webnovel

Bagian 20

Erra mengedarkan pandangan,di ruangannya sudah tidak ada siapa-siapa. Tidak ada Rama,ataupun ibunya. Erra mulai terisak. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk,lututnya ia tarik sampai merapat ke dadanya. Nafasnya sudah memburu,bahkan keringat dinginpun mulai bercucuran membasahi pelipis dan tubuhnya.

"Mam-mamih.. Hiks.. Mas Rama." Panggil Erra dengan suara pelan,naas tak terdengar. Seperti hembusan angin yang hanya menerpa saja. "Mas Ramaa.." Ucap Erra kembali. Erra menyembunyikan kepalanya ke tumpuan lututnya. Meski ruangannya cukup dengan penerangan,tapi rasa takutnya begitu besar.

"Mas Rama.. Hiks.. Mas Rama.." Erra terisak sembari merapalkan nama pria itu. "Mas Rama,hiks.. Mas Ramaa.. Mas Rama,a-aku hiks.. Mas Rama."

Erra meremat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya dengan erat. Ia begitu ketakutan. Untuk beranjak saja,rasanya Erra tak sanggup. Sesuatu seperti,seperti ada seseorang yabg sedang menatapnya dengan tajam. Dengan menodongkan senjata dan juga memakinya habis-habisan. Memintanya untuk berujar,namun orang itu malah bertindak tak wajar padanya.

"Hiks.. Mas Ra-Rama.. Hiks.."

Cklek.

"Erra!" Rama memekik khawatir,lantas ia melangkah setengah berlari. Menyentuh pundak Erra yang gemetar.

Erra mendongak,gadis itu menatap Rama dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mas Rama hiks.."

Tanpa aba-aba Erra memeluk Rama,membenamkan kepalanya ke dada bidang pria itu. Menghilangkan segala ketakutannya dan bersandar pada pria yang dicintainya.

"A-aku hiks ingin pulang,mas.. A-aku ingin pulang,mas.." Ucap Erra dengan sesenggukan. Rama tertegun. "A-ku ingin pulang hiks.. Mas Rama aku ingin pulang hiks.. Aku ingin pulang." Kini tangisannya sudah tak terbendung,suara yang tadinya lirih kini berubah menjadi rengekan yang memekkakan telinga.

Erra melonggarkan pelukannya,ia beralih memegang kemeja bagian depan Rama. Menariknya sembari berkata :

"Aku ingin pulang,mas.. Aku ingin pulang.."

Rama masih tak bergeming,ia masih menatap lekat gadis yang tengah memohon padanya.

"Aku ingin pulang.. Bawa aku pulang,mas.. Hiks.. Mas Ramaaa.." Kini tangisnya terdengar begitu menyayat,seperti raungan seekor serigala yang kesakitan. Meminta tolong,tapi tak ada seorang pun yang menggubrisnya.

Lagi-lagi Rama masih terdiam.

"Aku ingin pulang,mas.. Aku ingin pulang.. Mas Rama,aku ingin pulang.. Aku ingin pulang.. Aku ingin pulang,mas. Aku ingin pulang." Suara Erra kini kembali melirih,diikuti dengan pergerakan tangannya yang melemah. Erra menyadarkan kepalanya ke dada bidang Rama. Terisak dalam diam.

"Hiks.."

"Ra.." Rama terdiam kembali,ia memejamkan matanya sesaat. Lalu kedua tangannya menyentuh pundak gadis itu,menegakkan tubuhnya lalu Rama mengambil duduk di sampingnya. Menatapnya dalam.

"Erra.." Panggil Rama kemudian,Erra mendongak. Rasa takutnya masih nampak jelas di wajah pucatnya. "Menikahlah denganku." Ucap Rama,Erra terdiam. Berbalik menatap dalam pria di depannya,mencari adakah kebohongan di matanya. Namun sayangnya,tatapan pria di hadapannya begitu lekat. Menatapnya serius seakan-akan mengatakan ia benar-benar serius dengan perkataannya.

Tangan Erra terulur untuk menyentuh wajah Rama. Namun ia mengurungkan niatnya,Erra memalingkan wajahnya. Matanya terpejam, air matanya pun akhirnya jatuh kembali. Membasahi pipi dan selimutnya.

