^Selamat Membaca^
.
¤ Aku sarankan mendengarkan lagu 'Davichi - Forgetting You' ¤
...
Naya melihat lurus ke arah matahari yang mulai menampakkan diri.
Semalam Aditya menyelesaikan hukumannya pada pukul 2 malam. Tak ada waktu bagi Naya untuk tidur setelah kejadian itu. Naya hanya bisa duduk telungkup di bawah ranjang tanpa sepengetahuan Aditya karena dia telah tertidur setelah pelepasannya yang ke-tiga.
Naya berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi, dirinya perlu berendam sebentar untuk menenangkan diri sekaligus mengurangi rasa perih di selangkangannya.
"Mau kemana?!"
Naya menoleh sebentar, lalu kembali berjalan tertatih-tatih dengan tubuh yang terbalut kemeja hitam Aditya tanpa dalaman karena semua pakaiannya telah di rusak oleh suami bunglonnya itu.
"Naya, saya tanya kam---"
'Brak'
Naya membanting pintu kamar mandi untuk menghentikan ocehan Aditya, untuk saat ini Naya tidak ingin mendengarkan apapun dari mulut Aditya.
Naya bersandar di balik pintu, tubuhnya seketika meluruh mengingat perlakuan kasar Aditya semalam.
Kenapa!
Kenapa dia memperlakukan diriku seperti itu?!
Aku tidak melakukan kesalahan apapun!
Kenapa Aditya menyalahkan diriku atas apa yang tidak aku lakukan!
KENAPA!
Semua pertanyaan berputar di otak Naya, tapi lagi-lagi yang hanya bisa seorang Nayanika lakukan adalah menenangkan diri di bathtub.
Sekitar 30 menit Naya berendam merilekskan tubuh dan pikirannya, setelah itu Naya segera keluar dari bathtub, lantas segera memakai jubah mandi dan keluar dari ruangan yang bernama kamar mandi itu.
"Sudah selesai?! Kenapa lama sek---"
"Apa Anda akan terus mengoceh seperti itu? Cobalah berkaca, mungkin Anda akan terkejut dengan penampilan Anda yang sekarang!" ujar Naya mengubah panggilannya menjadi formal.
Aditya melebarkan matanya menatap Naya, "Kamu---"
Naya tak menanggapi ocehan Aditya dan segera berganti pakaian di walk in closet. Sebelum turun ke bawah, Naya menyempatkan diri untuk menyiapkan pakaian Aditya di atas ranjang.
Walau hubungan mereka sedang buruk, tapi Naya tidak ingin mengabaikan tugasnya sebagai istri.
Naya turun ke bawah dan melihat-lihat sekeliling, ternyata rumah masih sangat sepi. Tak ada tanda-tanda kehidupan di rumah ini.
Naya mengangkat bahu acuh dan segera berjalan ke arah dapur. Yah, hari ini Naya akan memasak sarapan untuk seluruh keluarga.
Naya telah belajar semalaman dari sebuah channel belajar memasak di youtube dan ini adalah waktu yang tepat bagi Naya untuk menunjukkan skill memasak miliknya.
Satu per satu Naya mengolah semua bahan yang ada. Karena bahan yang ada sangat terbatas, Naya memutuskan untuk membuat Nasi goreng spesial dan omelet.
Sekitar 30 menit lamanya, akhirnya masakan Naya telah selesai. Naya hanya perlu menyiapkannya di atas meja makan.
"Menantu?"
Naya menoleh mendengar suara Ibu Qiana, "Ada apa Ibu?"
"K-kamu memasak?" tanya Qiana terkejut.
Naya mengangguk bingung, "Tentu saja Ibu, di dapur hanya Naya seorang kalau bukan Naya yang memasak, lalu siapa?" ujar Naya.
Qiana mengaruk tekuknya yang terasa gatal, "Ini bener Naya, kan?"
Naya mengulas senyum simpul, "Iya Ibu, Ini Naya. Ayo ke sini Bu!, tolong komentarin masakan Naya"
Qiana mengangguk pelan, "Iya, mana sendoknya?"
Naya menyerahkan sendok pada Qiana, "Ini Bu!" ucapnya semangat.
Qiana memasukkan makanan Naya ke dalam mulut. Qiana mengunyahnya dengan pelan, seketika Qiana menutup mata merasakan rasa asin yang sangat pekat di dalam mulutnya. Qiana seperti memakan garam satu mangkuk.
"Bagaimana Ibu? Apa masakan Naya enak?" ucap Naya penasaran.
Qiana menoleh ragu pada Naya, "Ibu rasa kamu kebanyakan ngasih garam"
Naya tersenyum pahit, "Asin ya, Bu?"
"Tapi nggak papa kok Nay, rasa asin dari nasi goreng kamu bisa di manimalisir oleh omelet kamu yang hambar. Jadi it's okay, ini udah lumayan bagus buat kamu yang masih pemula dalam hal memasak" ujar Qiana mencoba memberi semangat.
"Makasih, bu" ucap Naya sambil memeluk manja Qiana.
"Ada apa ini?!"
Baik Qiana atau Naya, mereka berdua segera mengalihkan perhatiannya pada Destriani yang berkacak pinggang menatap mereka.
"Ibu, udah bangun?" tanya Qiana.
