webnovel

Dijebak Menikah Tuan Muda

Berawal dari ciuman tak sengaja yang terjadi di antara Evan dan Luci, kedua orang itu akhirnya terlibat dalam kerja sama kontrak. Evan yang belum bisa melupakan masa lalunya mau tak mau harus segera memiliki kekasih agar bisa terhindar dari perjodohan. Akan tetapi di tengah perjanjian kontraknya dengan Luci, Evan terlanjur jatuh cinta pada Luci. Sifat arogan dan dominan miliknya membuat Luci sering merasa terpojok, dan fakta yang lain adalah Luci tidak mencintai Evan. Luci telah jatuh cinta pada seseorang di masa lalunya. Kenyataan bahwa dia harus bersabar demi kontraknya dengan Evan berakhir telah membuatnya sesak. Di ujung kontrak, Luci telah dijebak menikah dengan Evan. Lalu bagaimana dengan lelaki yang berada di dalam hati Luci? Bisakah mereka bersatu?

Suny_Edelia · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
470 Chs

Iya, Sangat Sakit. Tolong Rawat Aku Sampai Sembuh

"Apa yang sebenarnya tengah terjadi?" tanya Spider dengan tubuhnya yang sudah duduk. Tubuh Spider pun menghimpit pada tubuh Luci yang saat ini sedang duduk dan bersandar pada sofa.

Tedy sudah pulang beberapa saat yang lalu, dengan wajah agak muram dan sedih. Tapi pada akhirnya Tedy mau memaafkan Luci dan juga mau menerima uang seratus juta rupiah dari tangan Luci.

Luci senang melihat Tedy tidak marah dan tidak menjauhinya, tapi gadis itu tetap merasa buruk karena sudah mengkhianati Tedy, apalagi sudah mengecewakan lelaki itu. Tedy sudah seperti kakak kandung Luci. Dan apa yang Luci lakukan tadi itu seperti sebuah dosa besar ketika kau mengkhianati keluarga kandungmu sendiri.

"Aku melakukan dosa besar kepada Tedy." Luci menjawab dengan mata memandang kosong ke atas.

Paras cantiknya seperti beradu dengan kesedihannya. Tapi kesedihan itu tidak cukup kuat untuk melunturkan pesona seorang Luci yang bisa menjerat banyak tuan kaya dengan wajah cantik dan juga tubuh indahnya.

"Tapi Tedy terlihat sudah memaafkanmu. Lalu kenapa kau tidak bisa memaafkan dirimu sendiri?" tanya Spider. Tangannya yang kekar itu tidak bisa ditahan untuk tidak menyentuh Luci.

Akhirnya Spider pun menyerah dengan hasratnya sendiri. Jemarinya itu pun lalu tergerak untuk merapikan rambut-rambut milik Luci yang berantakan.

"Dia memang memaafkanku, tapi aku tau dia kecewa. Kalau kau menjadi Tedy, bukankah kau juga akan kecewa?" Luci masih belum memandang Spider sedikit pun.

Gadis itu masih memandang kosong pada dinding flat miliknya. Sebuah kekosongan yang sesegera mungkin ingin diisi oleh Spider.

Spider ingin menarik tubuh Luci untuk jatuh ke pelukannya saat ini. Lalu Spider akan membelai puncak kepala Luci dengan penuh kasih sayang. Spider juga akan menyanyikan lagi kesukaan Luci agar gadis itu tertidur di pelukannya, hanya di dalam pelukannya saja.

"Aku tidak tau apakah aku akan kecewa atau tidak ketika menjadi Tedy. Karena aku masih belum paham apa yang sebenarnya kalian maksudkan tadi." Spider mulai menyelidiki. Tapi lelaki itu tidak ingin terlihat terang-terangan.

Spider ingin tau segala hal tentang Luci, semuanya, dari hal terkecil hingga yang paling besar.

Apa yang disukai Luci akhir-akhir ini, apa yang membuat Luci bahagia dan bersemangat sekarang ini, dan apakah yang membuat Luci bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik. Lalu yang terpenting adalah apakah Luci sedang memiliki kekasih saat ini.

Di dalam hatinya sendiri Spider seperti terombang ambing bersama kebingungan dan pikiran rancu tentang Luci. Spider ingin menanyakan segala hal kepada Luci, tapi Spider tau bahwa Luci yang sekarang telah memiliki dinding yang kokoh dan besar yang sulit untuk dilewati.

Jika Spider memaksa untuk melewatinya bukan tidak mungkin Luci akan tersakiti nantinya. Spider tidak ingin itu terjadi.

"Sekarang coba katakan padaku, apa yang ingin dan tidak kau inginkan dariku?" Luci pun bertanya. Kali ini wajah gadis itu sudah menoleh dan menghadap kepada Spider.

Dengan posisi mereka yang berhimpitan begini, belum lagi dengan pertanyaan Luci yang barusan telah membuat Spider merasa bahwa Luci sedang melamarnya.

Apa ada pikiran yang seaneh itu? Dasar, Spider bucin!

"Aku ya? Eh, aku – aku ingin kau selalu bersamaku selamanya. Dan aku tidak ingin kau meninggalkanku." Spider menguarkan senyuman lembutnya kembali. Kali ini lelaki itu pun sedikit tersipu dan tak bisa menahan wajah merahnya karena malu.

'Bee, sedang melamarku ya?' gugup Spider di dalam hatinya sendiri.

"Lalu apa yang akan kau rasakan jika aku akhirnya meninggalkanmu?" Luci kembali bertanya dengan wajah yang serius.

