Evan melirik Luci yang baru saja keluar dari toilet dengan wajah terlihat sangat bahagia.
'Apa dia sebegitu bahagianya ketika akan meninggalkanku sendirian di sini?' batin Evan. CEO itu bangkit dari ranjang Luci untuk kemudian keluar dari kamar gadis itu dan kembali ke ruang nonton TV. Evan bersungut-sungut dengan kesal.
"Memang dia saja yang ingin keluar dari sini dan berpisah? Aku juga ingin keluar dan berpisah darinya, ck," decih Evan dengan membela dirinya setengah mati. Tangannya menekan tombol remote dengan sangat keras. Berulang kali dia melirik pada pintu kamar Luci yang masih terbuka sedikit.
Setiap kali melihat pintu itu maka kekesalan Evan akan berlipat ganda tak terkira.
Sementara itu Luci mempersiapkan diri di dalam kamarnya. Gadis itu mengenakan riasan tipis agar wajahnya tidak terlalu terlihat pucat. Karena harus menghadapi Evan semalaman, Luci merasa penampilannya agak mengerikan, apalagi pada bagian bawah matanya yang agak menghitam.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com