"Pertanyaan basi, tentu saja Ibu sudah bangun!"
"Maaf Bu" Kikuk Qiana.
Destriani menangkat alisnya melihat makanan yang tersaji, "Siapa yang memasak semua ini?"
"Saya nek" ucap Naya jujur.
Destriani menatap remeh istri dari cucunya itu, "Benarkah?"
Naya mengangguk membenarkan, bersamaan dengan itu rumah yang tadinya sunyi sekarang menjadi rame karena satu persatu orang di rumah ini telah tersadar dari mati surinya.
"Hoam, ada apa nek? Kenapa pagi-pagi sudah berada di dapur?" tanya Lastri.
Destriani tersenyum misterius menatap Naya, "Semuanya! Ayo kita makan, Naya telah repot-repot memasak untuk kita semua"
Qiana melebarkan matanya, "Tidak Ibu, ini semua Qiana yang masak"
Azraqi menatap bingung istrinya, "Sejak kapan kamu memasak nasi goreng untuk sarapan? Biasanya cuman sandwich dan segelas susu"
Qiana mengigit bibirnya menatap jengkel perkataan polos suaminya itu.
Destriani menarik kursi untuk dirinya, "Tunggu apa lagi? Ayo duduk, kita sarapan!"
"Iya bu" ucap mereka serempak.
Naya dan Qiana tak ikut duduk, mereka berdua menunggu respon dari mereka semua ketika memakan masakan Naya.
"ARGH! kenapa sampah seperti ini bisa di sebut makanan?!" Teriak Vina- ponakan Qiana yang sangat mementingkan segala hal, walau sekecil apapun itu.
"Ada apa, Nak?" tanya Lastri.
Vina merengut kesal, "Mami, masakan ini sangatlah tidak layak untuk di makan. Bahkan, seekor hewan pun akan langsung muntah jika memakan masakan ini. Ini adalah masakan terburuk yang pernah kumakan!"
Destriani menyeringai tipis, "Benarkah?"
Semuanya menatap satu sama lain memandang masakan Naya seperti racun yang siap membunuh mereka.
"Benar Nek. Kalau tidak percaya, Nenek coba saja!" ujar Vina.
Naya mengigit bibir cemas mendengar respon yang tak sesuai harapannya.
Destriani mulai membuktikan ucapan Vina. Belum semenit masakan itu berada di mulutnya, Destriani segera memuntahkannya tepat di bawah kaki Naya.
"Kamu mau nikah lagi?! Ini rasanya sangat asin" cela Destriani.
Naya menunduk kecewa mendengar respon Destriani.
"Kamu sengaja, kan meracuni kami semua?!" tuduh Destriani.
Naya spontan menggeleng, "Tidak, itu tidak benar"
"Sok-sok an mau memasak untuk kami, memasak untuk diri sendiri aja belum mampu" celetuk bibi Aditya.
Naya hanya diam mendengarkan hinaan mereka semua, sesekali Qiana mengelus lengan Naya untuk bersabar menghadapi semua ini.
"Ada apa ini?"
Naya menoleh pada sumber suara.
"Nih, istri kamu bikin masalah aja pagi-pagi buta" ucap Lastri.
"Iya kak, kakak ipar memasak makanan yang sangat asin untuk kami semua"
"Masakan ini bahkan tidak layak untuk dimakan oleh para hewan"
Aditya menatap tajam Naya yang telah membuat gaduh, "Ayo ikut saya!" Aditya menarik pergelangan tangan Naya membawanya ke dalam kamar mereka.
'Brak'
"APA YANG KAMU PERBUAT NAYA?!" gertak Aditya.
Naya tetap menunjukkan wajah datar seakan tak terpengaruh oleh gertakan Aditya, "Masih mengingat perjanjian kita di hari pertama kita menemui nenek dirumah ini?" ucap Naya berbalik bertanya pada Aditya.
Aditya menautkan kedua alisnya, "Perjanjian apa?"
Naya mengangkat bahu acuh, "Tak masalah jika kamu tidak mengetahuinya, intinya aku melakukan semua ini karena perjanjian itu"
Naya berbalik keluar dari kamar mereka, tapi tangannya di tahan oleh Aditya.
"Perjanjian apa?"
Naya berbalik menghadap Aditya, "Satu hal yang perlu Kamu tau---" Naya menatap bola mata Aditya, "Kakak berubah, kakak bukan suami Naya lagi. Kakak seperti orang asing bagi Naya"
Tubuh Aditya termangu menatap Naya.
"Naya pergi, untuk kedepannya kakak tidak usah memarahi Naya atas apa yang Naya lakukan. Kakak hanya perlu melihat hasilnya, beri aku waktu seminggu" ucap Naya lantas berbalik dan meninggalkan Aditya seorang diri.
Aditya tersenyum hampa menatap kepergian Naya.
Kakak harap kamu berhasil melakukannya, lalu setelah itu kita akan meninggalkan neraka ini dan kakak akan berhenti menyiksa dirimu, Naya. batin Aditya penuh harap.
...
To Be Continud
`Selamat berkomentar dan mendukung karya ku 🌙`
Sampai jumpa di part berikutnya 👋
Salam hangat^^
Apipa imut dan manis, tapi bohong hehe 😙