webnovel

Ditektur Menyebalkan!

artkaa_2706 · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
42 Chs

Story Empat Belas

   Setelah beberapa jam mereka bercerita, Akhirnya selesai juga...walau Callista jarang ikut bicara.

"Yaudah ya...gua banyak urusan...gua pergi dulu. Bye!..." Friska tersenyum dan pergi.

"..." Callista hanya menatap bingung perempuan itu...dia tak mengerti apa saja yang terjadi tadi...ini membingungkan.

"Ayo balik ke kantor..." Deren menggandeng Callista.

   Callista di selimuti rasa penasaran yang tebal, terlalu banyak pertanyaan yang mengisi otaknya.

*

     Sesampai di kantor, Deren menyuruh Callista berada di  ruangannya.

"Yaudah, Pak...saya mau ke ruangan saya" Callista hendak pergi.

"Ehh..." Deren menarik tangan Callista.

   Callista pun berhenti.

"Kamu ikut saya ke ruangan saya" Deren menarik tangan Callista ke ruangannya.

     Callista sudah malas, sepertinya tenaganya sudah mulai habis...jadi dia hanya nurut.

         Sudah setengah jam Callista di ruangan Deren, hanya diam...dan menatap Deren yang sibuk Bekerja.

"Pak..." Callista menatap Deren dengan wajah datar.

"Hem?" Deren langsung menengok ke Callista.

"Ada apa?" lanjut Deren.

"Saya suruh ngapain sih di ruangan bapak?!" Callista mengerutkan kening.

"Nemenin saya..."

"Nemenin di sini gitu?! Diem doang di sini?!"

"Iya...kenapa?"

"...pak...plis deh, pak! Kalo bapak punya kelainan jiwa...bapak jangan ajak-ajak deh..."

"Saya sehat, sayang" Deren tersenyum.

"Ha..." Callista kaget mendengar perkataan Deren.

"Kamu diem aja...anteng...cuma saya suruh duduk, diem, atau terserah mau beraktivitas apa...asalakan aktivitasnya di ruangan saya..." Deren tersenyum, lalu dia melanjutkan pekerjaannya.

"..." Callista melongo mendengar ucapan Deren, dia menghela nafas.

"Dia kira gua robot apa?! Yang kalo di suruh diem, terus diem..." Callista sebal.

    Jam tangan Callista menunjukkan jam setengah empat sore.

      Tiba-tiba hape Callista bergetar.

  Callista mengambil hape nya, lalu mengangkat telfon nya, lalu Callista menjauh dari Deren.

"Halo, Na?" Callista menjawab telfon dari Karina.

"Lo dimana?! Di ruangan lo gak ada lo!"

"Gua ngelembur...jadi lo duluan aja..."

"Ohh...bilang dong! Yaudah, nanti gua jemput ya..."

"Gak usah! Gua bisa pesen taksi kok..."

"Beneran?"

"Iya..."

"Yaudah...bye..." telfonnya pun terputus.

"Siapa?" Deren menatap Callista.

"Karina..." Callista duduk di sofa yang biasanya di gunakan untuk tamu.

"Ohh..." Deren kembali bekerja.

"Dia ngomong apa?" Lanjut Deren.

"Nanyain saya, kenapa gak ada di ruangan saya..."

"Ohh...terus kamu jawab apa?"

"Saya jawab, kalo saya ngelembur"

"Bagus" Deren menatap Callista sekilas, lalu kembali menatap laptop nya.

°°°

   Callista merasa bosan di dalam ruangan itu.

"Pak..." Callista memanggil Deren dengan ragu.

"Iya?" Deren masih fokus ke laptop.

"Saya mau pergi ke luar sebentar ya...cari makan"

"Sama saya"

"Gak usah...bapak selesain pekerjaan bapak aja"

"Gak mau...saya mau nemenin kamu"

"Pak..."

"Kenapa?"

"Terserah deh!" Callista pun mendegus kesal, lalu pergi dari ruangan Deren.

   Deren pun menyusulnya.

          Di sepanjang perjalanan, Deren terus mengandeng tangan Callista.

