah tentang bencana ini. Tanaman rambat liar mulai tumbuh tak terkendali di sisi utara kota. Setelah ini kami ingin berdiskusi untuk menentukan cara untuk menghentikannya."
"Jadi, apa karena planet ini telah menyerap energi elemen itu yang membuat bencana ini muncul?"
"Tentu saja. Setiap tempat yang menyerap energi elemen membuat sebuah ikatan elemen yang bereaksi dengan lingkungan di tempat itu. Akibatnya terjadi bencana ekstrem yang berbeda di tiap tempatnya."
Kami bergerak menyusuri lorong. Terlihat ruangan tempat pertemuan tadi siang penuh dengan orang-orang yang sedang rapat. Kami terus melewati lorong.
"Oh iya, sebelumnya aku ingin meminta maaf karena harus melibatkanmu dalam masalah ini. Seharusnya kamu bisa menikmati lokasi-lokasi indah di kota ini. Kita juga belum berkenalan lebih dalam. Namun, kamu secara tidak sengaja ikut terlibat dalam masalah ini yang membuat planet asalmu juga ikut terdampak."
"Memangnya apa yang membuatku harus terlibat?" tanyaku.
"Di dalam tubuhmu terdapat reaksi elemental yang kuat. Kami bingung kenapa ada manusia yang dapat menyerap energi elemen itu."
"Di..di dalam tubuhku? Sejak kapan?" Tanyaku heran.
"Ada beberapa kemungkinan. Yang pertama kamu ada di saat kecelakaan itu, yang terjadi ribuan tahun yang lalu, tetapi sepertinya tidak mungkin. Yang kedua, pecahan batu elemen tidak akan hilang dan kemungkinan terjatuh ke Bumi dan secara tak sadar itu terserap di tubuhmu. Dan yang terakhir, ada seseorang yang sengaja membuat energi itu terserap ke tubuhmu."
Aku diam sejenak. Sepertinya aku teringat sesuatu. Tentang kristal hijau yang kutemukan di toilet sekolah. Namun, sepertinya aku tidak akab bilang apa-apa dulu. Aku belum tahu maksud dari organisasi ini. Belum lagi semua masalah yang tiba-tiba membuatku dilibatkan untuk menanganinya. Aku juga kembali mengingat tentang Mr. Andes yang tiba-tiba menyuruhku untuk latihan menembak. Aku tidak tahu tujuan mereka masing-masing.
Aku seakan masuk ke dunia yang lain sejak pertama kali aku sampai disini. Dimulai dari kapal luar angkasa hingga kota ini, seakan dunia ini merencanakan sesuatu kepadaku. Mungkin sudah saatnya aku bergegas kembali ke tempat asalku. Petualangan ini semakin ganjil.