webnovel

Ditektur Menyebalkan!

artkaa_2706 · Realistic
Not enough ratings
42 Chs

Story Lima Belas

   Keesokannya Callista sudah ada di mobil bersama Deren.

"Emang kita mau jonging dimana?" Callista menatap Deren.

"Dimana aja boleh..." Deren menatap Callista dengan senyum manisnya...lalu menjalankam mobilnya.

    Sesampai di tempat joging, Callista dan Deren pun diam sejenak.

"Gimana kalo balapan lari?" Callista menarik senyum dari salah satu sudut bibirnya.

"Emm...kamu nantangin aku?" Deren tersenyum.

"Iyaa...siapa lagi kalo bukan cowok nyebelin kaya kamu?!"

"Sini, aku kucirin dulu rambut kamu" Deren membalikkan badan Callista supaya membelakanginya, lalu mengucir rambutnya.

"Kamu bawa iket rambut?!" Callista mengerutkan kening.

"Iya...aku tau kamu pasti gak di iket rambutnya, jadi aku bawain aja. Lagipula biar gak ganggu juga" Deren mengeratkan ikatannya.

"Ohh...makasi" Callista tersenyum.

"Yaudah ayo mulai tantangannya" Deren tersenyum.

"Siapa takut..." Callista mengambil posisi.

"Satu...dua...tiga!" Deren lari begitupun Callista.

   Mereka berpapasan, hingga pada akhirnya Deren mendahului Callista.

      Callista tak mau kalah, dia mengejar Deren lalu mendahuluinya, hingga pada titik awal.

"Yeay...aku menang, kamu kalah!" Callista terkekeh dengan nafas terengah-engah.

"Dihh...terus suruh apa?" Deren mengatur nafasnya.

"Traktir soto yang ada di sana!!" Callista menunjuk warung soto itu.

"Ha? Soto doang?" Deren mengerutkan kening.

"Iya!"

"Sebenernya kamu kepedean sih...kamu menang karena aku ngalah, bukan karena emang kamu kuat!" Deren menyentil jidat Callista.

"Auu! Sakit! Ya terserah, intinya aku duluan yang sampe sini...jadi kamu harus turutin apa yang aku mau!" Callista menarik tangan Deren menuju warung itu.

"Maksa banget..." Deren mengerutkan kening.

"Suka-suka" Callista tetap memaksa untuk makan soto.

   Tiba-tiba hape Deren berdering.

"Eh bentar sayang" Deren mengambil hapenya.

"Apaan sih, sayang-sayang!" Callista memutar bola mata malas.

"Halo Mah?" Deren mengangkat telfon itu.

"Ohh...oke, Deren kesana" Deren memutuskan telfon nya.

"Gausah beli soto ya...udah di masakin Mamah, kita makan di rumah aja..." Deren tersenyum.

"Nurut aja sihh"

"Yaudah ayo!" Deren menarik tangan Callista.

°°°

   Sesampai di rumah orang tua Deren, Callista di sambut dengan baik.

"Hai sayang! Udah dateng, ya?!" Mamah Deren langsung memeluk Callista.

"Hehe...iya tante" Callista agak canggung.

"Tante masakin sup ikan buat kamu...kamu harus cobain! Itu makanan kesukaan Deren, lho!" Mamah Deren hanya asik dengan Callista.

"..." Deren bingung melihat tingkah Mamah nya yang tumben sekali mengabaikan Deren...

"Deren! Ayo makan!" Papah Deren memanggil Deren.

"Iya, Pah..." Deren pergi menuju meja makan.

"Kamu ambilin nasi buat Callista dong!" Mamah Deren menyuruh Deren.

"Iya, Mah...ini mau di ambilin kok" Deren mengambil nasi.

"Nih..." Deren memberikan nasi itu ke Callista.

"Makasih..." Callista sangat canggung...ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Gimana...enak kan?" Mamah Deren tersenyum memandang Callista.

"Enak banget kok tante..." Callista tersenyum.

      Tak lama kemudian, mereka selesai makan.

"Biar aku cuci piring, tante..." Callista mengumpulkan piring.

"Sayang...gausah, kamu kan calon menantu di sini..." Deren menahan tangan Callista.

"Iya...kamu gaboleh cuci piring atau melakukan hal yang seharusnya menjadi tugas pembantu.., biarin bibi yang bersihin..." Mamah Deren menyuruh salah satu pembantu.

"Saya bantu angkatin piring deh..." Callista masih memaksa.

"Yaudah deh, tapi cuma angkat piring, ya!" Mamah Deren tersenyum.

"Iya..." Callista tersenyum canggung, lalu membawa setumpuk piring kotor itu ke dapur.

     Tak lama kemudian Callista kembali ke meja makan.

"Callista, tante mau ngomong sesuatu sama kamu..." Mamah Deren bangkit dari tempat duduk nya, lalu berjalan menuju balkon.

   Callista pun menyusul.

"Tante mau ngomong apa?" Callista duduk di balkon bersama Mamah Deren dan dengan secangkir teh hangat.

"Tante tau kalo kamu lagi belajar mencintai Deren...Tante bisa baca dari raut wajah kamu kalo kamu mulai mencintai Deren...Tante percaya kamu sama Deren bakal jadi cinta yang abadi...keluarga Tante dan keluarga kamu...kami berharap kalian akan bersatu...mungkin kamu gak tau banyak tentang Deren...tapi Deren dan keluarga Tante...kami tau banyak, kalo kamu seorang gadis yang tidak pernah percaya akan cinta...bahkan untuk menjalaninya pun kamu kadang tak sudi...Tante berharap Deren akan membuatmu percaya akan cinta...Tante berharap kalian akan menjadi keluarga yang bahagia...harapan keluarga Tante dan keluarga kamu cuma satu...kalian bisa bersatu...itu aja...mungkin Deren belum cerita tentang beberapa rahasia nya...tapi Tante percaya, dia akan kasih tau kamu pada waktu yang tepat..." Mamah Deren terlihat agak resah.

      Kini suasana menjadi sunyi...Callista merasa bersalah jika dia menolak perjodohan ini.

"Banyak yang berharap dengan hubungan gua dan Deren...masa gua patahin harapan mereka dengan segampang itu...gua ga tega liat mereka sedih saat tau kalo gua gak pernah nerima Deren dan perjodohan ini...apa mesti gua percaya cinta...mesti banget gua kasih ruang buat Deren di hati gua?...tapi gua takut nanti gua di kecewain...gimana dong..." Callista hanya berkata dalam hati.

"Callista..." Mamah Deren membuyarkan lamunan Callista.

"Iya, tante?!" Callista sontak menjawab.

"Kamu mau kan mencintai Deren sepenuh hati kamu? Memberi Deren kesempatan untuk mengisi hati kamu..."

"...saya gabisa kasih jawaban sekarang Tante...tapi saya akan mencoba buka hati buat anak Tante...walau itu agak sulit buat saya..."

"Tante yakin kamu bisa..."

   Callista hanya mengangguk dan tersenyum.

       Mamah Deren dan Callista pun melanjutkan obrolan mereka, hingga mereka terlihat sangat akrab.

          Sedangkan Deren berdiri tak jauh dari pintu balkon.

"Callista...aku gak akan kecewain kamu...aku akan jadi orang pertama yang bikin kamu percaya bahwa cinta itu nyata...dan itu kita...aku gak akan biarin siapa pun sakitin kamu..." Deren tersenyum, melihat Callista yang mulai akrab Dengan Mamah nya.