"Kamu gak capek jalan apa?" Deren menatap Callista yang hanya diam.

"Enggak"

"Emang kamu mau cari makanan apa?"

"Nasgor"

"Terus kenapa jauh-jauh?"

"Sekalian cari udara segar"

"Astaga sayang...kamu tuh...bikin gemes deh..." Deren seakan menahan kegemesannya terhadap Callista.

"Salah siapa ikut"

"Kan aku mau jagain kamu"

"Gombal"

"Kok gombal sih"

"Ya terus?"

"Ya beneran..."

"Haha...bulshit" Callista berjalan lebih cepat mendahului Deren.

"Kok bulshit sih...beneran!" Deren menyusul Callista.

   

*

    Saat perjalanan pulang ke kantor, ternyata sudah waktunya mahgrib.

"Solat dulu, yuk..." Deren menghentikan langkahnya.

"Ayuk" Callista dan Deren pun pergi menuju masjid.

***

   Sudah jam delapan malam, akhirnya Deren selesai bekerja.

"Udah selesai?" Callista bertanya pada Deren yang sudah beres-beres.

"Udah...ayo aku antar pulang" Deren berjalan menuju tempat Callista duduk.

"Gak usah...saya naik taksi aja, Pak"

   Tiba-tiba langkah Deren semakin mendekat ke posisi Callista.

      Deren mendekatkan wajahnya dengan Callista.

  Callista mundur-mundur agar tak terlalu dekat dengan Deren, tapi apa daya, dia hanya di sofa, jadi tidak bisa mundur terlalu jauh.

"Kalo pas jam mau pulang kerja, atau jam istirahat, atau pas di luar kantor...bisa gak panggil Deren aja? Gausah panggil pak..." Deren menatap kedua mata Callista.

    Jantung Callista berdebar.

"Bi-bisa" Callista tiba-tiba gugup.

"Yaudah...ayo aku antar" Deren mengandeng tangan Callista.

°°°

   Tak lama kemudian, Callista dan Deren sampai di depan apartemen.

"Udah sampe..." Deren menghentikan mobilnya.

"Makasih ya..." Callista melepas seatbelt nya.

"Iya..." Deren tersenyum.

"Bye!" Callista hendak pergi dari mobil.

"Callista!" Deren menarik tangan Callista.

   Callista menengok ke Deren.

"Kenapa?"

"Besok kan hari sabtu...pekerjaan kan libur, mau gak joging sama aku?" Deren tersenyum, walau agak merasa canggung.

"Emm...oke, besok aku banyak waktu luang kok" Callista tersenyum lebar.

"Oke...aku jemput di sini lagi ya..."

"Iya..." Callista pun keluar dari mobil, lalu pergi menuju ruangannya.

     Sesampai di ruangannya, Callista mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.

"Kok Karina tumben gak berisik, ya..." Callista merasa aneh.

   Callista pun pergi ke kamar Karina.

"Rin! Karin! Karina! Na!!!"Callista terus mengetuk dan berteriak di luar pintu kamar Karina.

"Apaan sih bawel!!!" Karina kesal dengan Callista.

"Lo ngapain di kamar? Tumben diem"

"Masuk aja"

   Callista pun membuka pintu lalu masuk.

      Terlihat Karina menatap laptopnya dengan fokus, sangat fokus.

"Lo liat apa?" Callista mengerutkan kening.

"Film horor, yang lagi ngetren itu!" Karina masih fokus pada laptop nya.

"Dari luar negri?" Callista duduk di dekat Karina yang sedang tengkurap di atas kasur dan menatap laptopnya dengan tentang.

"Iya...aarhh!!! Setannya muncul!!! Sumpah serem!" Karina berteriak heboh.

   Mata Callista melotot, Callista kaget mendengar teriakan Karina.

"Lo pelan aja teriaknya! Nanti di kira ada apa-apa lagi!" Callista mengetak Karina.

"Ehh...iya maap"

"Ya udah deh, gua ikut nonton, daripada gak punya kerjaan" Callista ikut tengkurap seperti Karina.

    Akhirnya Callista dan Karina hanya menonton film horor itu sampai tertidur.