"Erra.." Panggil Rama,Erra menaikkan sebelah tangannya. Menginterupsikan Rama untuk tidak bersuara.

"Ra.."

"Tidak,mas.."

"Erra."

"Aku bilang,tidak!!" Ucap Erra setengah berteriak. Ia kemudian membuka matanya sembari berpaling. Alangkah terkejutnya ia saat mendapati Adnan sudah berada di sampingnya.

Dimana Rama?

Erra mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan,sama sekali tidak ada Rama. Erra lantas mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Kamu mimpi apa,sampai-sampai nangis histeris kayak gitu." Ujar Adnan,Erra membolakan matanya lalu mengusap pipinya yang terasa basah.

"Tadi,aku mimpi ya,mas?" Tanya Erra ragu,sementara Adnan mengangguk mantap. Pria itu lantas menyimpan parsel yang dibawanya ke atas meja.

"Aku dan Adam bergantian menjagamu,tadi ashar dia izin pulang. Lalu akan kembali selapas isya,mungkin." Ujar Adnan,Erra mengangguk. Jadi,tadi itu ia bermimpi. Owh.. Sungguh mimpi yang mendebarkan,rasanya Erra tak ingin mengulangnya lagi.

Ketakutan dan keterkejutannya itu sungguh membuat jantungnya berhenti berdetak. Apalagi saat Rama mengatakan- ah tidak,tidak! Seharusnya Erra tidak mengingatnya.

"Makasih,mas.. Aku sangat merepotkan,ya."

"Santai saja kali. Kamu itu sudah seperti adik bagi saya. Apalagi bagi

Adam yang dulunya memiliki adik perempuan,tentu saja ia begitu menjagamu. Adam sangat menyayangi adiknya." Ucap Adnan,Erra seketika menoleh.

Dulunya Rama memiliki seorang adik perempuan? Maksudnya?

"Dulu?"

"Hm.. Alya,adik perempuan dan juga adik sepupu saya juga. Dia gadis cantik yang juga pecicilan. Sepertimu. Adam sangat menyayangi Alya. Bahkan ia melarang para lelaki menyentuh adiknya barang sekecil apapun. Dia terlalu over protektif. Namun,saat ia menginjak remaja, Allah sangat menyayanginya sampai ia mengambil Alya dari kami. Alya meninggalkan kami dengan sebuah duka."

"Meninggal?"

"Hm.."

"Saat usia berapa Alya meninggal?"

"17 tahun. Satu tahun yang lalu. Jika ia masih ada,mungkin sekarang ia seangkatan denganmu."

Erra mengerutkan keningnya. Tampak seperti berfikir.

"Apakah Alya yang mas maksud adalah Aya? Hanifah Alya Ramadhani?" Tanya Erra memastikan,Adnan yang mendengarnya seketika mendongak.

"Kamu mengenalnya?"

"Aya,dia.."

"Ra.. Erra Nevada!"

Erra yang tengah menyalin tugas PABP seketika mendongak. Menatap gadis berkerudung yang berdiri di depan papan tulis. Gadis itu menunjukkan deretan huruf yang ia tulis.

"Apa maksudmu,Ya?" Tanya Erra dengan malas saat membaca hasil tulisan Alya. Alya yang melihatnya cengengesan.

"Aku benar-benar berharap masku menikahimu." Ucap Alya,Erra menghembuskan nafas lelah. Sudah berulang kali duplikatnya mengatakan itu.

"Masmu,masmu yang mana? Kamu juga belum mengenalkannya padaku. Tapi,kamu sudah berharap masmu menikahiku." Ucap Erra sembari melanjutkan tugas PABP nya,Alya yang melihat itu pun merengut. Lalu berjalan ke arah meja Erra.

"Mas ku itu ganteng lho,Ra.. Cocok buat dijadiin imam,apalagi dia itu top markotop."

"Terserah kamu aja lah,Ya.."

"Tapi,sayangnya mas ku udah milih calon istri."

"Erra."

Erra tersadar,lalu mengalihkan pandangannya ke arah Adnan.

"Kamu kenal Alya?"

"Aku..."