Bukan berarti Luci ingin meninggalkan Spider saat ini. Gadis itu hanya ingin memberikan sebuah perumpaan kepada Spider agar lelaki itu paham bagaimana kecewanya Tedy saat ini, dan bagaimana rasa menyesalnya Luci saat ini.

Spider pun membeku, setelah mendengar pertanyaan lanjutan dari Luci. Spider tidak ingin Luci meninggalkannya, dan lelaki itu tidak akan membiarkan Luci meninggalkannya, apa pun yang terjadi. Bahkan jika Luci berani menyukai lelaki lain, Spider bisa saja akan mematahkan kaki lelaki itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku," desis Spider dengan mata yang sudah gelap dan mengerikan. Aura dinginnya menguar kembali.

Luci pun melengkungkan bibir sintalnya.

"Itu kan keinginanmu. Tapi bagaimana jika aku benar-benar meninggalkanmu? Apa yang akan kau rasakan?" Luci melirik sebentar kepada Spider.

Spider membara, dengan wajah sudah memerah seperti sebuah kepiting rebus dari Alaska, jika memang Alaska memiliki kepiting rebus. Kemarahan lelaki itu hampir meledak di tempat.

Tangannya yang tadi begitu sibuk merapikan rambut terurai Luci sekarang membeku dan tak kuasa untuk mengepal.

Jemari lelaki itu bahkan hampir mencengkeram apa pun yang berada di depannya. Spider juga ingin melumat dan menghancurkan segala hal yang dilihatnya saat ini, karena baginya semua benda itu telah membuat Luci berniat untuk meninggalkannya. Padahal tadi Luci hanya membuat perumpamaan saja.

'Bee, kau baru saja melamarku, tapi kenapa kau mencampakanku begini?' geram Spider di dalam hatinya.

Merasa Spider tidak memberikan jawaban pun akhirnya membuat Luci menoleh kepada lelaki itu untuk memeriksa apa yang membuat Spider belum mau memberikan jawabannya.

Dan setelah menoleh, barulah Luci tau ternyata sekarang ini Spider tengah mencengkeram tangan Spider sendiri dengan kekuatan yang nyaris mustahil untuk dilakukan oleh orang lain.

Kuku-kuku lelaki itu bahkan sudah melukai telapak tangannya sendiri, yang kokoh dan kasar, karena sering memegang senjata dan benda-benda tajam.

Luci pun terhenyak karena melihat ada darah yang sudah mulai mengalir di telapak tangan Spider.

"Ider, kau melukai tanganmu sendiri," jerit Luci.

Gadis itu pun beranjak untuk mengambil kotak P3K terdekat. Kemudian gadis itu kembali ke sofa untuk mengobati luka di tangan Spider.

Spider masih belum paham apa yang terjadi karena di dalam pikirannya Spider tengah membayangkan Luci pergi darinya dengan menikahi seorang lelaki lain yang tak dikenal.

Di dalam pikirannya itu, Spider sudah menangkap lelaki yang membawa kabur Luci. Lalu Spider mencekik lelaki itu hingga tewas.

"Ider, lepaskan cengkeramanmu! Kau menyakiti tanganmu sendiri. Ider!" Luci berusaha menyadarkan Spider, tapi itu tak kunjung berhasil. Sampai akhirnya gadis itu menyentuh wajah Spider yang diliputi berewok tipis itu. Berewok tipis yang disebabkan oleh Spider yang belum sempat bercukur.

Spider pun mencelos ketika mendapati sebuah tangan lembut menyapu wajahnya yang kotak dan juga rahangnya yang keras itu. Saat lelaki itu menolehkan wajahnya dia pun tak bisa menahan senyumannya untuk berkembang. Ternyata itu Bee atau Luci yang sat ini menyentuh wajahnya.

"Lepaskan dulu cengkeraman tanganmu ok? Kau bisa menyakiti dirimu sendiri." Luci berkata sangat lirih, seolah Spider bisa saja meledak jika Luci menaikkan suaranya barang setengah oktaf saja.

Spider pun mengangguk patuh. Lalu dibukanya cengkeraman tangannya yang sedang berdarah.

Spider tidak peduli dengan darah itu karena hidupnya selama ini selalu dipenuhi oleh darah, entah itu darah yang berasal dari tubuhnya sendiri atau darah yang berasal dari tubuh orang lain yang sudah Spider bunuh.

"Astaga, bagaimana bisa kau mencengkeram tanganmu sendiri sampai begini?" omel Luci dengan suara lirih.

Kemudian gadis itu mengeluarkan obat-obatan yang dia bawa tadi. Dengan pelan-pelan gadis itu membersihkan terlebih dahulu luka di tangan Spider. Padalah Spider yang terluka tapi yang meringis kesakitan adalah Luci karena merasa ngilu dengan luka itu.

"Apakah ini sakit?" tanya Luci menyelidik dengan wajah yang sedih.

Sebenarnya luka Spider sama sekali tidak sakit karena luka itu adalah luka yang sangat kecil bagi Spider. Tapi karena ingin mendapat perhatian dari Luci Spider pun mengangguk.

"Iya, sangat sakit. Tolong rawat aku sampai sembuh," desis Spider dengan suara dibuat semenyedihkan mungkin.

***

Halo Reader, Author bingung kasih tau ke kalian gimana soalnya author baru aja nulis di WN

cerita ini direvisi utk dirapikan isinya masih sama sayang. hanya saja bbrp kata kasar author perhalus.

tp ternyata blm berhasil. mungkin bulan depan author revisi ulang lagi. karena bulan depan author udah ga masuk promosi penulis baru jadi up-nya aman mau brp aja

makasih sayang i love you

Suny_Edeliacreators' thoughts